Sunday 12 June 2016

Jadi, Siapa yang Bertanggungjawab?



Pengalaman hari ini benar-benar mengerikan. Pasalnya saya menyaksikan sendiri apa yang selama ini saya dengar dari Bunda Elly Risman tentang bahaya pornografi pada anak. Saya ingat Bunda Elly pernah bilang bahwa sasaran pornografi terbesar adalah anak laki-laki.

Hari ini saya ditakdirkan untuk datang ke sebuah warnet untuk keperluan print dan scan. Saya jarang sekali datang ke warnet, bisa dihitung dengan jari dalam setahun. Karena memang di rumah tersedia laptop dan mesin printer, jadi saya tidak perlu keluar untuk urusan print out. Tapi hari ini qadarullah kertas di rumah habis sehingga memaksa saya untuk pergi ke warnet.


Tiba di warnet, saya menemukan dua anak laki-laki yang sedang asyik menonton video. Saya belum memperhatikan video apa yang mereka tonton karena saya langsung menuju operator warnet untuk mem-print dan men-scan data yang saya butuhkan. 

Sambil menunggu hasil print, saya mulai memperhatikan anak-anak yang sedang menonton video di youtube tadi. Karena posisi komputer tidak diberi pembatas, sehingga membuat siapa saja bisa melihat apa yang sedang dilakukan orang-orang yang asyik dengan kegiatannya di internet. Awalnya saya lihat anak-anak itu masih menonton video yang masih aman menurut saya. 

Operator warnet ternyata masih sibuk melayani pengunjung lain yang juga ingin mem-print.

Pandangan saya kembali kepada dua anak laki-laki yang masih menonton video, dan kali ini saya dibuat shock oleh video yang mereka tonton. Video yang sangat tidak pantas dilihat oleh anak-anak. Video tersebut menampilan adegan yang sungguh tak sanggup saya katakan. Ya sebut saja video porno.

Langsung saja saya berjalan menuju meja si anak yang sedang melihat video itu.

“Hey, kamu nonton apa itu? Gak boleh. Ayo tutup. Tutup!” 

Si anak terkejut merasa bersalah.

“Gak tau nih!” dia mengelak.

“Gak boleh nonton itu. Ayo tutup!” perintah saya sambil kembali ke tempat duduk dekat operator setelah memastikan si anak menutup video "monster" itu.

Si anak masih menonton youtube dengan video yang sudah digantinya menjadi video Upin Ipin.

Kejadian itu membuat saya shock, jantung berdegup kencang, tak menyangka anak-anak yang masih usia SD itu bisa mengakses video mesum dengan sangat mudahnya. Ya, hanya dengan uang tiga ribu rupiah per jam anak-anak dapat dengan mudah pergi ke warnet dan berselancar sesuka hati tanpa tau situs/video apa yang boleh dan tidak mereka konsumsi.

Lalu siapa yang bertanggungjawab atas semua ini? Kita semua. Orang dewasa yang berada di sekitar anak-anak yang bertanggungjawab. 

Pertama, orangtua. Jaga betul-betul anak kita. Jangan mudah memberikan uang atau ijin pada anak-anak untuk pergi ke warnet. Kebanyakan orangtua tidak tau/peduli dengan apa yang anak-anak mereka lakukan di warnet. Atau bahkan orangtua tidak tau ke mana anaknya pergi bermain. Dengan alasan bermain game, mungkin orangtua menganggap hanya sebuah permainan yang biasa. Padahal ada misi berbahaya bagi anak dalam game tersebut.

Kedua, guru. Guru bertanggungjawab mendidik anak-anak kita. Beri pengertian, bimbingan dan arahan mengenai apa yang baik dan boleh untuk diakses oleh anak-anak. Zaman yang serba computerize  ini membuat sekolah atau guru memberikan tugas-tugas yang berhubungan dengan internet. Sehingga tidak terelakkan jika anak-anak juga dapat mengakses situs-situs “monster” sambil mengerjakan tugas.

Ketiga, penjaga warnet. Sayangnya kebanyakan operator/pemilik warnet tidak ambil pusing dengan apa yang diakses oleh anak-anak. Saya yakin mereka tau apa yang dilakukan oleh anak-anak di warnetnya. Tapi sayang mereka tak mau repot-repot dengan hal itu yang penting anak-anak itu membayar bill-nya. Seharusnya petugas warnet sangat bisa untuk mengontrol apa diakses oleh anak-anak di warnetnya.

Keempat, pengunjung warnet yang lebih dewasa. Sebaiknya orang-orang dewasa yang ada di sana berani bertindak dengan menegur apa yang tidak pantas dilihat anak-anak di internet. Bisa jadi si anak tidak tau kalau yang dilihatnya itu berbahaya. Maka dengan menegurnya, setidaknya anak-anak itu jadi tau bahwa yang mereka lakukan itu buruk. 
  
Terakhir dan yang paling penting adalah pemerintah. Bagaimana caranya situs-situs porno tidak dapat diakses oleh anak-anak? Ya, itulah tugas pemerintah membuat warganya aman dari “monster” pornografi yang menggerogoti mental anak-anak kita sedemikian parah.

Yuk mulai sekarang kita aware dengan lingkungan sekitar, terutama anak-anak yang menghabiskan waktunya bermain di warnet. Warnet, salah satu tempat yang berbahaya bagi anak-anak yang mestinya dihindari. Berawal dari warnetlah anak-anak kita mengenal "monster" pornografi itu.

Bila pornografi sudah merasuk dalam pikiran anak, maka tunggulah makar yang timbul darinya. Na'udzubillah.

Semoga anak-anak kita terhindar dari hal semacam ini. Aamiin.
 

1 comment:

Kumpulan Cerita Menghibur dan Sarat Makna dari Penulis Cilik

  Judul: Papa Idamanku Penulis: Farah Hasanah K. Dinda Rahmadhani, dkk. Penerbit: Indiva Media Kreasi Tebal: 143 halaman Harga: Rp...