Thursday 13 October 2016

BERANI BICARA GARA-GARA FLP



ForumLingkar Pena, sudah lama sekali saya mengenal komunitas ini. Perkiraan saya sejak duduk di bangku SMA. Waktu itu saya berlangganan majalan remaja islami yang isinya banyak memuat cerpen, yaitu majalah Annida. Dari majalah itu saya mengenal Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Novia Syahidah, Ifa Afiyanti, Boim Lebon, O Solihin, dan lain-lain. Saya tahu FLP sering mengeluarkan buku-buku baru seperti novel atau kumcer (kumpulan cerpen). Sempat juga membeli beberapa buku terbitan FLP. Saya suka buku-buku terbitan FLP, karena selain ceritanya bagus-bagus, juga dapat ilmu yang bermanfaat seputar islam dan literasi darinya.

Dulu saya belum tahu kalau di FLP ada perekrutan kader penuli pemula. Saya baru mengetahuinya sekitar tahun 2014, sedangkan mengenal majalah Annida sekitar tahun 2002. Wah, telat sekali ya!

Suatu hari saya sedang membuka facebook, tak sengaja melihat poster pendaftaran pramuda FLP Jakarta angkata 19. Tak perlu berpikir panjang, saya pun mendaftar. Agak lama menunggu info selanjutnya setelah mendaftar, hingga saya hampir lupa kalau pernah mendaftar FLP. Ditambah lagi persyaratan pembayaran yang belum ditunaikan karena pada waktu itu sedang tak ada uang. Saya pasrah, mungkin panitia tidak memasukkan saya ke dalam list peserta karena belum membayar, pikir saya. 

 Akhirnya saya melupakan perekrutan penulis baru FLP tersebut, hingga suatu hari sebuah chat di whatsapp mengejutkan. Notifikasi sebuah grup baru hinggap di ponsel saya. Ketika saya buka dan ternyata itu adalah grup pramuda 19 FLP Jakarta. Betapa senangnya mengetahui diri ini berada dalam grup tersebut. Ternyata pikiran saya salah tentang panitia FLP yang tidak memasukkan nama saya ke dalam list anggota baru mereka. Sejak saat itu saya begitu antusias menunggu info-info baru dan obrolan teman-teman baru pecinta literasi di grup pramuda FLP.

Bersama teman-teman seangkatan

Sebenarnya saya belum pernah belajar mengenai teori menulis dari mana pun, dan belum pernah membuat tulisan kecuali menulis buku diary saat SMA dulu. Saya hanya suka membaca buku seputar dunia menulis. Namun, sayang sekali semenjak saya bekerja tidak pernah menulis diary lagi, mungkin karna terlalu sibuk dan capeknya. Saya hanya suka sekali membaca cerpen-cerpen yang ada di majalah Annida dan terbesit keinginan bisa menulis seperti para penulis cerpen tersebut.

Saya termasuk orang yang pendiam, kurang bergaul, apalagi menjadi anak popular di sekolah. Ah, sepertinya mustahil. Saya tidak percaya diri jika berbicara di depan orang banyak. Bukan hanya di depan orang banyak, dalam keluarga pun saya termasuk yang sedikit bicara. Badan akan gemetar hebat bila harus bicara di depan orang banyak. Maka saya putuskan untuk bergabung dengan FLP. Lho? lalu apa hubungannya rasa percaya diri dengan FLP? Harusnya saya mendaftar ke kursus kepribadian, bukan dunia menulis, hehehe.

Saya berpikir tak perlu menjadi orang yang pintar bicara, pidato, ceramah atau apa pun yang berhubungan dengan khalayak ramai. Karena memang saya tak punya keahlian tersebut. Dari situ saya berkesimpulan menulis tidaklah membutuhkan keahlian berbicara. Saya bisa mengungkapkan apa yang ada di pikiran melalui tulisan tanpa harus bergetar di depan banyak orang. Itulah alasan saya bergabung dengan FLP. Saya akan mengasah kemampuan menulis di sana dan mulai menulis apa yang ingin saya sampaikan.

Ternyata dugaan saya salah. Setelah bergabung dengan FLP saya mengetahui bahwa menulis juga memerlukan keahlian berbicara. Karena penulis juga merangkap sebagai pembicara. Apa yang akan dibicarakan? Ya tentunya tulisan kita, buku kita dan apa pun yang kita tulis agar orang lain tahu, kenal dan tergerak untuk membaca dan membeli hasil karya kita. Mau tak mau saya harus memberanikan diri untuk itu. Merasa sudah terlanjur basah bergabung dengan FLP, jadi sekalian saja tenggelam di dalamnya.

Semakin lama berada di dalamnya, saya merasa semakin tenggelam. Ilmu tentang kepenulisan semakin banyak saya dapatkan, kemampuan menulis pun semakin terasah walaupun belum bisa dikatakan mahir. Selain ilmu kepenulisan, saya juga mendapatkan teman baru dan yang paling penting saya bisa bergaul dengan para penulis FLP yang hebat-hebat.

Para penulis keren FLP Jakarta
 
FLP semakin mengisi hari-hari saya. Pelatihan yang diselenggarakan setiap dua pekan sekali selalu menjadi momen yang saya tunggu-tunggu. Pertemuan dilaksanakan setiap hari Minggu, di mana hari itu memang waktu luang saya. Jika tak ada halangan yang berarti bisa dipastikan saya akan hadir di setiap pertemuan. Saya semakin aktif, semakin disibukkan dengan kegiatan FLP. Bukan hanya menulis, tapi beberapa event seperti seminar hingga nonton bareng pun saya ikut berpartisipasi di dalamnya.

nonton bareng film KMGP bersama FLP Jakarta

Tak disangka saya menjadi bagian dari komunitas menulis sekeren FLP. Bangga bisa bergabung dan bergaul dengan para penggiat literasi. Saya menjadi salah satu anggota aktif yang sering menjadi penyemangat teman-teman seangkatan. Saya sering mengingatkan teman-teman jika ada pertemuan berikutnya, juga menyemangati mereka untuk selalu menulis, paling tidak posting tulisan di blog masing-masing dan dishare ke teman-teman lain untuk dibaca dan dikomentari.  Dan saya mulai memberanikan diri untuk berbicara, mengungkapkan pendapat, mengajukan pertanyaan dalam setiap kesempatan yang sebelumnya tidak berani kulakukan di tempat lain. 

FLP telah mengubah diri saya dari seorang yang pendiam menjadi lebih aktif dan sedikit demi sedikit berani berbicara. Tapi tidak sepenuhnya berubah, kadang penyakit itu masih muncul di saat-saat tertentu. Saya yakin semua itu butuh proses, dan saya sedang menjalani proses itu. Harapan saya suatu saat nanti tiba waktunya saya tak gemetar lagi bicara di depan umum dan FLP menjadi salah satu jalan untuk mewujudkan itu.

No comments:

Post a Comment