ForumLingkar Pena, sudah lama sekali saya mengenal komunitas ini. Perkiraan saya sejak
duduk di bangku SMA. Waktu itu saya berlangganan majalan remaja islami yang
isinya banyak memuat cerpen, yaitu majalah Annida. Dari majalah itu saya
mengenal Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Novia Syahidah, Ifa Afiyanti, Boim
Lebon, O Solihin, dan lain-lain. Saya tahu FLP sering mengeluarkan buku-buku
baru seperti novel atau kumcer (kumpulan cerpen). Sempat juga membeli beberapa
buku terbitan FLP. Saya suka buku-buku terbitan FLP, karena selain ceritanya
bagus-bagus, juga dapat ilmu yang bermanfaat seputar islam dan literasi
darinya.
Dulu
saya belum tahu kalau di FLP ada perekrutan kader penuli pemula. Saya baru
mengetahuinya sekitar tahun 2014, sedangkan mengenal majalah Annida sekitar
tahun 2002. Wah, telat sekali ya!
Suatu
hari saya sedang membuka facebook,
tak sengaja melihat poster pendaftaran pramuda FLP Jakarta angkata 19. Tak
perlu berpikir panjang, saya pun mendaftar. Agak lama menunggu info selanjutnya
setelah mendaftar, hingga saya hampir lupa kalau pernah mendaftar FLP. Ditambah
lagi persyaratan pembayaran yang belum ditunaikan karena pada waktu itu sedang tak
ada uang. Saya pasrah, mungkin panitia tidak memasukkan saya ke dalam list
peserta karena belum membayar, pikir saya.
Akhirnya saya melupakan perekrutan penulis
baru FLP tersebut, hingga suatu hari sebuah chat
di whatsapp mengejutkan.
Notifikasi sebuah grup baru hinggap di ponsel saya. Ketika saya buka dan
ternyata itu adalah grup pramuda 19 FLP Jakarta. Betapa senangnya mengetahui diri
ini berada dalam grup tersebut. Ternyata pikiran saya salah tentang panitia FLP
yang tidak memasukkan nama saya ke dalam list anggota baru mereka. Sejak saat
itu saya begitu antusias menunggu info-info baru dan obrolan teman-teman baru
pecinta literasi di grup pramuda FLP.
Bersama teman-teman seangkatan |
Sebenarnya
saya belum pernah belajar mengenai teori menulis dari mana pun, dan belum
pernah membuat tulisan kecuali menulis buku diary saat SMA dulu. Saya hanya
suka membaca buku seputar dunia menulis. Namun, sayang sekali semenjak saya
bekerja tidak pernah menulis diary lagi, mungkin karna terlalu sibuk dan
capeknya. Saya hanya suka sekali membaca cerpen-cerpen yang ada di majalah
Annida dan terbesit keinginan bisa menulis seperti para penulis cerpen tersebut.
Saya
termasuk orang yang pendiam, kurang bergaul, apalagi menjadi anak popular di
sekolah. Ah, sepertinya mustahil. Saya tidak percaya diri jika berbicara di
depan orang banyak. Bukan hanya di depan orang banyak, dalam keluarga pun saya
termasuk yang sedikit bicara. Badan akan gemetar hebat bila harus bicara di
depan orang banyak. Maka saya putuskan untuk bergabung dengan FLP. Lho? lalu
apa hubungannya rasa percaya diri dengan FLP? Harusnya saya mendaftar ke kursus
kepribadian, bukan dunia menulis, hehehe.
Saya
berpikir tak perlu menjadi orang yang pintar bicara, pidato, ceramah atau apa
pun yang berhubungan dengan khalayak ramai. Karena memang saya tak punya
keahlian tersebut. Dari situ saya berkesimpulan menulis tidaklah membutuhkan
keahlian berbicara. Saya bisa mengungkapkan apa yang ada di pikiran melalui
tulisan tanpa harus bergetar di depan banyak orang. Itulah alasan saya
bergabung dengan FLP. Saya akan mengasah kemampuan menulis di sana dan mulai
menulis apa yang ingin saya sampaikan.
Ternyata
dugaan saya salah. Setelah bergabung dengan FLP saya mengetahui bahwa menulis
juga memerlukan keahlian berbicara. Karena penulis juga merangkap sebagai
pembicara. Apa yang akan dibicarakan? Ya tentunya tulisan kita, buku kita dan
apa pun yang kita tulis agar orang lain tahu, kenal dan tergerak untuk membaca
dan membeli hasil karya kita. Mau tak mau saya harus memberanikan diri untuk
itu. Merasa sudah terlanjur basah bergabung dengan FLP, jadi sekalian saja
tenggelam di dalamnya.
Semakin
lama berada di dalamnya, saya merasa semakin tenggelam. Ilmu tentang kepenulisan
semakin banyak saya dapatkan, kemampuan menulis pun semakin terasah walaupun
belum bisa dikatakan mahir. Selain ilmu kepenulisan, saya juga mendapatkan
teman baru dan yang paling penting saya bisa bergaul dengan para penulis FLP
yang hebat-hebat.
Para penulis keren FLP Jakarta |
FLP
semakin mengisi hari-hari saya. Pelatihan yang diselenggarakan setiap dua pekan
sekali selalu menjadi momen yang saya tunggu-tunggu. Pertemuan dilaksanakan
setiap hari Minggu, di mana hari itu memang waktu luang saya. Jika tak ada
halangan yang berarti bisa dipastikan saya akan hadir di setiap pertemuan. Saya
semakin aktif, semakin disibukkan dengan kegiatan FLP. Bukan hanya menulis,
tapi beberapa event seperti seminar hingga nonton bareng pun
saya ikut berpartisipasi di dalamnya.
nonton bareng film KMGP bersama FLP Jakarta |
Tak
disangka saya menjadi bagian dari komunitas menulis sekeren FLP. Bangga bisa
bergabung dan bergaul dengan para penggiat literasi. Saya menjadi salah satu
anggota aktif yang sering menjadi penyemangat teman-teman seangkatan. Saya sering
mengingatkan teman-teman jika ada pertemuan berikutnya, juga menyemangati
mereka untuk selalu menulis, paling tidak posting tulisan di blog masing-masing
dan dishare ke teman-teman lain untuk dibaca dan dikomentari. Dan saya mulai memberanikan diri untuk
berbicara, mengungkapkan pendapat, mengajukan pertanyaan dalam setiap
kesempatan yang sebelumnya tidak berani kulakukan di tempat lain.
FLP
telah mengubah diri saya dari seorang yang pendiam menjadi lebih aktif dan sedikit
demi sedikit berani berbicara. Tapi tidak sepenuhnya berubah, kadang penyakit
itu masih muncul di saat-saat tertentu. Saya yakin semua itu butuh proses, dan
saya sedang menjalani proses itu. Harapan saya suatu saat nanti tiba waktunya
saya tak gemetar lagi bicara di depan umum dan FLP menjadi salah satu jalan
untuk mewujudkan itu.
No comments:
Post a Comment