Saya jarang sekali baca novelnya Tere Liye. Novel pertama karya beliau yang saya baca adalah "Bidadari Bidadari Surga" dan itu sudah lama sekali. Nah, kira-kira sekitar tahun lalu saya membaca novel Tere lainnya yang berjudul "Pulang" dan itu baaaguuus banget menurut saya. Saya menyebutnya sebagai "novel rasa film". Bagaimana tidak? Membaca "Pulang" serasa menonton sebuah film action, seru dan menegangkan.
Sejak saat itu, saya jadi tertarik membaca novel Tere Liye lainnya. Sebut saja; Bumi, Bulan, Matahari, Tentang Kamu, Rindu, Berjuta Rasanya, Sepotong Hati Yang Baru. Saya memang belum membaca semua novel karyanya, tapi dari judul yang saya sebut di atas semuanya sangat berkesan, keren dan inspiratif.
Saya pernah bertanya dalam hati "kok bisa sih dia bikin cerita bagus kayak gini? Gimana caranya?" Saya pun mengambil kesimpulan dengan membuat jawaban sendiri. "Pastilah penulisnya adalah seorang yang cerdas, kreatif dan berimajinasi tinggi".
Selama ini saya tidak pernah melihat langsung sosok pencipta Raib, Ali dan Seli ini. Tapi hari ini di event Islamic Book Fair 2017, saya berkesempatan menghadiri bedah buku Tere Liye, Tentang Kamu. Dan saya cukup excited melihatnya. "Ternyata Tere Liye begini orangnya" :D
Tere Liye muncul, naik ke panggung dan mengisi acaranya sendiri tanpa moderator dan ia memoderatori dirinya sendiri. Penampilannya sangat santai, dengan kaus oblong, celana jins tanpa kupluk yang menjadi ciri khasnya.
Mulailah ia menceritakan proses kreatif buku "Tentang Kamu". Ia menyampaikan bahwa ia menulis Tentang Kamu hanya menghabiskan waktu satu bulan. Tapi jangan salah, risetnya sendiri dilakukan selama satu tahun lebih. Dan memang rata-rata novel yang ditulisnya memerlukan waktu satu tahun lebih untuk riset. Salah satu risetnya ia lakukan di sosial media, facebook. Tere sering melakukan survey ke para pembacanya melalui akun tersebut. Jadi, secara tidak langsung pembaca punya andil penting dalam mengembangkan ide ceritanya.
Meskipun judul-judul novelnya kebanyakan mengandung unsur "baper dan galau", kenyataannya saat membaca kisahnya, kita tidak akan menemukan kebaperan tersebut. Yang ada isinya tentang keteguhan, perjuangan hidup, shadow ekonomi, religius, walaupun tak ketinggalan unsur romance-nya.
Tere merupakan penulis produktif yang menulis novel dengan genre bervariasi. Ada soal cinta, keluarga, ekonomi, politik, anak dll. Berbagai genre tersebut mematahkan pemikiran pembaca yang men-cap bahwa Tere Liye adalah penulis roman.
Novelnya yang telah terbit sudah 26 buku. Dan ia membocorkan novel selanjutnya yang akan segera hadir tahun ini adalah "Bintang", lanjutan dari tiga serial sebelumnya Bumi, Bulan dan Matahari. Dan satu bocoran lagi, ia mengatakan serial Raib dkk, tidak akan berhenti sampai di Bintang. Akan ada kisah selanjutnya setelah Bintang.
Tere menyapa audience dengan kata "dek".
"Jadi gini ya, dek"
"Adik-adikku sekalian"
"Kalau mau jadi penulis harus banyak latihan, dek"
Tidak seperti penulis lain yang sudah terkenal, Tere termasuk orang yang tidak suka difoto apalagi diajak selfie. "Gak usah foto foto sama saya. Gak ada gunanya sama sekali," ujarnya.
Ada pertanyaan dari audience begini, "Novel Tere Liye bagus dan kaya diksi. Bagaimana caranya bisa menggunakan diksi yang tepat sehingga membuat tulisan menarik?"
"Latihan," jawabnya.
Lalu Tere melanjutkan, "Gini ya, dek. Menulis itu ibaratnya sama dengan memasak. Contonya begini, coba kalian berikan satu nampan berisi bahan makanan kepada ayah kalian dan bilang padanya, 'wahai ayah jika kau benar mencintai anakmu ini, buatkanlah saya 12 jenis masakan dari bahan-bahan ini'
Sang ayah pun akan melakukannya sesuai dengan yang ia mampu. Tempe digoreng, tahu digoreng. Selesai. Lalu, kacang panjang? Entah harus diapakan.
Tapi lain lagi jika kau bawa nampan berisi bahan makanan tersebut kepada ibumu. 'Wahai ibu bila kau benar mencintai anakmu ini, buatkanlah 12 jenis masakan untukku'. Maka ibu akan membuatkan 12 jenis masakan yang bervariasi seperti yang kau minta.
Mengapa bisa begitu, dek? Mengapa ayah hanya bisa memasak tempe goreng dan tahu goreng. Sedangkan ibu bisa membuat macam-macam jenis masakan? Simply. Jawabannya karna ibu sudah bertahun-tahun melakukannya. Ia sudah terbiasa memasak, jadi mudah sekali baginya untuk membuatkanmu 12 jenis masakan. Sedangkan ayah? Jangankan membuat 12 masakan, membedakan bumbu dapur saja sulit.
Jadi, dek. Menulis pun sama seperti memasak, butuh latihan."
Bedah buku sore itu cukup seru, tak sedikit pernyataan Bang Tere yang mengundang tawa audience membuat ruangan lebih semarak. Dari pertemuan singkat itu saya jadi tau sosok Tere Liye yang mengaku bukan orang yang religius, tapi dalam novelnya mengandung pesan-pesan religius yang begitu berarti.
Harapan Tere pada pembaca novelnya adalah agar bisa menghibur, lalu naik ke level bermanfaat dan naik lagi ke level inspiratif.
O ya, saya bukan penggemar apalagi yang nge-fans berat sama Tere Liye. Saya hanya menyukai karya-karyanya. Dan Tere Liye juga bilang, "Jangan menyukai penulisnya, cukup sukai saja karya-karyanya."