Wednesday 28 February 2018

Cara Asyik Menikmati Senja





Sejak purba, senja mati dalam usia muda
Aku hanya mampu menggunting senja
Menyimpannya di sudut hati
Dan membukanya saat aku tak tahu
Bagaimana mengobati penyakit rindu
Akulah sang penghimpun senja
(Puisi “Sang Penghimpun Senja” dari novel Akik dan Penghimpun Senja karya Afifah Afra)

Siapa pun yang menatap senja pasti akan tersihir oleh keindahannya yang begitu mempesona. Di mana pun kau menatapnya, takkan berkurang keindahannya. Pantai, gunung, di atas gedung bahkan di atas loteng rumahmu, senja akan selalu indah dipandang dari berbagai sisi.

Cara menikmati senja bagi setiap orang berbeda-beda. Izinkan saya berbagaia cara asyik menikmati senja versi saya:

Wednesday 21 February 2018

Memoar Sang Ulama Besar




Judul                            : Buya HAMKA Memoar Perjalanan Hidup Sang Ulama
Penulis                          : Yanuardi Syukur dan Arlen Ara Guci
Penerbit                        : Tinta Medina
Cetakan                       : 1, 2017
Tebal                            : 208 halaman

Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan HAMKA merupakan seorang ulama besar yang pernah dimiliki Indonesia. Ia adalah aktivis Muhammadiyah yang bervisi kebinekaan untuk keutuhan bangsa Indonesia. Kehidupan keluarga HAMKA rupanya tidak semenyenangkan yang saya kira. Ia harus menyaksikan perceraian orang tuanya saat masih kecil. HAMKA kecil juga dikenal sebagai anak nakal yang sering terlibat perkelahian antar siswa sekolah.


Buku biografi “BUYA HAMKA: Memoar Perjalanan Hidup Sang Ulama” ini ditulis oleh kolaborasi antara Yanuardi Syukur dan Arlen Ara Guci dengan membaginya menjadi tiga fase; fase pra penjara, fase penjara dan fase pasca penjara. 

Fase pra penjara secara garis besar menceritakan masa kecil HAMKA, aktivitas organisasi, kegiatan menulis dan hubungannya dengan pemerintahan Soekarno pada masa itu. Selain masa kecil yang sedikit disinggung di awal tulisan ini, saya sangat tertarik dengan kegiatan atau aktivitas menulis HAMKA. Setelah membaca aktivitas menulis dan membacanya, saya menemukan kesamaan dengan beliau seperti yang dikatakan Buya Zas, teman HAMKA.


“HAMKA bisa membaca selama dua tiga jam dan mencatat di kertas apa pun yang dekat dengannya- seperti bungkus rokok- lalu mengantongi catatan tersebut.” (hlm. 39)


Bedanya adalah saya tidak pernah mencatat di bungkus rokok, tapi saya sengaja menyiapkan selembar kertas khusus untuk mencatat apa pun dari buku yang dibaca 😀

Sejak muda, HAMKA sudah aktif menulis. Tulisannya rutin muncul di surat kabar dan majalah. Ia juga pernah menjadi wartawan dan editor di majalah Pedoman Mayarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam. Dalam hal membaca, HAMKA merupakan pembaca segala jenis karya mulai dari tasawuf, sejarah, filsafat dan moralitas. Pengaruh dari bacaan-bacaan tersebut cukup signifikan bagi perkembangan wawasan dan kemampuan menulisnya. 

Beberapa karya fenomenal telah berhasil ia terbitkan, di antaranya; Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Merantau ke Deli, Tasawuf Modern hingga Tafsir Al-Azhar yang berhasil ditulisnya selama di dalam penjara. Masih banyak lagi karya tulis HAMKA yang ternyata jumlahnya mencapai 118 karya. 

Fase kedua, yaitu penjara. Kisah dipenjarakannya HAMKA cukup menyedihkan. Pasalnya ia dijebloskan ke penjara oleh sahabatnya sendiri, Soekarno. Alasan tidak masuk akal pun dibuat untuk meloloskan niat memenjarakan HAMKA. Ia dituduh ingin membunuh Soekarno dan berkhianat bersekongkol dengan Malaysia. Meskipun tuduhan itu tidak terbukti, HAMKA tetap menjalani kurungan selama dua tahun.

Membaca fase penjara ini, saya jadi teringat dengan peristiwa yang berkaitan dengan ulama yang ditangkap yang terjadi saat ini. Rupanya kasus HAMKA masih relevan dengan zaman sekarang, di mana para ulama dituduh, ditangkap dan dipenjara dengan alasan menyebarkan kebencian atau kasus lainnya.

Saya menilai, tidak semua orang dipenjara itu bersalah. Mereka justru dipaksa mengaku bersalah atas apa yang tidak dilakukan. Seperti kasus HAMKA dan ulama-ulama saat ini. Meskipun di dalam penjara HAMKA tetap mampu menghasilkan karya. Salah satunya buku Tafsir Al-Azhar yang ditulisnya selama di penjara.

Fase terakhir, yaitu pasca penjara. Keluar dari penjara HAMKA tetap menjalani aktivitasnya seperti dulu; ceramah, menulis, mengajar dan mengurus organisasi. HAMKA dilantik menjadi ketua umum MUI pada 27 Juli 1975. Selama memimpin MUI, HAMKA melakukan kebijakan intern maupun ekstern. Ia juga merumuskan fatwa-fatwa terkait urusan agama Islam. Salah satu fatwa yang membuat resah pemerintah adalah diharamkannya umat Islam untuk turut merayakan Natal bersama. Bahkan mentri agama saat itu mendesak HAMKA untuk mencabut fatwa tersebut.

HAMKA tidak rela merusak aqidahnya dengan mencabut larangan tersebut. Daripada ia harus mencabut fatwa larangan merayakan Natal bagi umat Islam, ia justru memilih mundur dari jabatan ketua MUI. 

Keteladanan yang dapat diambil dari sosok ulama besar ini adalah sifatnya yang tidak mendendam dan ringan hati. Ia tidak mendendam pada Soekarno yang telah memenjarakannya, justru tetap menganggap Soekarno sebagai sahabatnya. Begitu pun dengan Pramudya Ananta Toer dan M. Yamin yang memusuhinya karena perbedaan pemikiran. HAMKA memaafkan mereka tanpa rasa dendam sedikit pun.

HAMKA bukan hanya ulama yang berpengaruh di masanya, hingga sekarang pun ia menjadi panutan dan inspirasi bagi umat Islam. Banyak mutiara hikmah yang telah ditorehkannya ke dalam karya tulis yang masih dicetak dan ditulis kembali oleh penulis-penulis Indonesia pada masa sekarang. Membaca biografi Buya HAMKA seperti meraup ilmu langsung dari sumbernya. Penulis buku ini berhasil menuliskan sebuah memoar yang ringan namun sarat makna.

Friday 16 February 2018

Sengsara atau Hikmah, Pilih Mana?



pixabay

Berhibur tiada salahnya karena hiburan itu indah
Hanya pabila salah memilihnya membuat kita jadi sengsara (Raihan)

Pernah dengar lirik lagu nasyid di atas? Dinyanyikan oleh grup nasyid asal Malaysia, yaitu Raihan. Saya tidak akan membahas tentang grup nasyid, tapi lebih kepada makna dari lirik lagu itu sendiri.

Hiburan. Satu hal yang cukup penting yang ada dalam hidup kita. Sebagai manusia yang hidup dengan segala hiruk pikuk dunia, mulai dari kehidupan keluarga, pekerjaan, lingkungan dengan berbagai permasalahannya, kita sangat butuh yang namanya hiburan. Setidaknya dengan hiburan yang ada, akan membuat hidup lebih relax dan menyenangkan.


Lalu, apa saja jenis hiburan yang dapat dinikmati? Sebut saja; film, musik, buku, makanan, dan lain-lain. Itu semua jenis hiburan yang mudah didapatkan saat ini. Tentunya kita harus selektif dalam memilih hiburan, karena seperti lirik lagu di atas, jika salah memilih bentuk hiburan malah akan membuat kita sengsara.

Islam itu indah dan mencintai keindahan. Hiburan itu salah satu jenis keindahan yang ada di dunia. Maka hendaknya kita sebagai umat Islam memilih jenis hiburan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Apakah memilih jenis hiburan yang sesuai dengan nilai Islam itu sulit? Sepertinya  tidak. Sebenarnya hiburan yang baik lagi bermanfaat itu banyak, tinggal kembalikan lagi kepada hati, apakah kita rela mengeluarkan uang untuk sebuah hiburan yang baik itu atau hanya untuk pemuas hawa nafsu.

Salah satu jenis hiburan yang digemari, yakni film. Zaman ini banyak sekali jenis film yang beredar, baik di layar kaca maupun layar lebar. Genre film-film tersebut pun beragam. Ada film komedi, drama, misteri, horor, roman, dan lain sebagainya. Tapi apakah kita harus menonton semua jenis film yang ditayangkan tersebut hanya sekadar mencari hiburan? Lagi-lagi jawabannya tidak. Kita cenderung akan menonton film-film yang memang sesuai dengan selera kita.

Memilih jenis film yang akan ditonton harus lebih selektif. Harus ada tujuan atau output yang bisa diraih. Jangan jadikan hiburan hanya sebagai pemuas hawa nafsu. Karna itu justru hanya akan membuang waktu percuma dan pada akhirnya membuat kita sengsara atau merugi. Pilihlah film yang tidak hanya menghibur tapi juga membawa manfaat baru dalam kehidupan kita. Syukur-syukur bila film yang ditonton akan membawa pengaruh meningkatnya ibadah kita yang selama ini merosot.

Sayangnya film-film yang beredar di Indonesia masih didominasi oleh film yang berbau mistis dan percintaan remeh temeh ala remaja zaman sekarang. Bahkan salah satu film horor beberapa waktu lalu berhasil menembus angka jutaan penonton hingga dinikmati sampai mancanegara. Tidak jauh beda dengan film percintaaan remajanya, lebih sering menonjolkan gaya pacaran serta pameran aurat dari para pemainnya. Astagfirullah

Sedih mengetahui remaja Indonesia dicekoki film-film horor dan percintaan remeh temeh (pacaran). Film semacam itu menurut saya tidak baik untuk perkembangan karakter remaja. Efek menonton film horor dapat menimbulkan rasa takut, tegang, percaya pada hal-hal mistis atau irasional yang tidak ada tuntunannya dalam Alqur’an. Sedangkan tema percintaan khas remaja efeknya memberi contoh seputar kehidupan orang berpacaran. Tidak hanya pacaran, pengaruh lainnya dari film tersebut adalah gaya berpakaian yang akan dengan mudahnya menjadi trend setter bagi anak muda. Pastinya gaya berpakaian di film-film itu adalah pakaian yang mengumbar aurat dengan berbagai model. 

Tentu tidak semua film yang hadir di Indonesia sejenis film-film yang disebutkan di atas. Tidak sedikit para pekerja atau pembuat film yang memproduksi film bagus berkualitas. Masih ada orang-orang yang peduli dengan pendidikan moral bangsa dengan menyajikan film yang penuh semangat membangkitkan harapan. Masih ada orang-orang yang cemas akan pergaulan anak muda yang semakin tidak terkontrol, sehingga mereka pun memproduksi film khas remaja yang lebih membawa perubahan positif. 

Namun, sekali lagi, sayangnya, orang Indonesia sedikit sekali yang sadar dan mendukung film-film baik seperti itu. Film horor dan tema pacaran masih menjadi primadona di kalangan remaja. Maka, mulailah dari diri kita sendiri. Mulailah memilih hiburan yang tidak hanya memuaskan hawa nafsu dan sedang hits, tapi pilih hiburan yang membawa manfaat dan pelajaran dalam hidup. Kita pun dapat mengajak remaja untuk turut menonton film-film baik dengan berbagai cara yang saat ini popular, yaitu media sosial. 

Dalam mencari hiburan pun hendaknya tidak berlebihan dan meninggalkan kewajiban kepada Allah SWT. Jangan sampai hiburan tersebut membuat kita lalai pada perintah Allah, seperti salat. Hanya karna mengejar jam tayang film, kita rela mengabaikan waktu salat. Tentu saja hal itu sangat tidak sesuai dengan nilai Islam dan malah akan membawa kepada sengsara di akhirat.





Saturday 10 February 2018

Inspirasi di Meet Up With Khadija




Bersyukur diberikan kesempatan oleh Allah untuk mengenal dan bergabung dengan komunitas-komunitas baik, salah satunya Blogger Muslimah Indonesia. Komunitas blogger khusus muslimah yang didirikan oleh seorang penulis yang telah melahirkan beberapa karya novel. Ialah Novia Syahidah Rais sebagai founder komunitas baik ini sejak 2014.

Blogger Muslimah (BM) telah sukses mengadakan berbagai acara yang dihadiri para blogger yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Acara terbaru yang baru saja terselenggara, yaitu Meet Up With Teh Khadija (Peggy Melati Sukma). Bertempat di gedung Proxsis, Permata Kuningan lt.17. ini merupakan kali ke dua BM bekerjasama dengan Proxsis dalam menyelenggarakan kegiatan.

Kumpulan Cerita Menghibur dan Sarat Makna dari Penulis Cilik

  Judul: Papa Idamanku Penulis: Farah Hasanah K. Dinda Rahmadhani, dkk. Penerbit: Indiva Media Kreasi Tebal: 143 halaman Harga: Rp...