Wednesday 29 January 2020

Menyelami Kisah Perjuangan Pangeran Diponegoro Melalui Novel Sejarah






Judul                           : Sang Pangeran Dan Janissary Terakhir
Penulis                         : Salim A. Fillah
Penerbit                       : Pro-U Media
Cetakan                       : I, November 2019
Tebal                           : 632 halaman
ISBN                           : 978-623-7490-06-7

“Kekalahan itu ketika ditinggalkan Gusti Allah meskipun kita menang perang ataupun punya banyak kawan serta pengikut. Sebaliknya yang disebut kemenangan adalah tetap bersama Gusti Allah meskipun kita tinggal sendirian atau bahkan binasa dalam peperangan”. (hlm. 443)

Saya begitu excited mendengar terbitnya buku terbaru Ustadz Salim ini. Kenapa? Karena buku-buku beliau yang pernah saya baca sebelumnya merupakan buku dengan genre non-fiksi. Nah, yang membuat saya excited ialah kali ini Ustadz Salim menulis buku fiksi, yaitu sebuah novel sejarah yang mengisahkan tentang Perang Jawa dengan judul “Sang Pangeran dan Janissary Terakhir”. Langsung saja saya mendaftar untuk PO kepada penerbit Pro-U. Ketika saya menerima buku ini, ternyata bukunya tebal dan besar. Saya sudah membayangkan keseruan cerita di setiap babnya.

Novel sejarah ini menceritakan tentang perjuangan Pangeran Diponegoro dalam membebaskan tanah Jawa dari jajahan Belanda. Perang yang berlangsung sejak tahun 1825 hingga 1830 menyisakan kepedihan yang begitu mendalam. Kemenangan dan kekalahan dipergilirkan. Beberapa tahun di awal peperangan, pasukan Pangeran Diponegoro membuat Belanda kualahan. Namun, seiring berjalannya waktu Belanda pun merasa di atas awan.

Seperti kutipan di atas tentang hakikat kalah dan menang, Sang Pangeran dan para pengikutnya pernah mengalami kekalahan. Bahkan Rasulullah pun dipergilirkan antara kemenangan dan kekalahan dalam peperangan memberantas kesyirikan kaum Quraisy. Kekalahan tentu saja membawa pada kesedihan, akan tetapi hal yang paling menyakitkan dari peperangan ialah adanya pengkhianatan yang bertubi-tubi menimpa Sang Pangeran. Kesedihan yang mendalam ketika orang kepercayaan, panglima hebat dalam pasukannya, bahkan kerabat yang memiliki ikatan kekeluargaan dengan Sang Pangeran justru membelot membela penjajah Belanda. Beruntung Sang Pangeran masih memiliki kawan setia dan para Janissary terakhir dari pasukan kekhalifahan Turki Ustmaniyah yang terus berjuang bersama demi tanah air merdeka.

Kehadiran para Janissary terakhir, Nurkandam dan Basah Katib, membuat novel ini semakin menarik. Saya terkesan dengan hubungan mereka yang begitu erat melebihi hubungan sekretaris kepercayaan dan anak pimpinan khalifah Turki Ustmani. Ditambah kisah cinta keduanya dengan wanita pribumi yang rumit. Sayangnya, ada yang berusaha merusak hubungan harmonis tersebut.

Plot atau alur cerita dalam novel ini dibuat maju mundur dari tahun 1821-1837. Awal membaca novel ini saya merasa kesulitan masuk ke dalam ceritanya. Alur yang maju mundur membuat saya bingung dan harus mengingat-ingat waktu kejadian peristiwa yang sedang diceritakan. Meskipun agak membingungkan di awal, semakin dibaca semakin terasa ketegangan, perjuangan, kesetiaan dan kepedihan yang dialami Sang Pangeran dan Janissary Terakhir dalam menghadapi musuh di medan perang.

Dengan ketebalan 632 halaman ini tentunya banyak tokoh yang ditampilkan. Hal ini juga  membuat saya berusaha keras mengingat siapa saja nama tokoh dan perannya dalam cerita ini. Tapi jangan khawatir, di awal pembuka novel ini Ustadz Salim menuliskan daftar nama tokoh plus kedudukannya di dalam cerita. Jadi, pembaca bisa lebih memahami keterkaitan antar tokoh-tokohnya.



Novel ini sangat cocok menjadi referensi para pecinta sejarah. Pembaca akan mendapat gambaran tentang sosok Sang Pangeran yang seorang pejuang sekaligus santri yang bijak dan solih. Hubungan erat antara kekhalifahan Turki dan mukmin Nusantara juga digambarkan dengan sangat apik. Satu hal yang cukup mengejutkan saya dapatkan dari novel ini ialah adanya salah satu alasan mengapa Belanda menjajah bumi Nusantara.

Belajar sejarah dengan membaca novel tentu lebih asyik daripada membaca buku sejarah dengan tema yang dianggap berat dan kurang menarik bagi sebagian orang. Walaupun tidak luput dari kekurangan, yaitu adanya beberapa kesalahan ketik, tidak mengurangi esensi dari kisah yang ditampilkan yang membutuhkan riset sekitar dua tahun dalam proses penulisannya ini. Bagi pecinta novel sekaligus penikmat sejarah, novel ini layak menjadi pilihan untuk memuaskan dahaga dengan menyelami kisahnya.  
 
  
  

Kumpulan Cerita Menghibur dan Sarat Makna dari Penulis Cilik

  Judul: Papa Idamanku Penulis: Farah Hasanah K. Dinda Rahmadhani, dkk. Penerbit: Indiva Media Kreasi Tebal: 143 halaman Harga: Rp...