Wednesday 10 December 2014

Creative Writing Workshop: Menulis Resensi Dari Hati

Ada dua workshop yang aku hadiri pada Sabtu, 6 Desember 2014 dalam rangka acara Festival Pembaca Indonesia. Workshop pertama bertajuk “Menulis Resensi Dari Hati” dan yang kedua “Travel Blog Wroter and Photography”. Aku akan sedikit berbagi apa yang aku dapat dari kedua workshop tersebut. Namun aku akan membuatnya menjadi dua tulisan yang terpisah. 

 “Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Maka ikatlah ilmu dengan menuliskannya”. (Imam Syafi’i)


Semoga dengan menuliskan sedikit ilmu yang kudapat ini setidaknya dapat mengabadikan ingatanku agar ilmu yang didapat tidak menguap begitu saja. Dan aku akan bersyukur sekali jika tulisan ini membawa manfaat bagi teman-teman yang membaca.

Kali ini aku akan membahas workshop yang pertama terlebih dahulu yaitu “Menulis Resensi Dari Hati”.

Workshop “Menulis Resensi Dari Hati” ini diisi oleh nara sumber dari komunitas Goodreads Indonesia dan Blogger Buku Indonesia, Helvry Sinaga dan Truly.

Helvry Sinaga dari Blogger Buku Indonesia
Apakah resensi sama dengan synopsis? Keduanya sama-sama mengulas isi dari sebuah buku, namun mereka memiliki definisi yang berbeda. Synopsis adalah ringkasan atau garis besar tentang keseluruhan isi buku. Sedangkan resensi adalah perpaduan antara ringkasan, pembahasan, penilaian dan kritik terhadap isi buku. Resensi lebih mengacu kepada sebuah pekerjaan intelektual dari resensor (sebutan untuk orang yang menulis resensi), bukan dari penulis buku itu sendiri.

Mengapa kita harus menulis resensi? Helvry mengemukakan beberapa alasan mengapa harus menulis resensi, diantaranya:

1.    Sebagai sarana untuk mengkritisi sebuah teks.
2.    Memaknai pembacaan.
3.    Merawat ingatan,
Dengan menulis resensi, kita akan dengan mudah mengingat isi dari sebuah buku. Selain itu jika kita sudah terbiasa dan terlatih dalam menulis resensi, kita dapat melihat perubahan dari setiap tulisan yang kita buat, mulai dari gaya bahasa, pemilihan diksi, dll. Tentunya dengan perubahan itu kita dapat lebih meningkatkan kualitas tulisan kita.
4.    Menulis adalah saudara kandungnya membaca,
Kita tidak bisa menjadi seorang penulis jika kita tidak suka membaca. Karena dari sebuah bacaan maka akan lahirlah sebuah tulisan. Maka menulis dan membaca diibaratkan saudara kandung.

Selanjutnya adalah hal-hal apa saja yang diulas dalam sebuah resensi? Pada kesempatan ini kita focus pada penulisan resensi dari sebuah novel. Yang harus diulas dari menulis resensi sebuah novel adalah:

1.    Jalan cerita
Bagaimana jalan cerita dari sebuah novel? Tulislah semenarik mungkin sehingga dapat menarik pembaca untuk membeli atau membaca novel tersebut.
2.    Setting
Tulislah tempat-tempat yang menjadi setting dari novel yang ingin diresensi. Apa yang menarik dari tempat tersebut, mengapa resensor memilih tempat tersebut, dll.
3.    Tokoh
Tokoh sangat penting dalam sebuah cerita. Tulislah tokoh-tokoh yang terlibat serta karakter khas dari tokoh tersebut.
4.    Gaya penulisan
Dalam membuat resensi, kita juga dapat mengulas dari segi gaya bahasa. Gaya bahasa apa yang digunakan oleh si pengarang novel.
5.    Cover
Cover dapat menjadi bahasa yang menarik dari sebuah resensi. Ungkapkan secara mendetil mengenai cover dari sebuah novel. Misalnya, warna cover, gambar yang terdapat di cover, jenis tulisan atau font, kertas, dll.

Selain poin-poin yang harus diulas dalam sebuah resensi, ada pula hal-hal yang harus dihindari dalam penulisan resensi.

1.    Meniru gaya resensi orang lain.
Sebagai pemula biasanya kita akan mencari atau mencontoh gaya bahasa penulis lain dalam tulisan kita. Tidak salah memang untuk menjadikan penulis lain sebagai role model. Tapi seiring berjalannya waktu alangkah baiknya kita menentukan gaya bahasa kita sendiri. Jangan sampai kita meniru gaya bahasa orang lain terus-menerus. Dengan meniru gaya penulis lain, kita jadi tidak mempunyai ciri khas.

2.    Spoiler
Istilah ini terasa asing ditelingaku. Aku baru mendengarnya di workshop ini, hehe. Spoiler adalah keterangan mengenai suatu cerita yang membeberkan jalan cerita tersebut secara berlebihan, sehingga membuat pembaca tidak penasaran lagi dengan buku atau novelnya. Jadi sebaiknya jika menuliskan sebuah jalan cerita hendaknya tidak ditulis secara keseluruhan. Buatlah pembaca penasaran sehingga mereka akan membaca atau membeli bukunya.

3.    Jangan menggunakan kata-kata klise atau kata-kata yang sudah umum. Pilih kata-kata yang unik dan cocok sehingga membuat tulisan lebih menarik.

4.    Informasi buku yang tidak lengkap.
Gunakan referensi atau sumber dari buku lain yang lengkap dan mendukung sebagai informasi tambahan dalam resensi kita.

5.    Hindari porsi curhat yang terlalu banyak.
Karena resensi adalah hasil dari penilaian kita sendiri, biasanya kita cenderung membuatnya seperti sebuah curhatan pribadi. Boleh saja mengungkapkan isi hati atau curhat dalam resensi, namun porsinya sebaiknya tidak terlalu banyak.

Terakhir, inti dari menulis resensi dari hati adalah HATI.

H: Honest. Menulislah dengan JUJUR. Jangan takut jika tulisanmu tidak bagus atau kurang menarik. Yang paling penting adalah kamu menulis dengan jujur, apa adanya dan tentunya hasil karya dari pemikiran sendiri.

A: Act more than your role model. Seperti yang telah ditulis diatas bahwa kita boleh saja meniru gaya penulis lain sebagai role model kita. Namun perlu ditekadkan dalam diri bahwa kita harus menulis lebih baik, lebih bagus, lebih beda dari role model yang telah kita tiru.

T: Timely and consistently. Buat target secara terukur dan lakukan dengan konsisten. Menulis adalah sebuah kegiatan yang membutuhkan latihan terus-menerus. Tetapkan target pribadi untuk mulai menulis secara teratur dan lakukan dengan konsisten agar mendapatkan hasil yang maksimal.

I: Inspiring. Tulisan yang menginspirasi akan membuat pembaca termotivasi. Berusahalah untuk membuat tulisan yang tidak hanya bagus tapi juga bermanfaaat dan memberi inspirasi untuk banyak orang.

Pada initinya jenis tulisan apapun yang kita buat memang sudah seharusnya ditulis dengan jujur dari hati. Bukan tulisan yang mengada-ada apalagi sebuah tulisan yang menipu. Lain halnya dengan jenis tulisan fiksi atau imajinasi. Penulis sah-sah saja mengekspresikan khayalannya, namun tetap harus bisa dipertanggungjawabkan.

Setelah penjelasan panjang lebar tentang menulis resensi. Pembicara member kesempatan kepada para peserta workshop untuk latihan membuat resensi. Buku apa yang akan kita buat resensinya? Pihak panitia sudah menyiapkan banyak buku yang bisa dijadikan bahan umtuk membuat resensi, lalu buku-buku tersebut dibagikan kepada para peserta. Setiap peserta mendapatkan buku yang berbeda-beda. Yang paling membuatku senang adalah buku-buku yang dibagikan itu tidak perlu dikembalikan alias boleh dibawa pulang. Ah, senangnya dapat buku gratis, hehe. Aku mendapatkan buku dengan judul "Dekapan Kematian" karangan Oki Setiana Dewi. senang sekali bisa dapat bukunya OSD ini.



Akupun pernah mencoba menulis resensi untuk beberapa buku yang telah kubaca.. Itu kulakukan sebagai latihan dan mengasah kemampuanku dalam menulis. Namun aku merasa tulisanku belum cukup baik, maklum pemula. Buku-buku yang aku resensi adalah buku-buku lama bukan buku keluaran baru. Kalian bisa membacanya di label “Books I Read”.

Demikian sedikit ilmu yang bisa aku bagi tentang menulis resensi. Semoga bermanfaat untuk teman-teman yang membacanya. Dan yang paling penting adalah “Mulailah Menulis Sekarang!” ^_^


3 comments:

  1. terima kasih sudah datang ke workshop dan menuliskan bahan tentang resensi ini

    selamat menulis :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2 Mas Helvry.
      Senang sekali bisa dapet ilmu menulisnya :)

      Delete
  2. kereenn...! (y)
    terima kasih tlh berbagi.

    ReplyDelete