“Bang,
lewat Wisma Bisnis Indonesia ga?”, tanyaku pada supir angkot yang sedang
bercengkrama dengan seseorang. Ketika aku bertanya, pak supir agak kurang
memperhatikan dan akhirnya dia tidak menjawab pertanyaanku. Tapi ada seorang
wanita yang baik hati yang duduk di samping pak supir menjawab pertanyaanku.
“Mbak
mau bareng? Kebetulan saya juga mau ke sana.” Jawab wanita itu sambil
membukakan pintu depan mobil.
“Oh,
mbak juga mau ke sana? Wah, boleh deh bareng.” Jawabku antusias. Senang sekali
mendapat teman seperjalanan yang menuju ke tempat yang sama.
Setelah
duduk manis di dalam angkot, kulihat ke arah wanita yang bersamaku diam saja
dan kelihatannya dia tidak akan memulai percakapan. Untuk memecah kekakuan
diantara kita, aku mencoba menegurnya lebih dulu.
“Emang
ada acara apa mbak di Wisma Bisnis Indonesia?”. Tanyaku.
“Workshop
menulis.” Jawabnya singkat.
Aku
terperanjat mendengar jawabannya, karena aku pun akan menghadiri workshop
menulis di sana. Senang sekali rasanya bertemu dengan teman baru yang tak
dikenal dan memiliki tujuan yang sama. Jadi aku tidak perlu khawatir sendirian.
Setelah itu percakapan kami pun mulai mengalir. Rupanya dia tinggal di
Sukabumi. “Wah jauh sekali.” Pikirku. Tapi demi menerbitkan mimpi, dia rela
pergi jauh di hari Minggu pagi, dimana ini adalah waktu untuk bersantai
menikmati hari libur di rumah bersama keluarga.
Sejenak
kami pun terdiam menikmati perjalanan yang cukup lancar di Minggu pagi yang
agak mendung ini. Ya, memang kota Jakarta di pagi hari apalagi hari libur
seperti ini, jalanan akan lebih lancar dibandingkan hari lainnya. Aku sangat
menikmati perjalanan ini, terlebih lagi di mobil angkutan ini Pak supir memutar
lagu favoritku, Westlife, salah satu boyband kesukaanku waktu sekolah dulu
sampai sekarang. Lagu-lagu mereka sangat enak didengar dan aku menyukai hampir
semua lagu-lagu mereka. Tanpa terasa bibirku ikut bergerak melantunkan lirik
demi lirik yang memang sudah kuhafal sejak dulu. Tentunya dengan suara yang
tidak bisa didengar oleh orang lain karena itu adalah tempat umum, hehe. Kudengar Pak supir juga ikut bergumam menyanyikan lagu itu, walaupun banyak lirik yang salah :D.
Mendengarkan lagu favorit menjadi salah satu pembangkit semangat dan
kebahagiaan pagi itu. Karena bahagia itu sederhana, mendengarkan lagu yang
disukai adalah salah satu alasan membuatmu bahagia.
Tiba
di gedung yang dituju kami langsung naik ke lantai 8 tempat acara workshop
dilaksanakan. Begitu sampai di ruangan ternyata kami adalah peserta pertama
yang datang. Setelah registrasi kami mendapatkan kupon untuk coffee break dan
lunch. Sambil menunggu, aku melanjutkan berbincang dengan Mbak Hani teman
seperjalanan tadi, sambil sedikit mengisi perut dengan snack yang aku bawa dan
tentunya coffee break yang telah disediakan. Semakin lama semakin banyak
peserta yang berdatangan. Tambah lagi kenalanku pagi itu, seorang wanita muda
yang masih berkuliah di IPB namanya Bina. Dia datang bersama sepupu
laki-lakinya.
Bina wanita muda yang penuh semangat ini sedang menjalani
semester akhir dan menyusun skripsi. Dia juga bertekad akan menerbitkan bukunya tahun ini. Senang sekali berkenalan dengan anak-anak
muda yang hebat dan penuh semangat ini. Ah, kami sudah semakin terbakar
semangat dan tak sabar untuk mengikuti workhop menulis hari ini.
Aku
menyukai dunia menulis kurang lebih satu tahun terakhir ini. aku sangat
antusias jika mengetahui ada acara-acara yang berhubungan dengan dunia menulis
seperti seminar, training, workshop, bedah buku, launching buku terbaru, dll.
Dan hari ini adalah salah satu workshop menulis yang aku harap dapat
membangkitkan semangatku untuk menulis lebih baik lagi.
Ada
tiga pembicara dalam workshop ini yang memang sudah aku kenal sebelumnya, walau
hanya di dunia maya, hehe. Mereka adalah para penulis, pengusaha, mentor dan
trainer professional dan sangat ahli dibidangnya. Mereka adalah Rindu Ade,
Brili Agung dan Dewa Eka Prayoga. Semua yang mereka paparkan sangat berguna
bagi kami para penulis pemula. Mereka begitu bersemangat membawakan materi
sehingga semangat itu pun menular ke para peserta.
Pesan
dari para pembicara begitu melekat dibenakku. Mbak Rindu menyampaikan tentang
bagaimana kita bisa menulis dengan hati. Tulisan dengan hati akan sampai ke
hati, bawalah pembaca ke alur sehingga mereka seolah-olah merasakan pula apa
yang kita tulisan. Terbitkanlah minimal satu buku sebelum mati. Setidaknya
walau raga sudah terbungkus kain kafan, buku akan hidup selamanya, meskipun
kita tidak memiliki harta untuk diwariskan, buku akan menjadi warisan yang
begitu berharga.
“Penulis
itu harus eksis di social media, kalau perlu buat akun disemua akun sosmed.
Bukan agar supaya terkenal, tapi social media adalah wadah yang efektif untuk
menjual buku kita, selain itu untuk menjalin kedekatan dengan pembaca lewat sosmed.” Itu
kata Brili Agung, yang baru saja akan meluncurkan buku terbarunya yang berjudul "ME".
Terakhir
dari Dewa Eka Prayoga yang 7 bukunya best seller semua walaupun harganya selangit,
yaitu di atas Rp.200rb, can you imagine? Buku-buku Mas Dewa kebanyakan bertema marketing dan penjualan.
Mas
Dewa menantang seluruh peserta untuk menyelesaikan naskah bukunya masing-masing.
Seluruh peserta diajak untuk mendeklarasikan sebuah janji tentang kapan naskah
kita akan selesai ditulis. Kemudian jika dalam waktu yang telah ditentukan
naskah belum juga selesai, maka kita harus memberi hukuman pada diri sendiri.
Masing-masing kelompok mendeklarasikan janjinya dan anggota kelompok yang lain
menjadi saksi hidup untuk janjinya tersebut.
Mbak
Hani berjanji akan menyelesaikan naskahnya pada tanggal 15 Juli 2015. Dan jika
dalam waktu tersebut naskah belum selesai, hukumannya adalah lari keliling
komplek sambil teriak-teriak. Haha. Mba Hani sanggupkah melakukannya? Semangat
Mbak!!
Sedangkan
janji Bina adalah menyelesaikan naskah pada 15 Desember 2015. Dan hukuman
jika naskah tidak selesai pada tanggal tersebut adalah dia tidak akan makan
fried chicken dan bakso selama satu bulan, karena itu adalah makanan
favoritnya. Duuh, gimana rasanya tidak makan makanan favorit selama satu bulan.
Ayo Bina! Kamu pasti bisa.
Aku
sendiri masih bingung kapan harus menyelesaikan naskahku, memulai saja belum,
ide ingin menulis apa, pun belum ada. Bagaimana aku akan menyelesaikannya?
Baiklah, bagaimanapun aku harus mendeklarasikan janjiku. Inilah janjiku:
“Aku
berjanji akan menyelesaikan naskah tulisanku pada tanggal 25 Mei 2015
(sebelumnya 30 Desember 2015, tapi sepertinya terlalu lama. Jadi aku revisi,
haha..gaya banget ya mau cepat-cepat. Semoga bisa, aamiin). Jika pada waktu
tersebut naskah belum selesai, sebagai hukumannya aku akan berhenti dari hiruk
pikuk social media selama satu bulan. Baik itu BBM, WA, facebook, twitter,
LINE, dll.”
Hehe…cukup
berat ga ya hukumannya? Bagiku cukup berat, karena aku tidak bisa menjauh
darinya. Oh NO!! berarti aku harus berusaha keras untuk memenuhi janjiku itu.
bantu doa ya semua ^^
Sebelum
penutupan acara, panitia membuka sesi tanya jawab dan bagi-bagi hadiah.
Alhamdulillah aku mendapatkan buku dari Brili Agung dan foto bareng, hehe. Tapi
fotonya sih tidak terlalu penting, yang paling penting adalah bukunya yang
berjudul “Jangan Bodoh Mencari Jodoh”, ah, kenapa selalu tentang jodoh?
Sepertinya kata yang satu itu sedang menjadi tren dimana-mana. Ok, baiklah. Mari kita
baca bagaimana cara mencari jodoh versi Brili Agung ^_^
Selamat
membaca. Selamat menulis. Selamat menerbitkan mimpimu. Bismillah.
Hihihi, senang juga bertemu, berkenalan dan bersama Nia sama-sama belajar dan menerbitkan mimpi kita. Semangat ya, Nia! keep istiqomah ^_^ tulisan kamu bagus dan enak dibaca. Lanjutkan!
ReplyDeleteWuuahh,,,thank you so much Bina. Let's study together and make our dreams come true ASAP. BIsmillah, semangaaaatt!
Delete