Minggu
pertama awal bulan adalah jadwal rutin untuk kajian MANIS (Majelis An Nisa) di
AQL Islamic Center. Setiap bulannya majelis ini mendatangkan ustadzah atau
pemateri yang hebat, inspiratif dan ahli di bidangnya. Beberapa pemateri yang
pernah hadir diantaranya; Ustadzah Maemun Herawati, Ummi Hilya (hafidzah cilik
RCTI), Ustadzah Erika Suryani, Lc.
Pada
Sabtu, 4 Juni 2016 lalu, kajian MANIS
mendatangkan pemateri yang tidak asing bagi kita semua. Seorang artis yang
telah hijrah dan mewaqafkan dirinya secara total di dunia Islam. Dengan gamis
pink dan hijab panjangnya, Peggy Melati Sukma hadir dengan penuh keceriaan dan
semangat untuk berbagi pada kami semua jama’ah kajian ini.
Wanita
cantik yang biasa disapa dengan sapaan Teh Peggy ini sangat aktif dalam
kegiatan dakwah Islam, terutama kepeduliannya terhadap saudara-saudara kita
yang masih berada dalam penjajahan. Palestina, Rohingya, Suriah, Afrika menjadi
perhatian khusus dalam misi dakwahnya. Khusus Palestina, Teh Peggy membagi
pengalamannya selama menangani beberapa kegiatan kemanusiaan, baik projek dari
Urban Syiar miliknya maupun projek-projek kemanusiaan dari lembaga Nasional.
Teh
Peggy menjalin hubungan kemitraan dengan lembaga-lembaga kemanusiaan di Palestina.
Beberapa projek yang telah dijalankan diantaranya, Women Center, bertujuan
untuk menjadi wadah para janda syuhada dalam berkreasi membuat kerajinan. Lalu
ada juga sekolah yang dibangun untuk anak-anak di Jalur Gaza.
Dalam
kesempatan kajian ini, teh Peggy memutarkan video dan menayangkan foto-foto
para janda syuhada yang tak lagi mempunyai tempat tinggal karena telah hancur
dibombardir oleh Zionis Israel. Anak-anak yang memakai kursi roda karena tidak
lagi memiliki kaki untuk berjalan, gedung-gedung dan rumah hancur rata dengan
tanah. Semua itu membuat kami para
jama’ah tak kuasa menahan air mata. Terdengar isak dari jama’ah di samping kiri
kanan, belakang, bahkan teh Peggy pun tak bisa berbicara dengan lancar akibat
menahan air mata.
Dalam
pemaparannya ditampilkan juga peta Palestina yang hijau,tapi seiring perjalanan
waktu warna hijau itu pun berubah menjadi putih dikarenakan Zionis Israel yang
terus menerus merampas tanah milik Palestina. Hanya tersisa titik-titik hijau
yang menandakan wilayah itu masih berdiri negara Palestina. Sementara wilayah
lain hanya tersisa titik-titik hijau, Jalur Gaza masih bertahan utuh, namun
bagai terpenjara akibat blokade besar-besaran ulah Zionis Israel.
Ada
rasa kasihan dan prihatin pada saudara-saudara di Palestina yang masih terjajah
di zaman sekarang ini yang katanya modern dan berperadaban tinggi. Tapi bagi
rakyat Palestina ledakan bom, kehilangan anggota tubuh, kehilangan keluarga
adalah hal yang biasa. Mereka lahir untuk syahid. Malah mereka mengatakan pada
teh Peggy,
“Kami baik-baik saja di sini. Kamu tak perlu sedih, jangan menangis.
Bantulah kami dengan senjata. Bukan senjata seperti yang Israel miliki, tapi
senjata yang paling ampuh adalah doa. Doakan saja kami karena itulah senjata
paling ampuh yang dimiliki umat Islam”. Semakin tersayat-sayatlah hati kami,
para jama’ah yang mendengarnya.
Betapa
rakyat Palestina begitu kuat, tegar menghadapi ujian di dunia ini. Karena
mereka tau Surga menanti bagi mereka yang membela Islam, memperjuangkan Islam
dan syahid di jalanNya.
Pesan
teh Peggy, sertakan selalu saudara-saudara kita di Palestina, Suriah, Rohingya
dan di belahan dunia mana pun dalam doa-doa kita. Apalagi di bulan Ramadhan
yang penuh kemuliaan dan mustajabnya doa-doa yang dipanjatkan.
No comments:
Post a Comment