Judul : Ketika Anies Baswedan Memimpin
Penulis : Muhammad Husnil
Penerbit : Mahaka Publishing
Terbit :
Januari 2017
Tebal : 272 halaman
Ada
satu prinsip Anies Baswedan yang sangat menarik dalam hal memilih jenis
pekerjaan. Ia memiliki tiga kriteria yang menentukan apakah ia akan mengambil
pekerjaan itu atau tidak. Tiga kriteria tersebut adalah; pekerjaan itu harus
menumbuhkan semangat intelektualitas, bisa menunaikan kewajiban sebagai ayah
dan juga suami, serta yang terakhir pekerjaan itu memiliki efek sosial. Apabila
sebuah pekerjaan tidak memenuhi tiga kriteria itu, Anies tidak akan
menyia-nyiakan waktunya untuk pekerjaan itu.
Sejak
kecil Anies sudah terbiasa menjadi penggerak. Sewaktu masih duduk di bangku
Sekolah Dasar, ia membentuk sebuah kelompok yang diberi nama “kelabang” alias
“Kelompok Anak Berkembang”. Anggotanya merupakan teman-teman sekolah dan
sepermainan yang berada di sekitar lingkungan tempat ia tinggal. Kegiatan kelabang
diisi dengan olah raga. Anies merekrut anak-anak seusianya untuk turut dalam
kelompoknya itu.
Anies
tumbuh di keluarga yang mengutamakan pendidikan. Ia terbiasa diajak kakeknya
A.R Baswedan dalam setiap kegiatan, mulai dari mengajar hingga memberikan
ceramah di depan banyak orang. Anies kecil belajar langsung dari kakeknya
tentang kepercayaan diri hingga keahlian berkomunikasi dengan orang lain.
Pembawaan kakeknya yang bicara dengan tenang, santun dan berwibawa menurun
kepada cucunya itu. Setelah kakeknya meninggal dunia, Anies masih tetap dekat
dengan dunia pendidikan karena kedua orangtuanya pun merupakan seorang
pendidik. Anies kerap dibawa oleh ayahnya dan ibunya, Rasyid dan Aliyah, saat
mengajar dan memberikan kuliah, persis seperti kakeknya dulu.
Jiwa penggerak dan menginspirasi terus tumbuh
dalam diri Anies Baswedan. Saat duduk di bangku kelas satu SMA ia terpilih
sebagai ketua OSIS, akan tetapi mengingat Anies masih kelas satu, akhirnya ia
digantikan oleh kakak kelasnya. Anies tidak kecewa, ia tetap optimis bisa
menjadi ketua OSIS. Begitu ia naik ke kelas dua, akhirnya ia berhasil menjadi
ketua OSIS di sekolahnya. Saat SMA pula ia mengikuti jejak pamannya melamar
dalam program pertukaran pelajar ke Amerika yang dikenal dengan program AFS
(American Fields Service). Anies berhasil lolos sebagai perwakilan dari Yogya
menuju Amerika untuk belajar selama satu tahun di sana.
Tidak
berhenti di SMA, peluang beasiswa kembali datang kepada Anies untuk kembali
belajar di Amerika melanjutkan kuliahnya. Anies membawa serta istri dan anaknya
ke Amerika. Ada kisah menarik yang meninggalkan kesan sangat dalam buat saya. Kehidupan
Anies di Amerika tidaklah mudah. Suatu hari ia dan keluarganya pergi ke Chicago
untuk menjual mobilnya yang sudah tua. Perjalanan menuju Chicago melalui
highway yang lengang, tiba-tiba mobilnya yang akan dijual itu mogok di tengah
jalan yang sepi ditambah cuaca yang sangat tidak bersahabat. Saat itu awan
gelap pertanda akan turun hujan. Anies kebingungan bagaimana ia bisa keluar
dari situasi sulit itu. Anies bersama istri dan dua anaknya yang masih kecil
saat itu. Tiba-tiba datang sebuah truk dan berhenti di tempat mobil Anies
mogok.
Setelah
dicek rupanya yang ia butuhkan adalah oli. Si pengendara truk bersedia
mengantarkan Anies mencari oli di toko terdekat. Itu berarti ia harus
meninggalkan istri dan anak-anaknya sendirian di jalanan lengang dan akan turun
badai. Namun Anies optimis ia akan tiba tepat waktu kembali ke lokasi di mana
mobilnya mogok. Istri Anies pun rela suaminya pergi meninggalkan ia dan anak-anaknya.
Beruntung Anies berhasil mendapatkan oli dan pengendara truk bersedia
mengantarkan Anies kembali ke tempat semula. Setelah selesai urusan mobilnya, Anies
mengutarakan bagaiaman caranya ia membayar kebaikan si pengendara truk.
Pengendara truk itu mengatakan sesuatu yang
membuat Anies hingga kini selalu ingin membantu dan menolong orang lain.
Yang
dikatakan oleh pengendara truk itu adalah “Bila suatu saat Anda melihat orang
yang membutuhkan bantuan, ingat saya, lalu bantu orang itu. Anda tak perlu
membayar saya. Berbuatlah kebaikan untuk orang lain.” Sejak saat itu Anies tak
segan-segan membantu teman-teman sesama mahasiswa yang membutuhkan bantuannya,
meskipun ia sendiri dalam keadaan sulit.
Anies
merupakan aktivis di kampusnya. Sebelum ke Amerika, Anies berkuliah di UGM. Ia aktif
menyuarakan aksi-aksi mahasiswa, juga sempat menjadi ketua senat. Anies dan
teman-temannya kerap melakukan aksi demonstrasi menyuarakan pendapat
menentang kebijakan pemerintah yang merugikan. Dengan aksi-aksinya itu tak
jarang Anies mendapatkan teror dari pihak-pihak yang tidak menyukainya. Namun
Anies tetap tegar dan terus bergerak.
Jiwa
penggerak dan menginspirasi terus hadir dalam diri Anies hingga ia menjadi
orang penting di Universitas Paramadina dan kemudian terpilih menjadi salah
satu menteri dalam jajaran pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Meskipun ia
menjabat hanya dua tahun, telah banyak perubahan yang dibuat dan
program-program yang berhasil ia jalankan di bidang pendidikan dan kebudayaan.
Gerakan
Indonesia Mengajar menjadi salah satu gerakan yang ia usung sewaktu menjadi
rektor Universitas Paramadina. Gerakan itu masih berlangsung hingga sekarang.
Sebuah gerakan yang mengajak anak muda Indonesia meluangkan waktunya selama
satu tahun utuk mengajar di berbagai pelosok di Indonesia. Anies memiliki motto
“mendidik adalah kewajiban moral tiap orang terdidik”. Tujuan dari gerakan ini
adalah melunasi janji kemerdekaan, yaitu mencerdaskan anak bangsa.
Satu
sifat yang dapat ditiru dari seorang Anies Baswedan yaitu, sikapnya yang selalu
tenang mengahadapi berbagai persoalan, disertai tutur kata yang santun dan
tenang. Sifat itu membuat dirinya menjadi kepercayaan dan panutan
teman-temannya.
Membaca buku biografi dapat menjadi bahan pembelajaran bagi pembacanya. Bagaimana kisah seorang tokoh yang hidup dari nobody menjadi somebody. Tentunya banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diraup dari sebuah buku biografi seorang tokoh yang berpengaruh.
No comments:
Post a Comment