Zaman
dulu, orang tua selalu was-was jika punya anak perempuan. Mereka bilang, anak
perempuan harus ekstra perhatian, harus betul-betul dijaga, salah-salah
pergaulan bisa jadi hamil di luar nikah. Kekhawatiran tersebut tidak salah dan
sampai sekarang pun orang tua masih menerapkan pengawasan ekstra kepada
anak-anak perempuannya.
Lain
dulu, lain sekarang. Rupanya zaman telah berubah dan semakin mencengangkan.
Bukan hanya anak perempuan yang butuh pengawasan ekstra, anak laki-laki pun
sama, malah lebih membahayakan kasusnya bila salah menyikapi.
Mengapa
demikian?
Saya
cukup terkejut mendengar pemaparan Kak Sinyo tentang homoseksual. Kak Sinyo adalah
pegiat Yayasan Peduli Sahabat yang fokus menangani, mendampingi dan mengedukasi
orang-orang yang terindikasi LGBT. Beliau juga seorang penulis, salah satu
bukunya adalah LGBT (Lu Gue Butuh Tau). Ahad, 4 Maret lalu, Kak Sinyo memenuhi
undangan dari FLP Jakarta dalam acara bincang LGBT, yang digawangi oleh Divisi
Rohis.
Jadi,
Kak Sinyo cerita begini, orang yang memiliki kelainan seksual atau tidak sesuai
dengan fitrahnya, seperti homoseksual, sebenarnya sama dengan orang normal
(heteroseksual) dalam hal ketertarikan. Laki-laki normal akan tertarik dan
bergairah jika ia melihat aurat wanita yang terbuka. Begitu juga dengan kaum
yang tidak sesuai dengan fitrah tersebut. Mereka akan terangsang dengan aurat
laki-laki yang terbuka. Kaum homo akan “on” jika melihat paha laki-laki yang
terbuka. Mereka juga akan “on” jika melihat laki-laki dengan baju ketat yang
memperlihatkan otot dan lekuk-lekuk tubuhnya.
Dari
cerita beliau, saya pun tahu bahwa bukan hanya wanita yang harus menutup aurat,
laki-laki juga wajib menutup aurat. Tapi kebanyakan laki-laki abai dengan
auratnya sendiri, padahal aturan aurat laki-laki sudah diajarkan dalam agama
Islam, yaitu di antara pusar sampai lutut. Sebaiknya, laki-laki juga
menghindari memakai pakaian ketat, kata Kak Sinyo.
Data
yang mencengangkan juga menunjukkan laki-laki terindikasi kuat mengalami
kelainan seksual sebanyak 90% dibanding wanita. Jadi yang terindikasi homo
bukan hanya mereka yang menyukai sesama jenis, bahkan yang hetero sekali pun
bisa terindikasi kelainan ini walaupun ia sudah menikah dan punya anak.
Kak
Sinyo juga menjelaskan secara lengkap tentang bagaimana mendeteksi dini apakah
anak-anak kita terindikasi menyukai sesama jenis atau tidak. Penyebab
terindikasinya seseorang menyukai sesama jenis dapat dideteksi sejak sejak
dini, mulai dari masa balita, masa kanak-kanak, hingga masa remajanya. 60%
penyebab utamanya adalah faktor lingkungan dan psikologis. Orang tua juga
memiliki faktor yang fatal sebagai penyebab terindikasinya anak menyukai sesama
jenis. Untuk penjelasan detilnya, teman-teman bisa membaca buku Kak Sinyo yang
berjudul LGBT (Lu Gue Butuh Tau).
Salah
satu cara mengantisipasi hal tersebut di atas adalah dengan cara menjadi
sahabat terbaik bagi anak. Posisikan diri kita sebagai orang tua yang siap
menjadi tempat curhat anak. Begitu pun sebaliknya, sebagai orang tua, hendaklah
terbuka kepada anak. Jangan sungkan untuk menceritakan kondisi finansial atau
apa pun masalah yang sedang dialami orang tua. Dengan begitu anak tidak ragu
untuk menceritakan cinta pertamanya, sahabat-sahabatnya, kegiatan sekolah,
bahkan ketertarikannya kepada sesama jenis misalnya.
Baik
anak laki-laki maupun perempuan memiliki porsi yang sama untuk terus
mendapatkan pengawasan ekstra dari orang tua. Inti komunikasi kepada anak harus
mengacu pada tiga poin, yaitu jujur, terbuka dan tidak vulgar. Sering orang tua
lebih sibuk dengan ponselnya, sehingga pada saat anak bertanya sesuatu atau
mengungkapkan sesuatu, orang tua hanya menanggapi sekilas tanpa beralih dari
layar ponselnya. Tak jarang juga orang tua menganggap haram hukumnya seorang
anak menanyakan hal sensitif seperti “bagaimana ia bisa lahir ke dunia” atau
“kenapa ia bisa ada di perut bunda”.
Orang
tua yang kurang memahami bagaimana menghadapi pertanyaan anak yang seperti itu,
akan langsung memutus komunikasi bahkan mewanti-wanti si anak untuk tidak
menanyakan hal tersebut. Akhirnya si anak pun akan mencari jawaban dari orang
lain yang justru akan menjerumuskannya kepada hal yang buruk.
Kak
Sinyo megingatkan agar tidak memutus komunikasi dengan anak. Hendaknya orang
tua memandang mata anak, merangkulnya dan beri jawaban sejauh mana yang orang
tua pahami, tentunya dengan kata-kata atau bahasa yang tidak vulgar. Untuk
memberi jawaban dan memuaskan rasa ingin tahu anak, tentunya butuh ilmu dan
penguasaan yang baik dari orang tua. Maka sebagai orang tua, jangan berhenti
belajar. Belajar bisa dari mana saja, internet, buku, menghadiri kajian,
seminar, diskusi, dll. Dan yang paling utama adalah doa memohon perlindungan
bagi anak kita kepada Allah subhanahu wata’ala.
[Tambahan]
Demi memenuhi janji saya di postingan instagram tentang ciri-ciri wanita yang sedang jatuh cinta, berikut ini ciri-ciri yang dimaksud. Walaupun tidak berkaitan dengan tulisan di atas tak apalah, terlanjur janji. Barangkali ada yang penasaran 😂
Ciri-ciri wanita yang sedang jatuh cinta:
1. Bila bertemu orang yang dia suka, perutnya mules, deg-degan, serasa ada kupu-kupu terbang berkeliling di atas kepala
2. Ingin selalu dekat dengan orang yang disukai
3. Selalu ingat dia di mana pun berada, bahkan lihat kecoa pun ingat si dia
4. Cemburu. Tidak suka melihat orang yang dicintainya berdekatan dengan orang lain.
Udah itu aja! Gak penasaran lagi, kan? Ehm...apakah teman-teman mengalami 4 ciri-ciri di atas? 😊
No comments:
Post a Comment