Judul :
Air Mata Presiden Mursi
Penulis :
AM. Waskito
Penerbit : Pustaka Al Kautsar
Terbit :
Juli 2013
Tebal :
137 halaman
Sangat
menyedihkan mengetahui seorang presiden terpilih secara demokratis, solih,
hafal Quran dan selalu siap berjuang demi bangsa dan agamanya, secara zalim
ditumbangkan atau dikudeta oleh orang-orang yang haus kekuasaan dan darah umat
Islam. Dia adalah Presiden Mursi, presiden legal pilihan 51 persen lebih rakyat
Mesir pada 2012 lalu yang dikudeta oleh As Sisi, kaki tangan Amerika dan
Israel.
Mengapa
Presiden Mursi dikudeta?
Jelas
visi misi Presiden Mursi membuat kaum sekuler-liberal gerah. Sikapnya yang keras
kepala terhadap Israel, penjajah yang masih terus membombardir Palestina,
membantai umat muslim di sana dan kaum syiah di Suriah pimpinan Bashar Assad
yang terus menerus menumpahkan darah umat muslim sunni, membuat kedua negara
tersebut geram kepada Mursi.
Sejak
Presiden Mursi terpilih sebagai presiden, akses bantuan ke jalur Gaza mengalir
terus menerus. Presiden Mursi juga merupakan presiden pertama yang berasal dari
sipil, sedangkan pemerintahan sebelumnya berkuasa di negeri Firaun itu berasal
dari militer yang berkuasa selama lebih dari 30 tahun.
Mursi
ingin membebaskan Mesir dari kesewenangan militer, ia juga ingin memberantas
korupsi yang marak terjadi di masa kepemimpinan Husni Mubarak. Para pejabat terdahulu khawatir Mursi
akan memburu mereka sehingga tidak bisa lagi leluasa menjalani aksi korupnya.
As
Sisi dan sekutunya juga sangat membenci Ikhwanul Muslimin-organisasi yang terus
memperjuangkan Islam- di mana Presiden Mursi berasal. Mereka takut akan
kebangkitan Islam, takut kehilangan kekuasaan dan sokongan dari Amerika dan
Israel. As Sisi mengkudeta Mursi dengan berbagai fitnah yang dilancarkan kepada
Mursi yang tidak pernah terbukti kebenarannya.
Dengan
didukung oleh berbagai pihak, seperti Amerika, Israel, Syiah, liberal, Yahudi,
Kristen dan yang lebih menyedihkan bahkan negeri Arab yang seharusnya menjadi
pembela sesama muslim, dilancarkanlah kudeta tersebut di saat kepemimpinan
Mursi baru berusia satu tahun. Mursi terpilih sejak 30 Juni 2012 dan dikudeta
pada 3 Juli 2013.
Pasukan
militer yang dipimpin As Sisi menangkap Mursi dan para pendukungnya yang
mengecam kudeta. Mereka dijebloskan ke penjara, tak sedikit yang syahid pada
peristiwa itu. Bahkan kekejian As Sisi semakin menggila pada peristiwa subuh 8
Juli 2013. Mereka melakukan aksi penembakan kepada jamaah salat subuh di depan
markas pasukan elit Garda Republik. Jamaah salat subuh itu merupakan demonstran
pendukung Mursi tanpa senjata yang sedang berdoa mengadukan kezaliman sambil
bercucuran air mata, mereka dibantai, ditembaki oleh militer zalim.
Dalam
aksi kudeta ini, militer Mesir mendapat sokongan dana besar dari Amerika.
Amerika yang selalu menggembar-gemborkan sistem demokrasi jurtu melukai proses
demokrasi itu sendiri. Di sini terlihat bahwa demokrasi yang diagungkannya hanya
berlaku untuk dirinya sendiri, tapi jika Islam yang memenagkan demokrasi secara
legal malah dihancurkan dengan segala cara. Mungkin inilah demokrasi ala Amerika “demokrasi
cowboy”. Demokrasi yang memaksakan kehendak, tidak ikut aturan, menggunakan
cara-cara kekerasan, melakukan provokasi.
Politisi
Muslim asal Sudan, Dr. Hasan Turabi mengatakan, “Mereka hanya percaya demokrasi
untuk dirinya sendiri, bukan untuk orang lain.”
Di
tengah ramainya para pendukung kezaliman itu, masih ada negara atau tokoh-tokoh
Islam yang mengecam kudeta dan tetap mendukung Mursi. Mereka adalah Presiden
Turki, Recep Erdogan, para politisi Islam di Tunisia, pemimpin oposisi Sudan,
Dr. Hasan Turabi, sekjen Front Ulama Al Azhar, sekjen Persaudaraan Muslim Indonesia,
Dekan Fakultas Dakwah Islamiyah Universitas Al Azhar, Ulama besar Ikhwanul
Muslimin, Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Imam Masjidil Haram, Guru besar Syariat Islam
Universitas Al Imam Muhammad Ibnu Saud, ulama-ulama Al Azhar serta 1700 ulama,
dai dan intelektual Saudi menyatakan dukungan kepada presiden sah Mesir,
Muhammad Mursi.
Kini, selama kurang lebih enam tahun dipenjara tanpa mendapat akses kesehatan, tidak boleh
dikunjungi oleh keluarga bahkan hanya untuk memegang mushaf Alquran pun
dilarang, padahal sejatinya ia telah menghafal Alquran selama 30 tahun. Hingga akhir
hayatnya ia habiskan di penjara dan tepat pada tanggal 18 Juni 2019 lalu Allah memanggilnya pulang ke haribaanNya. Masa yang dinantinya, masa di mana ia akan
melepas rindu bertemu dengan Dia yang terkasih, Allah Subhanahu Wata’ala.
Dan
Allah tidak akan membiarkan hambanya yang solih. Segala kezaliman yang terjadi
pada Presiden Mursi pasti akan ada balasan yang dahsyat dari Sang MahaPencipta.
Di akhirat nanti semua akan mendapat balasan setimpal atas apa yang telah
diperbuat di dunia, semua akan mendapat keadilan dan mendapatkan hak-haknya
kembali yang telah dirampas.
“Akan
dikembalikan hak-hak yang dizalimi kepada pemiliknya di Hari Kiamat, sehingga
kambing yang tak bertanduk akan diberi kesempatan membalas kambing bertanduk.”
HR. Muslim.
No comments:
Post a Comment