Sahabat
Kata
orang, sahabat itu selalu ada di setiap susah maupun senang.
Kata
orang, sahabat itu selalu mendukung apa pun yang kita lakukan.
Kata
orang, sahabat itu partner in crime paling setia.
Benarkah
begitu? Menurut kamu, apa makna sahabat?
Saya
sangat terkesan dengan kisah dua orang ulama besar kita yang diceritakan dalam
sebuah buku karya Ustadz Salim A Fillah yang berjudul “Bersamamu di Jalan
Dakwah Berliku”. Kisah dua orang ulama yang bersahabat itu sangat indah. Seperti
apakah keindahan persahabatan mereka? Mari simak kisahnya.
Suatu
hari Imam Ahmad jatuh sakit. Sebagai seorang sahabat, Imam Syafi’i merasa sedih
mendengar berita mengenai sakitnya sahabat beliau. Datanglah Imam Syafi’i
menjenguk Imam Ahmad. Setelah melihat keadaan sahabatnya, Imam Syafi’i merasa
sangat sedih hingga membuatnya jatuh sakit pula sepulang dari menjenguk Imam
Ahmad.
Ketika
mendengar hal itu, Imam Ahmad yang belum pulih benar, menguatkan dirinya untuk
menjenguk sahabatnya. Ketika Imam Syafi’i melihat kedatangan Imam Ahmad, beliau
pun bersyair:
Masyaallah,
sungguh persahabatan yang timbul dari pertautan hati. Adakah persahabatan kita
menciptakan pertautan hati seperti ini? Ia sakit ketika melihat keadaan kita
yang sedang terbaring sakit. Ia juga akan sembuh ketika melihat kita
menjenguknya dalam keadaan sehat. Persahabatan dari hati akan menciptakan rasa
susah dan senang bersama seperti yang tergambar dari kisah dua ulama di atas.
Lalu,
bagaimana dengan kisah persahabatanku? Ah, jika melihat kisah dua ulama di
atas, rasanya diri ini belum mejadi sahabat sejati yang mampu menautkan hati. Jika
yang dimaksud sahabat itu dilihat dari seringnya bertemu dan menghabiskan waktu
bersama, maka saya tidak punya sahabat. Jika yang dimaksud sahabat itu dengan
memiliki hobi yang sama dan pergi ke mana pun selalu bersama, maka saya tidak
punya sahabat. Jika yang dimaksud sahabata itu saling kenal anggota keluarga
masing-masing, maka saya tidak punya sahabat.
Akan
tetapi, ada seorang teman yang cukup dekat denganku. Kami memiliki ketertarikan
yang sama terhadap buku, kami sering hunting buku bersama dan mengunjungi
berbagai pameran buku. Kami juga memiliki ketertarikan terhadap fotografi.
Selain hunting buku, kami juga tidak jarang hunting foto bersama. Ia seorang
yang tenang dan sederhana, penuh inspirasi dan ide-ide cemerlang. Setiap
bersamanya, selalu ada inspirasi baru yang saya dapatkan. Obrolan kami tidak
jauh dari buku, buku yang difilmkan dan sedikit tentang fotografi. Dan temanku
itu sangat lihai menggunakan kamera ponselnya hingga menghasilkan foto-foto
yang keren.
Kami
memang tidak sering bertemu, kami juga tidak mengenal anggota keluarga
masing-masing dan kami pun tidak selalu memiliki pemikiran yang sama, bahkan
perbedaan usia kami pun terpaut jauh. Aku jauh lebih tua di atasnya, tapi kami
menjalani pertemanan ini dengan menyenangkan.
Apa
pun bentuk pertemanan ini, kami jalani dengan rasa syukur. Yang terpenting dari
semuanya adalah sebuah persahabatan jangan sampai keluar dari aturan Allah SWT,
senantiasa berada dalam keadaan yang selalu mengingatkan diri kepada Sang
Pencipta dan saling menghargai satu sama lain. Semoga kisah persahabatan Imam
Ahmad dan Imam Syafi’i di atas dapat memberi pelajaran berharga bagi kita semua
hingga tercipta persabahatan yang saling menautkan hati.
No comments:
Post a Comment