Thursday 20 March 2014

A Short Trip To Surabaya (1)

Naik Kereta Api  tuutt…tuut…tuutt…

Biasanya aku pergi ke luar kota seorang diri, tapi kali ini aku pergi bersama rombongan kecil. Aku pergi bersama kakak, adik, kakak ipar dan dua jagoan cilik yaitu keponakanku. Perjalanan kami menuju kota Surabaya untuk menghadiri pernikahan adikku yang paling bontot. Senang sekali perjalananku kali ini lebih ramai karena aku tidak sendirian, dan ini adalah kali pertama kami pergi ke luar kota bersama-sama. Kami pergi ke Surabaya dengan Kereta Api Ekonomi AC, begitulah yang tertera ditiket. Kami sudah membayangkan bahwa di kereta nanti kami tidak akan kepanasan karena ada AC nya, apalagi dua keponakanku yang sudah terbiasa menggunakan AC di rumah.

i and my brother were enjoying reading books along the trip
                                    
my older brother's little family
Begitu kereta datang kami pun langsung menaikinya dan mencari nomor tempat duduk kami. Alhamdulillah kami dengan mudah mendapatkan tempat duduk yang memang tidak terlalu jauh dari pintu masuk kereta. Beberapa menit didalam kereta kami masih merasa nyaman, namun lama kelamaan kami merasa suhu didalam kereta semakin panas saja. Aku lihat AC menunjukkan suhu 17 derajat celcius, biasanya jika berada di ruangan lain dengan suhu tersebut, sudah cukup membuat aku kedinginan. Tapi mengapa ini tidak terasa dingin sama sekali? Tanyaku. Rupanya bukan aku saja yang merasa panas, aku lihat keponakanku yang sudah resah gelisah karena kepanasan, penumpang lain pun protes dengan AC yang tidak terasa dignin sama sekali. Sampai-sampai keponakanku yang usia pra sekolah berkata pada Abinya "Katanya kereta ekonomi AC, koq panas bi?", kami semua tertawa mendengar kata-katanya.

Ternyata semua orang dalam gerbong itu, bahkan mungkin seluruh gerbong kereta ini merasakan hal yang sama. Berarti apa yang tertera di tiket kami “Kereta Ekonomi AC” itu semua hanya tulisan belaka, faktanya? Tidak ada sedikitpun hawa dingin yang keluar dari AC yang terpasang begitu banyaknya. Setelah aku perhatikan lebih seksama, rupanya AC itu sangat kotor sekali. Aku berasumsi bahwa AC ini tidak dirawat dengan baik, tidak pernah dibersihkan apalagi mengganti Freon secara berkala. Pantas saja tidak ada hawa dingin yang keluar karena sudah terhambat oleh debu dan kotoran yang melekat begitu erat dalam AC tersebut.

Kemana orang-orang yang bertanggung jawab untuk semua ini? Apakah mereka tidak memperhatikan fasilitas umum yang seharusnya digunakan untuk melayani masyarakat? Kemana petugas atau teknisi yang seharusnya merawat fasilitas-fasilitas ini? Sepertinya aku tidak akan mendapatkan jawaban yang memuaskan. Apakah ini sudah menjadi tabiat atau watak para pelayan masyarakat di negeri ini? Masa bodoh, tidak peduli, tidak disiplin dengan apa yang seharusnya menjadi tanggungjawab mereka. Kasihan sekali nasib kami, para penumpang kereta api yang seharusnya merasa nyaman dengan fasilitas yang diberikan, tapi para petugas yang berwenang merampas hak kami untuk mendapatkan fasilitas itu.

Kasihan keponakan-keponakanku yang tidak nyaman, kepanasan, keringat mengalir deras. Sementara Ayah dan Ibunya tidak henti-henti mengipasi mereka agar sedikit mengurangi hawa panas, meskipun tetap saja hawa panasnya lebih mendominasi. Anak-anak kecil pastinya tidak akan nyaman dengan suasana yang panas seperti itu, dimanapun mereka berada. Berbeda dengan orang dewasa yang walaupun suasana panas tapi masih bisa menahannya. Sementara anak kecil, mereka hanya bisa menangis dan meronta. Akibatnya mereka tidak bisa tidur dengan tenang. Ini adalah pengalaman pertama keponakan-keponakanku naik kereta api. Apakah mereka akan mau lagi menaiki kereta api setelah merasakan pengalaman pertama yang tidak menyenangkan seperti ini? Ehmmm…kita lihat saja.

Semoga kedepannya pemerintah akan lebih memperhatikan lagi fasilitas-fasilitas umum dan merawatnya secara kontinyu agar masyarakat mendapatkan haknya dalam menikmati fasilitas yang sudah seharusnya. Itulah harapan kami masyarakat yang menginginkan perubahan maksimal dari Negeri ini. Aamiin.

   



No comments:

Post a Comment