Nasi goreng plus telur dadar buatan Nasrul |
Hari
ini saya cukup dibuat terheran-heran oleh seorang anak kecil bernama Nasrullah
kelas 2 SD. Anak dari seorang teman yang baru pertama kali saya kunjungi
rumahnya, Mbak Lela namanya. Tiba di rumahnya, saya agak kaget melihat banyak
anak-anak di dalam, ternyata mereka adalah temna-teman Nasrul yang sedang
bermain. Karena ini adalah hari libur jadi mereka menghabiskan waktu main
bersama di rumah Nasrul.
Layaknya
anak-anak yang sedang bermain dan berkumpul, pasti akan membuat keributan dan
juga membuat rumah jadi berantakan. Melihat hal itu, Mbak Lela tenang-tenang
saja tanpa merasa kesal atau pun repot
dibuatnya. Tidak seperti ibu-ibu lain yang selama ini pernah saya temui, mereka
akan marah-marah bahkan menyuruh anak-anak untuk pulang atau mencari tempat
lain untuk bermain.
Ketika
kami sedang asik ngobrol, saya mendengar suara wajan dan sodet beradu. Saya
pikir di dapur ada yang sedang memasak. Saya tanya saja langsung “Itu siapa
yang lagi masak Mbak?”, “Anakku sama temen-temennya.” Jawab Mbak Lela. Hah??
Saya cukup terkejut dengan jawaban Mbak Lela. Akhirnya saya memutuskan untuk ke
belakang bermaksud untuk melihat apakah benar anaknya yang sedang memasak.
Dan
benar saja, di dapur sedang berkumpul para kurcaci yang sedang asik
bereksperimen. Saya tambah heran saja melihat anak-anak kecil, laki-laki pula,
memasak di dapur beramai-ramai. Mereka semua saling bekerja membantu Nasrul
memasak. ada yang memasukkan bumbu ke wajan, ada yang memasukkan nasinya, dan
Nasrul yang mengaduk semua bahan dalam wajan. Anak lain sisanya cukup
memperhatikan saja dengan seksama bagaimana teman-teman mereka begitu lihai
memasak. :)
Melihat
hal itu, tidak henti-hentinya saya ungkapkan rasa takjub saya melihat anaknya
Mbak Lela. Berbagai pertanyaan saya ajukan ke Mbak Lela, “Mbak, itu anaknya
masak sendiri?”, “Ya ampuuun…koq bisa sih Mbak?”, “Emang gak papa itu mereka
masak sendiri?”, “Masya Allah pinter banget sih.”, “Emang gak takut Mbak
nyalain kompor sendiri?”, “Siapa yang ngajarin?”, Mbak Lela tersenyum-senyum
saja melihat saya keheranan dengan berbagai pertanyaan yang meluber.
Dia
menjelaskan bahwa anaknya sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah sendiri.
Anaknya hanya meniru saja setiap ibunya melakukan aktifitas pekerjaan rumah.
Dan memang Mbak Lela juga selalu menyertakan anaknya untuk membantunya dalam
mengerjakan pekerjaan rumah. Mbak Lela termasuk seorang ibu yang tidak suka
melarang anak-anaknya untuk melakukan kegiatan yang mereka sukai, dengan
catatan itu adalah kegiatan yang baik, positif dan tidak lepas dari pengawasan
orang tua.
Yah,
benar sekali apa yang dikatakan Mbak Lela. Saya pernah membaca sebuah artikel,
di situ dikatakan bahwa jika seorang anak selalu dilarang untuk melakukan
ini-itu, tidak boleh main ini main itu, tidak boleh begini-begitu, akan terpatri
dalam pikiran si anak rasa takut untuk melakukan sesuatu. Hasilnya, si anak
jadi malas, tidak kreatif dan tidak percaya diri, pasalnya dia akan berpikir,
“Boleh ga ya main ini?”, “Ah, ga ah, takut dimarahin.”, “Kalau aku begini,
nanti Mama marah.”, “Kalau main itu, ga boleh sama Ayah.”
Anak
jadi tertekan, tidak bisa mengekspresikan dirinya. Padahal, masa anak-anak adalah
masanya bermain dan belajar, masa dimana mereka ingin tahu banyak hal. Bukan
malah dikekang, dilarang dan dibatasi kreatifitasnya.
Kembali
ke tingkah laku Nasrul yang tidak “biasa” bagi saya. Rupanya dia juga sedang
berlatih menjadi seorang pemimpin dengan mengumpulkan teman-temannya, mengajak
mereka memasak bersama, berbagi tugas dalam memasak dan menikmati hasil masakan
mereka bersama-sama. Dan saya kaget ternyata saya juga mendapat bagian sepiring
nasi goreng buatannya.
Wah,
dalam hati saya berucap “Anak ini baik sekali, sampai-sampai dia menyediakan
hidangan untuk tamu ibunya yang datang.” Saya terkejut sewaktu dia tiba-tiba datang
menghampiri saya dan berkata “Ini buat ibu, silakan makan.” Masya Allah, hal
itu benar-benar membuat saya takjub. Sementara Mbak Lela hanya tersenyum-senyum
saja melihat tingkah anaknya. Untuk soal rasa jangan ditanya, kalian pasti
tahulah bagaimana rasa masakan yang dimasak oleh seorang anak kelas 2 SD. Namun,
rasa bukanlah hal yang penting buat saya. Yang paling penting adalah bagaimana
dia melakukan semua itu dengan sangat baik, mulai dari memasak sampai
menyajikannya. Saya benar-benar speechless dibuatnya.
Menurut
saya itu hal yang tidak bisa yang pernah saya temui pada anak sekecil itu. Dia
begitu mendiri, kreatif, punya jiwa pemimpin dan menghormati tamu. All I can
say is amazing.
Yah,
mungkin bagi kalian, itu hal biasa dan tidak mengejutkan. Tapi bagi saya ini
sangat,,,sangat,,sangat,,ah…sulit untuk mengungkapkannya.
Saya
percaya ada anak-anak lain yang bisa melakukan lebih dari ini. Mudah saja bagi
orang tua yang berkecukupan untuk mengembangkan potensi anaknya dengan maksimal
dengan cara mendaftarkan mereka di cooking class, les music, les nari, les ini,
les itu. Didukung oleh fasilitas yang memadai di rumahnya, dengan alat-alat
yang serba canggih. Justru itu hal biasa bagi saya, tidak ada yang menakjubkan
darinya.
Beda
dengan Nasrul yang bebas melakukan apa yang dia inginkan tanpa kekangan dari
orang tua, tanpa larangan yang mematikan kreatifitas. Dan itu semua dia lakukan
di rumah yang sederhana dengan fasilitas yang sangat sederhana. Tidak ada
sesuatu yang mewah apalagi canggih. Tapi dengan segala kesederhanaan itu dia
memiliki jiwa yang berani, kreatif, bisa memimpin, dan sopan. Saya ragu hal itu
dimiliki oleh anak-anak lain yang difasilitasi oleh orang tua yang serba
berkecukupan. Tentunya tidak semua orang atau anak seperti itu. saya percaya
tidak sedikit anak-anak yang memiliki fasilitas bagus, juga memiliki sifat dan
perilaku yang baik.
Tingkat
keingintahuan seorang anak terhadap suatu hal itu sangat tinggi, maka janganlah
terlalu melarang atau mengekang mereka untuk mengeksplorasi keingintahuannya
tersebut. Arahkan dan tuntun mereka agar dapat mengekspresikan dirinya di jalan
yang positif. Dengan begitu anak dapat menilai mana hal-hal yang boleh
dilakukan, mana yang tidak. Sehingga kemampuan dirinya akan berkembang dengan
maksimal. ^_^
Selesai makan bersama, berhamburanlah anak-anak itu keluar rumah untuk bermain, meninggalkan cucian piring kotor. Giliran Mba Lela deh yang bertugas cuci-mencuci piring, hehe...
No comments:
Post a Comment