Wednesday 4 February 2015

Nasi Goreng Buatan Nasrul



Nasi goreng plus telur dadar buatan Nasrul

Hari ini saya cukup dibuat terheran-heran oleh seorang anak kecil bernama Nasrullah kelas 2 SD. Anak dari seorang teman yang baru pertama kali saya kunjungi rumahnya, Mbak Lela namanya. Tiba di rumahnya, saya agak kaget melihat banyak anak-anak di dalam, ternyata mereka adalah temna-teman Nasrul yang sedang bermain. Karena ini adalah hari libur jadi mereka menghabiskan waktu main bersama di rumah Nasrul.


Layaknya anak-anak yang sedang bermain dan berkumpul, pasti akan membuat keributan dan juga membuat rumah jadi berantakan. Melihat hal itu, Mbak Lela tenang-tenang saja  tanpa merasa kesal atau pun repot dibuatnya. Tidak seperti ibu-ibu lain yang selama ini pernah saya temui, mereka akan marah-marah bahkan menyuruh anak-anak untuk pulang atau mencari tempat lain untuk bermain.


Ketika kami sedang asik ngobrol, saya mendengar suara wajan dan sodet beradu. Saya pikir di dapur ada yang sedang memasak. Saya tanya saja langsung “Itu siapa yang lagi masak Mbak?”, “Anakku sama temen-temennya.” Jawab Mbak Lela. Hah?? Saya cukup terkejut dengan jawaban Mbak Lela. Akhirnya saya memutuskan untuk ke belakang bermaksud untuk melihat apakah benar anaknya yang sedang memasak.

Dan benar saja, di dapur sedang berkumpul para kurcaci yang sedang asik bereksperimen. Saya tambah heran saja melihat anak-anak kecil, laki-laki pula, memasak di dapur beramai-ramai. Mereka semua saling bekerja membantu Nasrul memasak. ada yang memasukkan bumbu ke wajan, ada yang memasukkan nasinya, dan Nasrul yang mengaduk semua bahan dalam wajan. Anak lain sisanya cukup memperhatikan saja dengan seksama bagaimana teman-teman mereka begitu lihai memasak. :)

Melihat hal itu, tidak henti-hentinya saya ungkapkan rasa takjub saya melihat anaknya Mbak Lela. Berbagai pertanyaan saya ajukan ke Mbak Lela, “Mbak, itu anaknya masak sendiri?”, “Ya ampuuun…koq bisa sih Mbak?”, “Emang gak papa itu mereka masak sendiri?”, “Masya Allah pinter banget sih.”, “Emang gak takut Mbak nyalain kompor sendiri?”, “Siapa yang ngajarin?”, Mbak Lela tersenyum-senyum saja melihat saya keheranan dengan berbagai pertanyaan yang meluber.

Dia menjelaskan bahwa anaknya sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah sendiri. Anaknya hanya meniru saja setiap ibunya melakukan aktifitas pekerjaan rumah. Dan memang Mbak Lela juga selalu menyertakan anaknya untuk membantunya dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Mbak Lela termasuk seorang ibu yang tidak suka melarang anak-anaknya untuk melakukan kegiatan yang mereka sukai, dengan catatan itu adalah kegiatan yang baik, positif dan tidak lepas dari pengawasan orang tua.

Yah, benar sekali apa yang dikatakan Mbak Lela. Saya pernah membaca sebuah artikel, di situ dikatakan bahwa jika seorang anak selalu dilarang untuk melakukan ini-itu, tidak boleh main ini main itu, tidak boleh begini-begitu, akan terpatri dalam pikiran si anak rasa takut untuk melakukan sesuatu. Hasilnya, si anak jadi malas, tidak kreatif dan tidak percaya diri, pasalnya dia akan berpikir, “Boleh ga ya main ini?”, “Ah, ga ah, takut dimarahin.”, “Kalau aku begini, nanti Mama marah.”, “Kalau main itu, ga boleh sama Ayah.”

Anak jadi tertekan, tidak bisa mengekspresikan dirinya. Padahal, masa anak-anak adalah masanya bermain dan belajar, masa dimana mereka ingin tahu banyak hal. Bukan malah dikekang, dilarang dan dibatasi kreatifitasnya.
Kembali ke tingkah laku Nasrul yang tidak “biasa” bagi saya. Rupanya dia juga sedang berlatih menjadi seorang pemimpin dengan mengumpulkan teman-temannya, mengajak mereka memasak bersama, berbagi tugas dalam memasak dan menikmati hasil masakan mereka bersama-sama. Dan saya kaget ternyata saya juga mendapat bagian sepiring nasi goreng buatannya.

Wah, dalam hati saya berucap “Anak ini baik sekali, sampai-sampai dia menyediakan hidangan untuk tamu ibunya yang datang.” Saya terkejut sewaktu dia tiba-tiba datang menghampiri saya dan berkata “Ini buat ibu, silakan makan.” Masya Allah, hal itu benar-benar membuat saya takjub. Sementara Mbak Lela hanya tersenyum-senyum saja melihat tingkah anaknya. Untuk soal rasa jangan ditanya, kalian pasti tahulah bagaimana rasa masakan yang dimasak oleh seorang anak kelas 2 SD. Namun, rasa bukanlah hal yang penting buat saya. Yang paling penting adalah bagaimana dia melakukan semua itu dengan sangat baik, mulai dari memasak sampai menyajikannya. Saya benar-benar speechless dibuatnya. 

Menurut saya itu hal yang tidak bisa yang pernah saya temui pada anak sekecil itu. Dia begitu mendiri, kreatif, punya jiwa pemimpin dan menghormati tamu. All I can say is amazing. 

Yah, mungkin bagi kalian, itu hal biasa dan tidak mengejutkan. Tapi bagi saya ini sangat,,,sangat,,sangat,,ah…sulit untuk mengungkapkannya.

Saya percaya ada anak-anak lain yang bisa melakukan lebih dari ini. Mudah saja bagi orang tua yang berkecukupan untuk mengembangkan potensi anaknya dengan maksimal dengan cara mendaftarkan mereka di cooking class, les music, les nari, les ini, les itu. Didukung oleh fasilitas yang memadai di rumahnya, dengan alat-alat yang serba canggih. Justru itu hal biasa bagi saya, tidak ada yang menakjubkan darinya. 

Beda dengan Nasrul yang bebas melakukan apa yang dia inginkan tanpa kekangan dari orang tua, tanpa larangan yang mematikan kreatifitas. Dan itu semua dia lakukan di rumah yang sederhana dengan fasilitas yang sangat sederhana. Tidak ada sesuatu yang mewah apalagi canggih. Tapi dengan segala kesederhanaan itu dia memiliki jiwa yang berani, kreatif, bisa memimpin, dan sopan. Saya ragu hal itu dimiliki oleh anak-anak lain yang difasilitasi oleh orang tua yang serba berkecukupan. Tentunya tidak semua orang atau anak seperti itu. saya percaya tidak sedikit anak-anak yang memiliki fasilitas bagus, juga memiliki sifat dan perilaku yang baik.

Tingkat keingintahuan seorang anak terhadap suatu hal itu sangat tinggi, maka janganlah terlalu melarang atau mengekang mereka untuk mengeksplorasi keingintahuannya tersebut. Arahkan dan tuntun mereka agar dapat mengekspresikan dirinya di jalan yang positif. Dengan begitu anak dapat menilai mana hal-hal yang boleh dilakukan, mana yang tidak. Sehingga kemampuan dirinya akan berkembang dengan maksimal. ^_^

Selesai makan bersama, berhamburanlah anak-anak itu keluar rumah untuk bermain, meninggalkan cucian piring kotor. Giliran Mba Lela deh yang bertugas cuci-mencuci piring, hehe...



  

No comments:

Post a Comment