“Hey,
kalian gak salah? Itu beneran aku yang menang? Coba dicek lagi deh,
jangan-jangan salah nyebut nama?” Jerit hatiku tidak menyangka suatu lomba
menulis cerpen menyebut namaku sebagai pemenangnya.
Aku
bertanya-tanya dalam hati, kok bisa menang ya? Padahal menurutku, tulisan yang
aku kirim itu biasa saja, tidak ada yang unik apalagi istimewa. Aku yakin
sekali tulisan teman-teman pasti lebih bagus. Karena memang aku sering membaca
tulisan-tulisan mereka di blog masing-masing, dan memang bagus menurutku. Malah
aku berpikir, kapan ya bisa membuat tulisan bagus seperti itu?
Itulah
rencana Allah, takdir yang sudah ditulis olehNya tak ada yang bisa mengelak.
Kalau Allah bilang menang ya menang, kalau Allah bilang kalah, masa kita mau
nangis-nangis guling-gulingan di lantai, hehe.
Sesuatu
yang kita harapkan untuk menang tenyata gak menang, eh yang gak diharapkan
malah menang. Itulah guys, Allah yang punya kuasa. Dia yang Maha Tau apa yang
terbaik untuk hambaNya. Pak Arya Noor, ketua FLP Jakarta bilang, “Tulisan kita
itu relatif. Kadang kita bilang jelek, malah dimuat di media atau menang lomba.
Kadang kita bilang bagus malah gak dimuat.” Kata-kata Pak Arya itu sedang
terjadi padaku sekarang. :)
Jadi
kesimpulannya adalah jangan meremehkan kemampuan diri sendiri, karena sesuatu
yang menurut kita biasa saja atau tak bernilai, buat orang lain belum tentu
seperti itu. Tapi juga jangan berbangga hati, jangan kepedean, ada Allah yang
menentukan apa saja yang akan terjadi pada kita. Ah, itu mah #NoteToMyself
banget :D
Guys, I’ll tell you something.
Kalau
mau jadi penulis, ikutilah lomba menulis sebanyak-banyaknya sesuai kemampuan
kita. Menurutku lomba menulis itu adalah wadah kita untuk uji nyali alias uji
kemampuan menulis. Kalau menang, itu adalah bukti eksistensi kita di dunia
menulis. setidaknya pengakuan kepada diri sendiri ternyata kita bisa. Tentunya
tidak lantas berbangga diri dan besar hati. Karena masih ada ujian-ujian lain
selain memenangkan lomba tersebut. Tapi kalau kalah, jangan lantas kita jadi down mengutuk diri sendiri dengan statement yang melemahkan seperti,
“Ternyata aku memang tidak bisa menulis”, “Tulisanku jelek, makanya gak
menang”, “Duuh,,emang gak bakat nulis nih. Males ah”, dan kalimat-kalimat negatif
lainnya.
You know what?
Kata-kata
negatif itu akan terekam di otak kita dan secara tidak sadar kita akan
mengiyakan atau menyetujui kalau kita memang tidak bisa. Bukan hanya dalam hal
menulis, apapun itu jika yang ada dipikiran kita sesuatu yang negatif,
mestakung alias semesta mendukung. Artinya semesta atau lingkungan sekitar kita
akan mendukung pikiran negatif tersebut dan akhirnya akan membentuk kita sesuai
dengan apa yang dipikirkan. Sebaliknya, kalau yang ada dalam pikiran kita
adalah sesuatu yang positif, optimis dan semangat, semesta juga akan menggiring
kita menuju hal-hal positif tersebut. Percaya gak? Percaya aja deh ya,,,soalnya
kata para motivator-motivator sih begitu, hehe.
Eits,
jangan salah. Motivator atau trainer yang ngomong begitu, itu karena mereka
yakin dan percaya bahwa Allah itu sesuai dengan prasangka hambaNya. Allah akan
menuntun kita menuju ke arah yang baik sesuai apa yang kita pikirkan.
Sebaliknya, jika kita berprasangka buruk, secara tidak sadar kita akan menuju
ke arah itu.
Jadi,
ubahlah mindset kita yang selama ini
kurang baik menjadi lebih lebih oke. Siaaapp?? Haha…udah kayak motivator aja
gue. Sebenernya itu buat penyemangat diri sendiri sih. Karena aku memang butuh
semangat dan motivasi. Berhubung gak ada yang nyemangatin, yowis lah semangatin diri sendiri aja, hiks.
Kalau
ada lomba-lomba nulis gitu biasanya kita tergiur oleh reward yang akan diberikan, iya kan? Ngaku deh! Soalnya aku juga
gitu #eh…Apalagi kalau reward-nya
adalah sejumlah uang yang lumayan besar. Wah, gak bakal nolak deh
untuk ikutan. Gak salah memang kalau kita mengharapkan hadiah-hadiah itu, tapi
satu hal, jangan jadikan itu sebuah tujuan utama. Seperti yang udah ditulis di
atas, jadikan ajang lomba ini sebagai wadah uji nyali, uji kemampuan menulis.
hadia-hadiah yang ada itu hanyalah efek samping dari usaha-usaha yang telah
kita lakukan.
Yang
paling penting nih, menulislah sesuatu yang bermanfaat. Bermanfaat buat kita
dan juga buat orang lain yang membacanya. Seorang penulis senior yang tidak
diragukan lagi kepiawaiannya dalam mengolah kata, Pipit Senja, mengatakan,
“Menulislah yang baik dan benar serta mencerahkan. Kelak kita akan diminta
pertanggungjawaban setiap tulisan kita.”
Wuiih,,,serem juga ya guys, bayangin
aja cuma gara-gara tulisan, kita harus bertanggung jawab. Iya kalau tulisan kita
baik, pastinya kita tidak akan mengelak dari tanggung jawab. Lah, kalau tulisan
kita menyesatkan, apa sanggup kita mempertanggungjawabkan semua di hadapanNya?
Iiihh, gak kebayang. Cuma karena tulisan, urusannya Surga Neraka bro. Think about it!
Hey,
jangan ciut gitu! Masa gara-gara dibilang Surga Neraka jadi gak mau nulis lagi?
Yuk, cek ulang niat kita, re-install motivasi kita. Apakah selama ini tulisan
kita sudah baik dan jujur? Atau malah masih sering menulis hal yang sia-sia?
Belum terlambat kok untuk mengubah itu semua. Jangan nunggu entar, besok,
minggu depan, bulan depan. Tapi sekaraaaaanngg!! #oops maaf khilaf :D
Jangan
kira yang nulis ini sudah baik ya guys,
tapi memang butuh memotivasi diri sendiri sekaligus berbagi dan memotivasi
teman-teman semua, boleh kan? Hehe. Now,
I’ll tell you my secret. Sebenernya ya, aku tuh masih banyaaaaakk banget
kekurangan dalam hal menulis. Ilmu yang kupunya masih cetek banget, gak ada
apa-apanya deh dibanding kalian. Menang lomba sampai jadi sebuah buku itu
semata-mata karena Maha Pemurahnya Allah. Allah udah baik banget ngasih
kesempatan sama aku sampai punya buku antologi. So, nikmat yang mana lagi yang
kamu dustakan?
Happy
writing. Happy reading. Keep on learning. ^^
No comments:
Post a Comment