Malang.
Ada apa dengan Malang? Bukan, ia bukanlah sesuatu yang membawa kesengsaraan,
melainkan menawarkan kenikmatan yang dicari oleh para traveler. Mengapa kota ini yang ada dalam benak saya untuk
dikunjungi? Mungkin karena mendengar cerita dari adik saya yang dulu berkuliah
di Malang, dan melihat foto-fotonya yang sangat menarik di tempat-tempat wisata
yang ada di sana. Saya jadi iri dan ingin sekali berada di sana. Tapi sampai
saat ini saya belum pernah ada kesempatan untuk mengeksplorasi kota tersebut.
Pernah
satu waktu saya berkunjung ke kota ini, namun hanya kunjungan singkat beberapa
jam saja. Meskipun hanya beberapa jam, saya dapat merasakan bahwa kota ini
memang layak menjadi top list bagi
para pelancong. Kesan pertama saya waktu itu adalah nyaman. Ya, menurut saya
Malang adalah kota yang nyaman. Udara yang sejuk dan lingkungan yang bersih menjadi
penilaian utama pada waktu itu.
Pengalaman
pertama naik angkutan umum di kota yang terkenal dengan buah apel hijau ini,
sangat terasa nikmatnya. Bagaimana tidak? Udara yang sejuk dan angin yang
berhembus melalui jendela tidak membuat saya berpeluh. Pun dengan tata kota
yang apik dan enak dipandang, pohon-pohon yang cukup rindang serta berbagai
bunga yang dapat dinikmati selama perjalanan, membuat saya tidak kuasa untuk
berpaling dari jendela mobil.
Baru
beberapa jam saja saya sudah jatuh cinta dengan kota ini. Bagaimana jika saya
mengeksplorasinya sedikit lebih lama? Sepertinya akan sulit dan berat untuk
meninggalkannya. Saya bertekad akan singgah lagi lebih lama di kota dengan ciri
khas oleh-olehnya yakni keripik buah. Belum ke Malang namanya jika tidak
membawa oleh-oleh yang satu ini. Bermacam jenis buah yang diolah menjadi
keripik, ada keripik mangga, salak, apel, nangka, dan masih banyak lagi,
menjadi buah tangan wajib yang harus dibawa pulang.
Ada
satu tempat yang mengusik rasa penasaran dan ingin sekali saya kunjungi. Salah
satu wisata religi yang ada di kota ini yaitu masjid Tiban, yang terletak di
Kecamatan Turen, Malang, Jawa Timur. Menurut desus yang tersebar di masyarakat,
ada keajaiban yang terdapat pada masjid ini, konon masyarakat sekitar tidak ada
yang mengetahui proses pembangunan masjid ini, tiba-tiba sudah berdiri.
Masyarakat mempercayai bahwa masjid ini dibangun oleh kekuatan ghaib.
Desas-desus
itu dibantah oleh orang yang mengelola masjid ini yang sebenarnya adalah sebuah
bangunan pondok pesantren. Pihak pesantren meluruskan anggapan masyarakat yang
sama sekali tidak benar itu. Mereka menjelaskan bahwa masjid ini dibangun
sendiri oleh para santri dan beberapa warga sekitar. Tapi tetap saja, mitos
tentang masjid dengan desain khas campuran Cina, India dan Timur Tengah ini
masih populer di masyarakat.
Selain
desainnya yang sangat menarik dan artistik, keunikan lain masjid ini adalah
bangunannya yang terdiri dari sepuluh lantai. Sepuluh lantai tersebut terdiri dari,
ruang pesantren, masjid, kantin dan disediakan juga ruang untuk para pedagang
yang menjajakan berbagai sovenir khas. Masjid ini dilengkapi oleh tangga dan lift. Jika kita lelah berkeliling masjid
yang penuh dengan berbagai ornament dan kaligrafinya yang indah di setiap
lantai, disediakan tempat-tempat duduk yang terbuat dari kayu jati yang dapat
digunakan pengunjung untuk rehat sejenak.
Meski
pengunjung membutuhkan ekstra tenaga untuk menjelajahi kesepuluh lantai masjid
ajaib ini, mereka tetap kuat dan penuh semangat demi menyaksikan keunikan dan
keindahannya. Kelelahan akan terbayar dengan kekaguman yang ditampilkan oleh
suasana masjid di setiap lantainya. Lingkungan masjid yang berada di
perkampungan membuat hawa sejuk semakin terasa, sehingga rasa lelah pun tak ada
artinya.
Masjid
menjadi tujuan utama jika saya melakukan traveling kemana saja. Saya akan
mencari masjid sekitar yang terkenal atau masjid agung yang ada di kota
tersebut. Maka dari itu masjid Tiban ini tidak akan saya lewatkan jika nanti
tiba saatnya saya datang lagi ke kota Malang. Saya rasa menjelajahi masjid sepuluh
lantai ini sangat menantang dan membuat saya semakin excited.
Saya
harus membuktikan sendiri kebenaran dari cerita adik saya tentang masjid ini.
melihat foto-fotonya, mambuat saya semakin tidak sabar untuk segera ke sana.
Tentunya saya tidak akan melewatkan keunikan di setiap lantainya. Mungkin saya
akan merasa lelah untuk menelusuri masjid itu, tapi saya tidak akan tahu jika
tidak mengalaminya langsung. Jangankan untuk menjelajahi sepuluh lantai masjid,
kemana pun perjalanan yang dilakukan pastilah akan menjumpai kelelahan.
Malang
dengan segala kesejukan dan kenyamanannya juga memiliki kebiasaan yang unik
yang dimiliki oleh masyarakatnya. Warga masyarakatnya sudah dikenal dengan
kebiasaan yang gemar membolak-balik kata. Kita ambil saja kata “Malang” sebagai
contoh, penduduk akan mengucapkannya dengan membalik katanya menjadi “ngalam”.
Terdengar cukup menggelitik bagi telinga kita yang asing dengan bolak-balik
kata tersebut. Namun begitulah yang tersebar di kalangan masyarakatnya.
Kota
yang tidak jauh dari Pasuruan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para
pelesir negeri ini. Dengan berbagai jenis wisata yang ditawarkan, seperti
wisata alam, wisata religi, wisata belajar dan bermain untuk anak-anak, saya
yakin Anda tidak akan melewatkannya dalam list
destinasi jalan-jalan Anda.
No comments:
Post a Comment