Tuesday 23 June 2015

Menemukan Mas Gagah

Dukung Film KMGP
Kisah Ketika Mas Gagah Pergi sedikit banyak ceritanya mirip dengan kisahku. Sejak aku duduk di bangku SMP, kakakku sudah menyuruhku untuk memakai jilbab. Bukan hanya kakakku tapi juga ibuku turut mendesak untuk memenuhi perintah Allah Swt itu. Tapi waktu itu aku tidak mengindahkan keinginan mereka. Entah mengapa aku merasa malu jika harus memakai jilbab ke sekolah. Pasalnya teman-teman tidak ada yang mengenakan pakaian takwa itu. Sebenarnya bukan tidak ada sama sekali, tapi sedikit sekali yang menggunakannya, bisa dihitung dengan jari, mungkin sekitar satu atau dua anak saja yang mengenakannya. Meski begitu kakak dan ibuku tetap sabar dan terus berusaha untuk mengingatkanku.


Aku baru memenuhi keinginan mereka ketika aku duduk di bangku SMA. Namun satu hal yang paling menyedihkan adalah tidak seperti Gita yang kehilangan kakak tercinta, Mas Gagah, aku kehilangan ibuku untuk selamanya sebelum dirinya sempat melihatku dengan jilbab sesuai dengan yang Ia harapkan dulu. Tak ada hal yang paling menyedihkan bagiku selain kehilangan orang yang paling dicinta untuk selamanya karena penyakit yang cukup parah. Ibu tak akan kembali, Ia tak akan melihatku dengan jilbab ini. Hanya penyesalan yang tinggal, mengutuk diri sebagai anak durhaka yang tidak patuh pada perintah orang tua. Semoga Allah mengampuni dosa-dosaku dan ibuku. Kini aku telah berhijab, berharap ini untuk selamanya sampai diri ini menjemput ajal.

Pasti masih banyak kisah lain di luar sana yang mempunyai kemiripan dengan kisah Mas Gagah. Yang menjadi catatanku di sini adalah betapa orang-orang di sekitar kita sesungguhnya begitu peduli dan sangat menyayangi kita dengan selalu mengingatkan agar kebih dekat denganNya, menjalani syari’atNya dan mematuhi segala perintahNya demi masa depan di akhirat yang lebih baik. Namun terkadang rasa sayang dan perhatian mereka tidak mendapat sambutan positif dari diri kita yang tertutup hatinya dari kebenaran akan ajaran Islam. Kita lebih senang disibukkan oleh urusan dunia yang melenakan, sehingga cahaya kebenaran sulit menyentuh hati. Hati ini baru akan bergetar hebat ketika orang-orang yang kita sayangi dipanggil oleh Yang Maha Pemilik Kehidupan. Jangan, jangan kau tunggu hal itu terjadi pada mereka yang kau cintai. Karena kau akan sangat menyesalinya. Selagi mereka yang dicinta masih berada dekat dengan kita, buatlah mereka bahagia, tunjukkan kalau kau menyayanginya, wujudkan keinginannya, patuhi nasihatnya. Karena sesungguhnya semua itu adalah untuk kebaikan diri kita sendiri agar dapat meraih keselamatan hidup di dunia dan akhirat.

Kisah Mas Gagah begitu menyentuh hati siapa saja yang membacanya. Aku sendiri sudah mengenal cerpen ini sejak masih remaja. Meski begitu aku tetap saja tak kuasa meneteskan air mata saat membacanya lagi sekarang. Selain dari segi cerita yang sangat menginspirasi, sisi lain dari cerpen ini  yang aku suka adalah gaya bahasa yang ditulis dengan ringan khas remaja dan mudah dipahami. Sehingga membuat pembaca tak perlu mengerutkan dahi untuk mencerna setiap kata-katanya.

Mendengar bahwa cerpen ini akan di angkat ke layar lebar, aku begitu bersemangat. Tak sabar ingin melihat bagaimana cerita dan tokoh yang ada, diwujudkan ke dalam betuk visual. Penasaran dengan sosok Mas Gagah yang pastinya gagah, Gita yang tomboy dan semua yang mendukung cerita ini.

Dalam workshop menulis yang belum lama ini aku hadiri, dimana pembicara kali ini adalah sosok penulis yang karya-karyanya telah mendapat berbagai penghargaan nasional maupun internasional, Helvy Tiana Rosa, menceritakan tentang perjuangannya dalam mewujudkan film Ketika Mas Gagah Pergi. Bunda Helvy menginginkan spirit yang terdapat dalam cerpen ini sama dengan filmnya nanti. Oleh karena itu Bunda Helvy sangat idealis dalam memilih tokoh yang akan berperan dalam film ini. Sosok Mas Gagah yang diinginkan adalah yang bagus agamanya, baik bacaan Qur’annya dan yang tidak kalah penting adalah yang cinta Palestina. Butuh perjuangan panjang untuk menemukan sosok yang ideal seperti itu. Bertahun-tahun lamanya.

Rupanya Bunda Helvy sudah bisa bernafas lega karena sosok yang dicari selama ini telah ditemukan. Beliau menceritakan bahwa pemeran Mas Gagah lahir pada tahun 1992 dimana pada tahun tersebutlah Bunda Helvy menciptakan cerpen Ketika Mas Gagah Pergi. Kami para peserta workshop begitu takjub mendengar hal itu. Betapa skenarioNya begitu indah. Allah telah menyiapkan sosok Mas Gagah sejak cerpen itu lahir. Perjuangan panjang Bunda Helvy dalam menceri tokoh pemeran Mas Gagah seolah mengisyaratkan bahwa beliau harus menunggu tokoh ini besar dan siap untuk diorbitkan, hehe.

Bunda Helvy mengisahkan begitu banyak suka duka dan pengalaman berharga dalam audisi para pemain film KMGP. Yang paling membekas dalam sanubarinya adalah kepergian tiga tokoh yang sangat mendukung terealisasinya film ini kepangkuan Ilahi. Mereka adalah sang sutradara, Chaerul Umam, Pepeng dan Didi Petet. Ketiga tokoh itu pergi menghadapNya sebelum menemukan sosok Mas Gagah yang selama ini mereka perjuangkan.

Pada akhirnya proses pembuatan film ini harus tetap berjalan. Demi menciptakan sebuah film Islami yang berkualitas, Bunda Helvy tidak ingin ada unsur-unsur yang melanggar syari’at dalam pembuatan film ini. Sebisa mungkin menghindari adanya adegan bersentuhan antar pemain yang bukan mahram. Kalau pun memang harus ada adegan tersebut, misalnya, ketika Mas Gagah harus mencium tangan ibunya, itu akan dilakukan oleh mahram si tokoh tersebut yaitu ibunya sendiri. Hal lain yang penting dalam film ini adalah Bunda helvy tidak akan menghilangkan karakter Mas Gagah yang cinta Palestina. Bunda mengatakan bahwa ada beberapa production house yang keberatan dengan isu Palestina dalam film ini. Tapi Bunda Helvy tidak menyerah dan tetap pada idealismenya itu. Jadi walaupun hanya sebentar saja, scene tentang Palestina akan tetap dimunculkan.


Aku sangat setuju dengan ide bunda helvy. Biarkan orang di luar sana tahu tentang Islam yang rahmatan lil’alamin yang ajarannya damai dan menyejukkan. Jadi sudah selayaknyalah kita umat Islam mendukung terwujudnya salah satu film Islam yang sesuai syari’at. Bukan hanya film yang mengaku berlabel Islam namun kenyataannya sangat jauh dari nilai Islam itu sendiri. Pesan terakhir dari Bunda Helvy dalam workshop itu ialah menontonlah di hari-hari pertama film ini tayang. Karena hari-hari pertama itulah yang akan menentukan apakah film ini akan bertahan lama di bioskop atau tidak. Dan jangan lupa untuk mengajak siapa saja untuk menonton film ini, agar lebih banyak orang yang mendapatkan nilai-nilai kebaikan yang terkandung di dalamnya.  

2 comments:

  1. sangat mengapresiasi sekali film ini. Sangat penasaran dengan tokoh yang memrankan mas Gagah

    ReplyDelete
    Replies
    1. penasaran sangat, hehe...tunggu tgl mainnya :)

      Delete