Sejak
kecil nama Bank BNI sudah sangat akrab ditelinga karena memang saat itu ibuku
adalah salah satu nasabah di bank tersebut. Aku sering melihat ibu mengeluarkan
buku tabungan BNI-nya dan sering menyebut-nyebut nama bank itu setiap akhir
atau awal bulan. Ibuku adalah ibu rumah tangga yang tidak mempunyai penghasilan
sendiri. Kami sekeluarga mengandalkan nafkah
dari bapak yang bekerja jauh di negeri seberang. Setiap bulan bapak pasti
mengirim uang pada kami di Indonesia, dan ibu mengambilnya melalui Bank BNI.
Dulu
aku sering melihat ibu pergi ke bank setiap awal bulan, sesekali aku pun
diajaknya. Dan inilah kesempatanku untuk melihat isi di dalam gedung yang bernama bank. Ternyata gedung Bank BNI
yang aku kunjungi begitu besar dan dingin, orang-orang yang datang berpakaian
rapi, berjas dan kemeja rapi khas orang kantoran. Suasana Bank BNI yang nyaman
membuatku senang berada di sana.
Seiring
aku tumbuh besar, kadang-kadang ibu menyuruhku pergi ke Bank BNI untuk mengecek
apakah uang yang dikirim bapak sudah masuk atau belum. Sebelumnya aku tidak pernah
pergi ke bank sendirian dan aku bingung
apa yang harus dilakukan di sana. Ibu menyuruhku karena memang lokasi Bank
BNI dekat dengan sekolahku yaitu di bilangan Jatinegara, Jakarta Timur. jadi sebelum masuk sekolah aku sempatkan mampir ke Bank BNI terlebih dahulu. Ibu mempercayaiku
untuk pergi ke bank sendirian mengingat aku sudah duduk di bangku SMP yang
sudah bisa untuk pergi sendiri menurut ibuku.
Aku
sering mendengar ibu mengatakan kata-kata “cek” atau “cek saldo” namun aku tidak
paham apa maksud dari kata-kata itu. Dan
suatu hari aku disuruh untuk mengecek
uang yang masuk ke bank. Ibu tau kalau aku bingung, beliau berkata “kasih buku
tabungan ke Mba nya, bilang aja cek mba.”. Dan aku pun melaksanakan apa yang ibu perintahkan meskipun
aku tidak mengerti apa maksudnya.
Pertama
kali datang ke bank sendirian itu rasanya was-was, khawatir dan bingung. Aku merasa
semua orang memandang ke arahku dan berkata “Ngapain ini anak kecil dateng ke
bank?” hehe. Aku melakukan hal yang sama seperti semua orang yang ada di bank,
antri. Aku berdiri dengan sabar di
antrian yang panjang sampai akhirnya tiba giliranku menuju teller. Sesampaiku di
teller, aku mengikuti saran ibu, menyerahkan buku tabungan dan berkata “cek mba”,
sang teller ternyata sudah paham maksudku lalu mengambil buku tabungan yang aku pegang sambil tersenyum ramah. Tidak perlu menunggu waktu lama, sang
teller kembali dan berkata “sudah masuk”, lalu menyerahkan buku tabungan
padaku, tidak lupa tersenyum. Meskipun aku tidak begitu mengerti, tapi aku
mengambil kesimpulan sendiri bahwa uang kiriman sudah masuk lalu aku tersenyum
bahagia dan ingin segera mengabarkannya ke ibu.
Pulang
dari Bank BNI yang nyaman, aku berpikir ternyata pergi ke bank itu mudah
sekali. Tinggal serahkan buku tabungan lalu bilang saja “cek” dan selesai. Yah,
itu pikiran seorang anak kecil yang belum paham betul aktifitas di bank selain
cek saldo.
Segera
aku kabarkan kalau uang kiriman sudah masuk pada ibu begitu sampai di rumah. Ibu
terlihat sumringah mendengar kabar dariku. Mengetahui uang kiriman sudah masuk,
aku pun memiliki permintaan pada ibu agar membelikanku sebuah tempat pinsil
yang baru. Senang rasanya ketika ibu mengiyakan dan aku bahagia akan memiliki
tempat pinsil baru yang aku suka. pengalaman pertama pergi ke Bank BNI itu membuatku jadi ketagihan untuk pergi ke sana, karena
jika uang kiriman sudah masuk aku bisa minta dibelikan sesuatu pada ibu, hehe.
Bank BNI menjadi bank pertama yang aku kunjungi sewaktu kecil. Dan sekarang usianya sudah mencapai 69 tahun. Wah, bank ini sudah cukup tua ternyata, tapi tentu saja semakin dicintai oleh masyarakat Indonesia yang masih setia menjadi nasabahnya sejak dulu.
Selamat ulang tahun ke-69 Bank BNI. Semoga semakin berjaya dan semakin memudahkan masyarakat untuk bertransaksi kapan pun dimana pun.
#DirgahayuBNIke69
#69TahunBNI
No comments:
Post a Comment