Setiap
penulis memiliki tujuan atau motivasi yang berbeda dalam menulis. Ada yang
berpendapat menulis adalah sarana berdakwah menyampaikan kebaikan, ada juga
yang berargumen bahwa menulis itu adalah art yang bertujuan untuk menghibur
pembaca atau untuk memuaskan diri sendiri. Penulis yang menyatakan bahwa
menulis adalah sarana dakwah, biasanya akan menyelipkan hikmah atau pelajaran
dalam setiap tulisannya. Sedangkan bagi penulis yang berpendapat menulis adalah
seni, sebagian tidak terlalu memusingkan apakah tulisannya mengandung nilai-nilai moral
atau tidak.
Saya
sendiri sependapat dengan penulis yang menjadikan menulis sebagai ladang
dakwah. Tergabung dalam komunitas yang memiliki visi misi berdakwah melalui
tulisan, membentuk mind set bahwa saya harus menulis sesuatu yang bisa membawa
manfaat bagi pembaca. Bukan hanya sekedar menulis atau menghibur pembaca, tapi
saya berharap pembaca dapat mengambil nilai positif dari tulisan tersebut. Meskipun
sulit, bukan berarti tidak bisa. Hanya butuh latihan dan membaca banyak
referensi.
Namun
tidak juga dipungkiri bahwa banyak penulis yang mempunyai tujuan atau motivasi
yang berbeda dari apa yang saya yakini. Beberapa waktu lalu saya menghadiri
sebuah event kepenulisan yang pembicaranya adalah para penulis dari penerbit
terkenal. Ada tiga orang penulis novel yang menjadi pembicara dalam event
tersebut. Acaranya dibalut dalam suasana santai antara penulis dan audience.
Setelah pembicara selesai memaparkan proses kreatif mereka dalam menulis,
dibukalah sesi tanya jawab dan saya pun mengajukan pertanyaan kepada mereka.
Pertanyaan
saya adalah “apakah dalam setiap buku yang kalian tulis terselip nilai-nilai
moral atau sesuatu yang dapat diambil pembelajarannya oleh pembaca?” Jawaban
mereka secara garis besar sebagai berikut.
"Menulis
itu tidak perlu memikirkan nilai-nilai moral karena menulis itu adalah seni,
sesuatu yang kita sukai. Jadi menulislah apa yang ingin kamu tulis dan apa yang
ingin kamu baca tanpa terbebani oleh nilai moral yang harus disampaikan. Kalau
pun ada nilai-nilai positif dalam tulisan, biarkan pembaca yang menilainya,
apakah itu sebuah nilai moral atau bukan. Selain itu juga jangan menganggap
pembaca itu kosong atau tidak mengerti apa-apa. Jadi jangan menggurui mereka
lewat tulisan kita".
Mendengar
jawaban mereka, ada riak-riak gejolak dalam hati saya. Saya tidak setuju dengan
pernyataan “menulis tidak perlu memikirkan nilai-nilai moral”. Hal itu sangat
bertentangan dengan apa yang selama ini saya yakini dari penulis-penulis yang
memang concern dalam menyampaikan nilai-nilai positif di setiap tulisan
mereka. Saya percaya bahwa tulisan yang
ditulis akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Oleh karena itu,
saya berusaha membawa nilai atau manfaat dalam tulisan walau hanya sedikit
saja.
Bukan
hanya terpengaruh oleh penulis-penulis yang menjadikan tulisannya sebagai
ladang dakwah, tapi saya juga berpedoman pada hadist Rasulullah Saw.
“Sampaikanlah walau satu ayat”. Saya memaknai “ayat” di sini sebagai kebaikan-kebaikan.
Jadi sampaikanlah kebaikan yang kita tahu walau sedikit.
Tapi
itulah manusia, sangat beragam dan unik. Saya tidak bisa memaksakan mereka
untuk sama dengan saya, pun sebaliknya. Setidaknya dari acara tersebut saya
bisa lebih membuka pikiran dan berusaha memahami perbedaan prinsip yang ada antara
para penulis.
Jadi, bagaimana menurut teman-teman? Perlukah nilai moral dalam sebuah tulisan?
Sharing yuk!
Saya pribadi sih setuju sama jawaban penulis yang menjawab pertanyaan. Menulis itu seni...bebas...tanpa harus terbebani pesan moral. Tulisan saya juga kebanyakan menghibur tanpa ada pesan moral tapi saya tetap berpegang untuk menulis sesuatu yg bisa dinikmati pembaca. Biarlah pembaca yg menilai tanpa harus saya sampaikan secara langsung.
ReplyDeleteTerima kasih tanggapannya. Tambahan pendapat dari saya, sebaiknya jangan jadikan pesan moral atau hikmah dalam sebuah tulisan sebagai beban. jadikan ia sebagai bentuk lain dari ibadah. ;)
DeleteSangat perlu lah, Mbak. Menulis itu adalah pekerjaan para ulama, ulama di sini dalam konteks orang yang memiliki ilmu. Ilmu yang ditulis dan dibagikan harus mempunyai dampak baik agar nanti jatuhnya jadi "ilmu yang bermanfaat", kalau sudah begitu pahalanya akan tetap mengalirkan. Begitu juga sebaliknya, jika tulisan berisi kemaksiatan/tidak baik dosanya juga akan mengalir selama tulisannya dibaca apalagi diterapkan. Salam kenal, sila mampir ke blog saya juga :)
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih tanggapannya. Saya setuju dgn pendapatnya. Insyaa Allah nanti mampir ke blog nya :)
DeleteKalau menurut aku sangat perlu. Walau pun hanya satu, tapi dalam sebuah tulisan memang bagus jika memilih sesuatu yang bisa dipetik pelajaran. Jadi kalau bisa selain menghibur yah tetap ada pesan tersirat. ^_^
ReplyDelete