Beberapa
hari yang lalu saya sempat menuliskan status di akun facebook “Gimana caranya
jadi orang baik?”
Seorang
teman berkomentar kira-kira begini, “Selalu berusaha memberikan yang terbaik,
karena hidup bukan hanya perkara menerima, tapi bagaimana kita memberikan yang
terbaik”. Buat saya jawaban itu masih belum jelas dan saya belum paham bentuk
real-nya seperti apa.
Motivasi
membuat status itu karena memang saya belum termasuk dalam kategori orang baik.
Mungkin saya masih mementingkan diri sendiri, mungkin juga saya bukan orang
yang peka dengan lingkungan sosial atau mungkin saya juga masih sedikit sekali
bersedekah. Menurut saya tiga ciri tersebut dimiliki oleh orang-orang baik.
Sepertinya
tak perlu menunggu lama untuk sebuah jawaban dari status saya di atas, karena
saya telah mendapatkan jawaban itu dalam buku "Yoyoh Yusroh: Mutiara Yang Telah
Tiada". Dari buku ini saya mengetahui seperti apa wujud orang baik itu. Membaca
buku ini, hanya kagum, kagum dan kagum yang dapat saya rasakan. Hanya kata-kata
takjub yang terucap dan mengena di hati.
Saya
terlambat mengetahui sosok ustadzah Yoyoh Yusroh ini. Kebaikannya begitu nyata
dirasakan oleh berbagai kalangan di sekitarnya. Tidak hanya dirasakan oleh
mereka yang dekat, tapi juga oleh mereka yang jauh bahkan di kalangan
internasional. Wanita yang menjadi pembela jilbab saat pelarangan pemakaiannya
di kampus maupun sekolah, wanita yang dikaruniai tiga belas anak hebat yang
dekat dengan Al-qur’an, wanita yang concern membela kaum perempuan dan
anak-anak, wanita yang perjuangannya membela pembebasan Palestina tidak kenal
putus.
Wujud
kebaikannya nyata dalam dakwah di lingkungan keluarga dan ummat. Bayangkan,
dengan 13 orang anak yang beliau miliki, tidak luput setitik perhatian pun dari
kasih sayang dan bimbingannya. Satu hal yang menjadi prioritas dalam mendidik
anak-anaknya adalah bagaimana ia membuat mereka dekat dengan Al-qur’an. Sudah sejauh
mana hafalan mereka? Sudah berapa juz yang dibaca hari ini? Itulah beberapa
pertanyaan wajib yang akan ditanyakan ketika Sang ustadzah yang sangat sibuk
ini mengunjungi putra putrinya yang berada di pesantren.
Jabatannya
sebagai anggota parlemen bukan alasan menjadikan dirinya lebih tinggi dari
siapa pun. Bahkan pada khadimat yang membantu keperluan sehari-harinya di rumah
kebaikannya tidak berkurang sedikitpun. Sifatnya yang pemaaf dan penyabar ini
membuat khadimat betah dan bangga mempunyai majikan seperti sosok ustadzah
Yoyoh. Dikisahkan dalam buku ini, pernah suatu ketika khadimat yang baru
bekerja di rumahnya itu mencuri sejumlah uang. Ustadzah Yoyoh tidak serta merta
memarahi atau memecatnya. Beliau dengan sabar berdiskusi dan membimbingnya
hingga kejadian tersebut tidak pernah terulang.
Buku
ini membawaku menyelami sosok wanita sempurna. Sempurna tidak dilihat dari segi
fisik saja, tapi sempurnanya hati yang lebih utama. Di samping
kebaikan-kebaikan beliau yang menginspirasi, perjuangan dakwahnya pun tidak
kalah hebat. Dengan tingkat kesibukan yang cukup tinggi, dakwah dan pendidikan
anak tidak terabaikan. Sekali pun kondisinya kurang sehat, dakwah tetaplah
menjadi yang utama. Beruntung beliau dikaruniai suami dan anak-anak yang selalu
mendukung segala aktivitasnya, baik di parlemen maupun kegiatan sosial.
Ustadzah
Yoyoh Yusroh merupakan salah satu mutiara yang memancarkan kilau-kilau kebaikan
untuk orang banyak. Mutiara itu kini telah tiada, tapi kilaunya tak akan pernah
redup. Masih banyak kisah-kisah kebaikan beliau yang diceritakan dalam buku ini
yang membuat kita malu jika tidak menjadi manusia yang berguna.
Menjadi
sosok baik dan mengikuti jejak ustadzah Yoyoh sangat tidak mudah bagi saya,
tapi setidaknya saya mendapatkan gambaran bagaimana caranya menjadi orang baik.
Untuk menjadi orang butuh keberanian. Yah, berani! Apakah kita (saya khususnya)
memiliki keberanian itu?
Masyaa Allaaah...
ReplyDeleteInspiratif ya, Mba Hanie.
Iya, insyaa Allah klo baca bukunya bisa dpt inspirasi yg lebih bnyak lagi..
Deleteustadzah Yoyoh Yusroh ispiratif bgt ya mbakk
ReplyDeleteIya bener,,
DeleteSemoga kita bisa mengikuti jejaknya. Aamiin
merinding, jadi teringat saat beliau wafat :(
ReplyDeleteCeritain dong mba!
Delete