Pengalaman
hari ini benar-benar mengerikan. Pasalnya saya menyaksikan sendiri apa yang
selama ini saya dengar dari Bunda Elly Risman tentang bahaya pornografi pada
anak. Saya ingat Bunda Elly pernah bilang bahwa sasaran pornografi terbesar
adalah anak laki-laki.
Hari ini saya ditakdirkan untuk datang ke sebuah warnet untuk keperluan print
dan scan. Saya jarang sekali datang ke warnet, bisa dihitung dengan jari dalam
setahun. Karena memang di rumah tersedia laptop dan mesin printer, jadi saya
tidak perlu keluar untuk urusan print out. Tapi hari ini qadarullah kertas di
rumah habis sehingga memaksa saya untuk pergi ke warnet.
Tiba
di warnet, saya menemukan dua anak laki-laki yang sedang asyik menonton video.
Saya belum memperhatikan video apa yang mereka tonton karena saya langsung
menuju operator warnet untuk mem-print dan men-scan data yang saya butuhkan.
Sambil
menunggu hasil print, saya mulai memperhatikan anak-anak yang sedang menonton
video di youtube tadi. Karena posisi komputer tidak diberi pembatas, sehingga membuat
siapa saja bisa melihat apa yang sedang dilakukan orang-orang yang asyik dengan
kegiatannya di internet. Awalnya saya lihat anak-anak itu masih menonton video
yang masih aman menurut saya.
Operator warnet ternyata masih sibuk melayani
pengunjung lain yang juga ingin mem-print.
Pandangan
saya kembali kepada dua anak laki-laki yang masih menonton video, dan kali ini
saya dibuat shock oleh video yang mereka tonton. Video yang sangat tidak pantas
dilihat oleh anak-anak. Video tersebut menampilan adegan yang sungguh tak
sanggup saya katakan. Ya sebut saja video porno.
Langsung
saja saya berjalan menuju meja si anak yang sedang melihat video itu.
“Hey,
kamu nonton apa itu? Gak boleh. Ayo tutup. Tutup!”
Si
anak terkejut merasa bersalah.
“Gak
tau nih!” dia mengelak.
“Gak
boleh nonton itu. Ayo tutup!” perintah saya sambil kembali ke tempat duduk
dekat operator setelah memastikan si anak menutup video "monster" itu.
Si
anak masih menonton youtube dengan video yang sudah digantinya menjadi video
Upin Ipin.
Kejadian
itu membuat saya shock, jantung berdegup kencang, tak menyangka anak-anak yang
masih usia SD itu bisa mengakses video mesum dengan sangat mudahnya. Ya, hanya
dengan uang tiga ribu rupiah per jam anak-anak dapat dengan mudah pergi ke
warnet dan berselancar sesuka hati tanpa tau situs/video apa yang boleh dan
tidak mereka konsumsi.
Lalu
siapa yang bertanggungjawab atas semua ini? Kita semua. Orang dewasa yang
berada di sekitar anak-anak yang bertanggungjawab.
Pertama,
orangtua. Jaga betul-betul anak kita. Jangan mudah memberikan uang atau ijin
pada anak-anak untuk pergi ke warnet. Kebanyakan orangtua tidak tau/peduli
dengan apa yang anak-anak mereka lakukan di warnet. Atau bahkan orangtua tidak
tau ke mana anaknya pergi bermain. Dengan alasan bermain game, mungkin orangtua
menganggap hanya sebuah permainan yang biasa. Padahal ada misi berbahaya bagi
anak dalam game tersebut.
Kedua,
guru. Guru bertanggungjawab mendidik anak-anak kita. Beri pengertian, bimbingan dan
arahan mengenai apa yang baik dan boleh untuk diakses oleh anak-anak. Zaman
yang serba computerize ini membuat
sekolah atau guru memberikan tugas-tugas yang berhubungan dengan internet.
Sehingga tidak terelakkan jika anak-anak juga dapat mengakses situs-situs
“monster” sambil mengerjakan tugas.
Ketiga,
penjaga warnet. Sayangnya kebanyakan operator/pemilik warnet tidak ambil pusing
dengan apa yang diakses oleh anak-anak. Saya yakin mereka tau apa yang
dilakukan oleh anak-anak di warnetnya. Tapi sayang mereka tak mau repot-repot
dengan hal itu yang penting anak-anak itu membayar bill-nya. Seharusnya petugas
warnet sangat bisa untuk mengontrol apa diakses oleh anak-anak di warnetnya.
Keempat,
pengunjung warnet yang lebih dewasa. Sebaiknya orang-orang dewasa yang ada di
sana berani bertindak dengan menegur apa yang tidak pantas dilihat anak-anak di internet.
Bisa jadi si anak tidak tau kalau yang dilihatnya itu berbahaya. Maka dengan
menegurnya, setidaknya anak-anak itu jadi tau bahwa yang mereka lakukan itu
buruk.
Terakhir
dan yang paling penting adalah pemerintah. Bagaimana caranya situs-situs porno
tidak dapat diakses oleh anak-anak? Ya, itulah tugas pemerintah membuat
warganya aman dari “monster” pornografi yang menggerogoti mental anak-anak kita
sedemikian parah.
Yuk mulai sekarang kita aware dengan lingkungan sekitar, terutama anak-anak yang menghabiskan waktunya bermain di warnet. Warnet, salah satu tempat yang berbahaya bagi anak-anak yang mestinya dihindari. Berawal dari warnetlah anak-anak kita mengenal "monster" pornografi itu.
Bila pornografi sudah merasuk dalam pikiran anak, maka tunggulah makar yang timbul darinya. Na'udzubillah.
Semoga anak-anak kita terhindar dari hal semacam ini. Aamiin.
artikel bermanfaat
ReplyDeleteObat Tradisional Keputihan