Kajian
tema politik? Eehm, sepertinya jarang atau hampir tidak ada ya kajian dengan
tema tersebut. Pada umumnya tema-tema yang dibahas dalam sebuah kajian adalah
tentang ibadah, sedekah, fikih, jihad, rumah tangga, dll. Padahal selain ilmu
agama yang penting untuk dipalajari, ilmu politik adalah salah satu ilmu yang
juga penting dipahami oleh kita umat Islam.
Politik
bukan hanya dominasi orangtua atau laki-laki saja, justru pion utama dalam
politik adalah kaum muda dan perempuan, begitu kata Uni Fahira Idris, anggota DPD
RI. Lho, kenapa politik begitu erat dengan kaum muda dan perempuan?
Pertama,
pemuda adalah ujung tombak politik di sebuah negara. Sayangnya para pemuda saat
ini dininabobokan oleh fashion, music, film dan semua hal yang berbau
kesenangan masa muda. Masih banyak pemuda yang tidak mau ambil pusing dengan
dunia politik, tidak mau terlibat dalam organisasi. Padahal pelajaran politik
paling baik adalah di masa muda. Oleh karna itu, kaum muda harus bangkit,
pelajari dan pahami ilmu politik dari sekarang.
Kedua,
mengapa perempuan? Ketahuilah kaum perempuan sangat pandai mempengaruhi. Menurut
Uni Fahira, politik adalah ilmu seni yaitu seni mempengaruhi masyarakat. Maka dalam
hal mempengaruhi perempuanlah ahlinya. Perempuan dapat dengan mudah
mempengaruhi suaminya, keluarganya, ibu-ibu pengajian, bahkan lingkungan
sekitarnya. Jadi jangan meremehkan peran perempuan dalam dunia politik.
Sebelum
terjun ke dunia politik, Uni Fahira adalah seorang pengusaha yang mana darah
pengusaha mengalir dari kakeknya. Pada usia 20-30 tahun, uni hanya fokus pada
usahanya tanpa tertarik pada dunia politik. Ketertarikannya pada dunia politik
datang terlambat, yaitu pada usia yang tidak tergolong muda lagi. Ketertarikannya
di dunia politik berangkat dari kegelisahan. “Politik adalah sebuah kegelisahan
yang ada dalam diri”, ucap Uni. Beliau sangat senang dan menghargai para pemuda
yang melek politik.
Pengalaman
berpolitiknya tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan. Susah, sedih,
derita, bullying hingga dicap rasis oleh orang-orang yang tidak menyukainya,
semua dihadapinya dengan tegar. Uni menceritakan kisahnya yang cukup memilukan.
Suatu
hari Uni mendapat telpon yang mengabarkan ada seorang pendeta yang ditusuk oleh
orang bersorban putih. Dalam benak kita orang yang bersorban putih itu pastilah
orang Islam. Uni Fahira berusaha mencari cara untuk meredam timbulnya perang
antar agama. Uni menghubungi semua orang yang dikenalnya untuk datang ke rumah
sakit tempat di mana pendeta itu mendapatkan perawatan. Tiba di rumah sakit,
rupanya semua yang datang adalah muslimah yang sudah pasti berjilbab. Hanya satu
orang saja yang beragama Nasrani.
Bertemu
dengan keluarga pendeta yang ditusuk tadi, uni berusaha tenang dan berlaku
sopan. Namun keluarga sang pendeta tidak sudi menerima kehadiran mereka. Tujuan
uni datang ke rumah sakit adalah untuk menyumbangkan darah, karena beliau
mendapat kabar bahwa sang pendeta banyak mengeluarkan darah. Istri sang pendeta
tidak sudi menerima darah dari uni dan teman muslimah yang hadir saat itu.
Dokter
datang dan mengingatkan bahwa stok darah menipis dan harus segera mendapatkan
donor. Akhirnya uni Fahira dan kawan-kawan tetap menyumbangkan darah mereka
untuk pendeta. Istri pendeta pun akhirnya melunak dan mulai bisa tersenyum pada
mereka yang menyumbangkan darah pada suaminya. Suka tidak suka darah yang
mengalir dalam tubuh suaminya adalah darah seorang muslim. Belakangan diketahui
bahwa orang yang menusuk pendeta hanyalah oknum yang tidak bertanggungjawab.
Kisah
lain yang lebih memilukan diceritakan oleh Uni fahira Idris. Saat dirinya
mendapat tugas ke luar kota, beliau menitipkan anak-anak pada asisten rumah
tangganya yang baru. Uni berpesan bahwa setiap sore anak-anak harus mengaji. Sang
asisten segera menanggapi perintah majikannya dengan, “Maaf bu, saya tidak bisa
mengaji”. Uni terkejut mendengar jawaban itu. Uni pun bertanya mengapa ia tidak bisa mengaji. Uni Fahira lebih shock lagi mendengar
jawaban dari pertanyaan ini. Sang asisten rumah tangga menjawab, “Di kampung saya sudah
tidak ada yang belajar mengaji karena tidak ada guru ngaji lagi.”
Kami
semua yang hadir pada kajian hari itu terkejut, tak menyangka hal itu terjadi
di Indonesia yang penduduknya (masih) mayoritas muslim. Pengalaman ini tidak
hanya dialami oleh Uni Fahira Idris sendiri, salah satu peserta kajian yang
mendapatkan kesempatan bertanya menyampaikan hal yang sama, bahwa di daerahnya
(sayang sekali saya lupa nama daerahnya) juga sudah tidak ada guru mengaji lagi. Air
mata para peserta kajian hari itu tak dapat ditahan lagi. Hal yang paling
menyakitkan bagi umat Islam adalah ketika Al-qur’an tidak terdengar lagi
kumandangnya. Innalillahi wainna ilaihi rooji’un.
Lalu,
mengapa semua ini terjadi? Ini akibat kita yang tidak mengerti, tidak peduli,
masa bodoh dengan dunia politik saat ini. Inilah akibat dari penguasa atau
pemimpin yang tidak memperjuangkan Islam. Indonesia pada umumnya dan Jakarta khususnya
saat ini sedang diuji oleh Allah dengan hadirnya seorang pemimpin yang jauh
dari ajaran Islam.
Maka
dari itu, wahai pemuda, wahai rakyat Indonesia mari pahami dunia politik. Jadikan
dunia politik sebagai jalan dakwah, jalan kebaikan sebagai wujud cinta kita
pada Indonesia. Indonesia akan lebih berkah dengan pemimpin yang beriman. Karena
pemimpin muslim tidak mungkin mendzolimi rakyatnya yang non-muslim. Sedangkan jika
pemimpin itu adalah seorang non-muslim, kebijakannya lebih banyak menyakiti
hati muslim.
No comments:
Post a Comment