Kawan jangan pernah mengabaikan
permintaan ibumu, orangtuamu. Karena boleh jadi itu adalah permintaan
terakhirnya.
Ibu menyuruhku berhijab sejak aku duduk
di bangku Sekolah Menengah Pertama. Tapi apa yang aku lakukan? Aku baru
memenuhi permintaannya ketika SMA, dan itu sudah terlambat.
Ibu tak bisa melihat penampilanku yang
sudah berhijab sekarang. Ia tak bisa melihat anaknya telah hijrah. Karena ia
tak lagi di sini. Tak lagi di sampingku. Ia telah terkubur menyatu dengan tanah
sejak aku kelas 2 SMP.
Sedih? Pasti. Meyesal? Ya. Mengapa tidak
dari dulu aku memenuhi permintaannya. Entahlah. Yang aku pikirkan waktu itu
belum siap memakai jilbab itu. Dulu di sekolah jarang sekali siswa yang memakai
jilbab. Bisa dihitung dengan jari. Mungkin hanya satu, dua anak saja.
Selain ibu menyuruhku berhijab, beliau
juga sangat memperhatikan salat lima waktu anak-anaknya. Masih di masa aku SMP,
salatku masih bolong-bolong. Aku takut sekali jika ibu tau aku meninggalkan
salat. Maka, jika aku di rumah aku pasti akan salat, tapi di sekolah aku dengan
mudah meninggalkannya. Astaghfirllah, semoga Allah mengampuniku.
Ibu, jika ingat dirimu kadang aku
berharap engkau ada di sini sekarang, menemaniku memilihkan jilbab dan gamis
itu. Jika ingat dirimu, aku ingin kita salat bersama. Aku akan selalu siap
menjadi makmum di sampingmu.
Ibu, maafkan aku yang dulu tidak
mematuhi perintahmu. Maafkan aku yang tidak bisa berbakti lebih lama di masa
hidupmu.
Maka sekali lagi, kawan jangan pernah
mengabaikan permintaan ibu dan ayahmu. Karena boleh jadi itu permintaan
terakhirnya.
ya alloh sedih bacanya.. ga kesampean cita-cita ibu, aplagi jd permintaan terakhir T___T
ReplyDeleteIya, mba. Hiks ;(
DeleteMakasih udah mampir.