Judul : AU Pair Backpacking Keliling Eropa dengan Menjadi Baby Sitter
Penulis : Icha Ayu
Penerbit : Stiletto Book, 2012
Tebal : 232 halaman
Genre : Non-Fiksi Traveling
Saya
selalu suka dengan buku yang bertema traveling, baik dalam negeri maupun luar
negeri. Setiap ada kesempatan pergi ke toko buku, rak khusus yang memajang
buku-buku traveling tidak pernah luput dari jejak saya. Sesekali saya membeli
buku-buku itu, kalau pun tidak membeli, saya bertahan cukup lama menyusuri
setiap judulnya, melihat covernya yang menarik, membaca daftar isi, mengamati
gambar-gambar menakjubkan dalam bukunya dan kepo dengan penulisnya yang
beruntung bisa menjelajahi banyak tempat.
Beruntung
saya mendapatkan buku yang saya inginkan dari program Last Campaign
#AkuCintaBuku Giveaway beberapa waktu lalu. Buku yang juga bertema traveling,
lebih tepatnya traveling a la backpacker ini tidak hanya menyajikan kisah seru
perjalanan penulis, melainkan juga ada kisah menarik di balik sebuah
perjalanannya. AU Pair: Backpacking Keliling Eropa dengan Menjadi Baby Sitter
karya Icha Ayu menceritakan sebuah pengalaman penulis menjadi seorang
backpacker sekaligus baby sitter di Prancis.
Sebelum
mengulas lebih jauh keseruan penulis keliling Eropa, ada baiknya kita cari tahu
dulu apa itu AU Pair.
AU
Pair adalah sebuah program yang memungkinkan semua orang dengan batasan usia
tertentu, dapat mempelajari bahasa dan budaya sebuah negera yang diinginkan
dengan bekerja sebagai baby sitter di rumah host family yang telah dipillih
sebelumnya. AU Pair bisa dilakukan hampir di semua negara di eropa kecuali
Inggris dan Swiss, karena kedua negara tersebut hanya menerima AU Pair dari
negara-negara tertentu.
Informasi
mengenai negara-negara penerima AU Pair bisa diintip di sini
Memutuskan
menjadi seorang AU Pair berarti siap dengan segala kejutan-kejutan (baca:
resiko) yang akan dihadapi. Karena tidak bisa dipastikan apakah kita akan
mendapatkan host family yang sesuai dengan harapan atau malah akan membuat
kecewa dan merugikan diri kita. Oleh karna itu, seorang calon AU Pair harus
hati-hati memilih host family. Namun, tak perlu khawatir karena kita bisa mencari tahu profil host family di web yang telah disediakan. Selain itu terdapat surat kontrak yang harus disepakati kedua pihak.
Untuk
mengetahui prosedur menjadi seorang AU Pair, website berikut direkomendasikan
oleh penulis www.aupair-world.net
Menjadi
AU Pair juga harus siap dengan segala perbedaan; bahasa, budaya, kebiasaan,
lingkungan, karakteristik orang lain, yang semua itu akan jauh berbeda dari kehidupan kita sebelumnya.
Untuk menjadi AU Pair setidaknya kita menguasai bahasa dari negara yang akan
dituju, atau paling tidak memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang memadai.
Dalam
buku ini, penulis mengisahkan pengalamannya menjadi AU Pair di dua host family.
Host family yang pertama adalah sebuah keluarga yang sedang dalam proses
perceraian. Penulis harus mengasuh seorang anak perempuan yang bernama Sarah
berusia 8 tahun yang hubungan kedua orangtuanya sudah tidak bisa dipertahankan
lagi. Sedikit banyak, penulis terkena imbas dari ketidak-akuran host family
tempatnya bekerja ini.
Setelah
melalui masa-masa sulit di host family yang pertama, penulis memutuskan untuk
menjadi AU Pair di host family yang lain. Beruntungnya, di host family yang
kedua ini penulis mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis. Lola yang berusia
4 tahun adalah anak yang akan diasuhnya. Kedua orangtuanya bekerja, tapi mereka
memiliki komitmen bahwa keluarga adalah segalanya.
Selama
menjadi AU Pair di Prancis, Icha Ayu tidak melewatkan kesempatan mengelilingi
Eropa dengan backpacking. Biaya hidup di Eropa yang cukup tinggi membuatnya
mengatur keuangan dengan super ketat. Gajinya dari menjadi seorang AU Pair
bukanlah gaji yang besar, tapi tekadnya untuk keliling Eropa membuat sesuatu
yang tidak mungkin menjadi mungkin dengan keberanian dan keyakinan.
Penulis
berkeliling Eropa dengan cara backpacking, di mana cara itulah yang sesuai
dengan kantongnya. Backpacking banyak dilakukan oleh anak muda karena tidak
butuh biaya besar untuk menjalaninya. Selain itu backpacking juga membutuhkan
keberanian dan kemampuan untuk bertahan hidup dalam keadaan sulit. Dari buku
ini saya jadi tahu perbedaan traveling dan backpacking.
Traveler/turis
lebih dominan dalam hal jalan-jalan ke tempat-tempat wisata popular, memotret
situs-situs yang menarik, berpindah dari museum ke museum lain, dan hal-hal
lainnya yang dilakukan oleh turis kebanyakan. Sedangkan backpacker/petualang
lebih dari sekadar jalan-jalan dan mengabadikan gambar. Backpacking adalah
menjalin pertemanan dengan sesama backpacker dari berbagai negara, menantang
keberanian dan melatih kesabaran melalui hitch hike, menuntut kejujuran dan
kepercayaan dalam berinteraksi sesama backpacker yang berbeda karaktristik dan budaya.
Mengapa
backpacking dikenal sebagai cara jalan-jalan dengan biaya murah dibandingkan
traveling atau turis?
Dalam
dunia backpacking dikenal istilah hospitaliaty exchange network atau jaringan
silaturrahmi antar backpacker di seluruh dunia.
Dengan turut serta dalam jaringan ini, seorang backpacker dapat
mengatasi masalah 3-si (transportasi, akomodasi dan konsumsi) lebih mudah.
Karena seorang backpacker bisa mendapatkan penawaran akomodasi secara cuma-cuma
alias GRATIS. Jauh daripada itu, solusi ini memberikan persahabatan dan
mengajarkan arti kepercayaan. (hlm. 114)
Dari
buku dengan tebal 232 halaman ini saya mendapat banyak informasi baru seputar
dunia backpacking dan Eropa, diantaranya:
- Tidak mudah menjalin pertemanan dengan orang eropa, karena menurut pengalaman penulis, mereka memiliki komunitas pertemanan sendiri, jadi agak sulit untuk melebur dengan komunitas mereka.
- Dalam hal waktu makan, orang eropa sangat mengatur hal yang satu itu. Bahkan ngemil pun tidak bisa sembarang waktu layaknya di negara kita.
- Hitch hike. Kegiatan yang satu ini sering dilakukan oleh seorang backpacker demi mendapatkan tumpangan murah atau bahkan gratis. Hitch hike adalah aksi berdiri di pinggir jalan dengan mengacungkan jempol sambil memegang kertas bertuliskan nama kota yang akan dituju. Jika pengendara mobil di jalan itu memiliki arah tujuan yang sama, mereka akan berhenti dan memberikan tumpangan sampai tempat yang dituju.
Masih
banyak kisah seru lainnya dalam buku ini. dan semua mengandung pembelajaran
yang berguna bagi pembaca, khususnya yang sangat menggemari kegiatan
backpacking. Satu hal yang tidak boleh saya lupa untuk menuliskannya adalah saya
tidak menemukan adanya kesalahan ketik (typo) yang biasanya sering saya temukan
dalam buku-buku penerbit besar sekali pun. Saya pikir ini merupakan nilai
positif bagi penerbit Stiletto Book yang mengukuhkan diri sebagai penerbit buku-buku perempuan. Di sini
terlihat keseriusan dan kesungguhan editor dalam menghasilkan naskah yang tidak
hanya berkualitas dari segi isi tapi juga dari segi penulisan.
Jadi,
apa kamu tertarik untuk menjadi AU Pair sekaligus mewujudkan impian keliling
dunia?
"Resensi ini diikutsertakan pada campaign #AkuCintaBuku bersama Stiletto Book dan Riawani Elyta"
Seru ya ceritanya. Boleh dicoba nih buat yg suka dengan tantangan....
ReplyDeleteIya, seru dan penuh tantangan :)
Delete