Judul :
Paris Aline
Penulis :
Prisca Primasari
Penerbit : Gagas Media, 2012
Tebal :
212 halaman
Kesan pertama baca novel ini, lucu.
Bukan, ini bukan novel komedi. Tapi sejak bab awal, tengah hingga akhir,
penulis berhasil membuat pembaca tertawa- meski tidak sampai terbahak. Narasi
segar diselipi humor, dialog renyah serta frase jenaka menjadi bumbu sedap
dalam novel Prisca yang -sekali lagi- misterius sekaligus romantis.
Penulis yang sangat piawai dalam
memilih setting lokasi di luar negeri, kali ini memilih Paris sebagai latar
lokasi sekaligus judul novelnya. Aline si tokoh utama adalah seorang mahasiswi
Universitas Sorbonne yang juga bekerja di restoran Bistro Lombok, sebuah
restoran Indonesia di Paris. Aline adalah pencinta anime dan cuku mahir
menggambar karakter anime.
Konflik dimulai saat Aline merasa muak
melihat laki-laki yang ia sukai yang dipanggil dengan sebutan ubur-ubur,
menyatakan cinta pada waniita lain. Padahal mereka merupakan partner kerja
Aline di restoran yang sama. Melihat kondisi yang sangat tidak
nyaman di tempat kerjanya, Aline memutuskan untuk cuti selama tujuh hari untuk
menangkan diri dan menerima kenyataan bahwa ubur-ubur telah menjadi milik
wanita lain. Dalam masa cutinya, Aline justru
mendapatkan kejutan-kejutan yang pada akhirnya membawa ia bertemu dengan
jodohnya.
Sena yang terkesan misterius tiba-tiba
hadir dalam kehidupan Aline. Pecahan porselen mahal mempertemukan mereka di
sebuah tempat dengan suasana magis nan menakutkan bagi Aline, yaitu di Place de
la Bastille pukul 12 malam. Aline tak bisa menolak pertemuan itu. Dengan rasa
takut dan was-was, Aline terpaksa memenuhi keinginan pemuda misterius itu.
Porselen tersebut sangat berharga bagi
Sena. Maka dia bermaksud untuk membalas kebaikan Aline dengan memberikan
kesempatan padanya untuk mengajukan tiga buah permintaan, dan Sena akan
berusaha memenuhi permintaan Aline apa pun itu. Aline pun telah mengajukan dua
permintaan yang sesungguhnya tidak benar-benar terpenuhi. Namun, permintaan ke
tigalah yang akhirnya terwujud di akhir cerita yang indah tapi tetap jenaka.
Di balik anggapan Aline yang menilai
dirinya sendiri sebagai orang yang tidak percaya diri, tidak pintar, dan tidak
berbakat, ada seseorang yang justru merasakan kehadiran Aline memberi warna
dalam hidupnya. Dialah Kak Ezra, tetangga satu flat dengan Aline yang berkuliah
di kampus yang sama. Aline tidak menyadari perasaan Kak Ezra yang mengaguminya,
Aline justru terlanjur menaruh hati pada Sena, laki-laki misterius yang baru
saja ia kenal.
Novel renyah, lucu nan misterius ini
cukup ampuh menjadi teman seperjalanan. Jumlah halaman yang tidak terlalu
tebal, mampu saya selesaikan dalam satu hari saja. Novel ini menjadi salah satu
judul yang harus saya baca dalam program #bacabukuprisca.
Setiap membaca novel, saya berusaha
mengambil pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Setidaknya beberapa pesan
yang bisa saya ambil dari novel ini adalah:
Jangan terlalu fokus pada kekurangan pada diri, karena manusia diciptakan sepaket dengan kekurangan dan kelebihan. Walaupun kita menilai diri ini banyak kekurangannya, belum tentu orang lain melihat hal itu sebagai kekurangan. Seperti Aline yang menilai dirinya banyak kekurangan, ternyata orang-orang di sekitarnya justru melihat banyak kelebihan yang tidak ia sadari.
Hubungan keluarga, adik dan kakak yang diceritakan antara Sena dan kakak peremuannya. Mereka tinggal berjauhan dan cukup lama tak saling bertemu. Hal itu tidak membuat hubungan mereka renggang, malah semakin erat hubungan kasih sayang antara kakak beradik itu. Hal ini mengingatkan saya sendiri yang tinggal berjauhan dari saudara.
Bekerjalah dengan sepenuh hati dan ikhlas. Jangan hanya semangat dan sungguh-sungguh menuntaskan pekerjaan jika ada atasan atau bos saja. Sedangkan jika bos tak ada, kita serasa bebas melakukan pekerjaan dengan tidak bertanggungjawab. Bagian ini terlihat pada teman-teman sekerja Aline di restoran Bistro Lombok yang tidak maksimal dalam melayani pelanggan, terutama pada soal rasa masakan.
Terakhir, dari novel ini saya mengenal yang namanya vinyet. Menurut KBBI V, vi.nyet /vinyet/ : goresan atau potret kecil pada bidang tepi sekeliling halaman buku. Sedangkan penulis menjelaskan, vinyet adalah sejenis fiksi mini yang kebanyakan hanya berupa fragmen (hlm. 60). Sejujurnya saya belum paham bagaimana bentuk tulisan vinyet. Heeem, sepertinya saya harus mencari tahu hal itu ;)
Akhirnya saya pun memberikan rate lima
bintang untuk novel ini di Goodreads. Setelah saya perhatikan, ternyata banyak
terstimoni yang juga memberikan lima bintang. Yah, novel ini pantas
mendapatkannya. Cerita menarik, plot yang asyik, setting yang memukau dan
tokoh-tokoh yang pas di setiap karakternya.
No comments:
Post a Comment