Belajar
bisnis tidak melulu dengan membaca buku-buku motivasi seputar bisnis, dari
sebuah novel pun kita bisa mendapat ilmu bisnis. Gak percaya?
Novel
terbaru Asma Nadia yang berjudul "Bidadari Untuk Dewa" merupakan novel tertebal
yang pernah ia tulis. Selain tema keluarga yang menjadi ciri khas penulis
produktif ini, Asma Nadia juga memasukkan tema bisnis menjadi tema utamanya.
Diambil dari sebuah kisah nyata seorang pengusaha muda, Dewa Eka Prayoga, novel
ini sangat inspiratif dan aplikatif dalam kehidupan kita.
Berkisah
tentang Dewa yang sejak usia muda telah sukses dengan omset satu milyar,
kemudian menikah dengan teman sekelasnya di bangku kuliah yang bernama Haura.
Mereka menjalin kedekatan sejak Dewa masih merintis usaha bimbelnya. Haura
menjadi partner kerja Dewa baik dalam untung maupun rugi.
Kedekatan
mereka masih sebatas hubungan atasan dan karyawannya, walaupun keduanya
memiliki perasaan sama yang terpendam, yaitu ingin bersatu dalam pernikahan. Keinginan
mereka akhirnya terwujud. Dewa dan Haura menikah dengan menggelar acara
sederhana meskipun pada waktu itu Dewa adalah sorang miliyarder.
Pernikahan
mereka mendapat pertentangan dari ibu Dewa yang selama ini membesarkannya
seorang diri. Ibu Dewa adalah wanita karir yang hidup dalam kisah-kisah
mitologi Yunani. Apa pun yang ia dan anaknya lakukan akan disangkut-pautkan
dengan dewa-dewi Yunani. Ibu Dewa tidak menyukai Haura, karena menganggap Haura
adalah wanita pembawa sial yang hanya mengincar harta Dewa yang serupa dengan
Apate atau Dewi Tipu Daya.
Dewa
tidak memedulikan apa yang ibunya katakan. Ia yakin Haura adalah sosok yang
tepat untuk mendampinginya. Sayangnya, kejadian yang menimpa Dewa dan Haura di
hari ke-18 pernikahan mereka seolah manjadi bukti bahwa apa yang dikatakan
ibunya benar. Dewa tertimpa musibah yang bertubi-tubi. Mulai dari utang
yang mencapai 7,8 miliyar, usaha yang bangkrut, ancaman para investor yang
datang hampir setiap hari layaknya Deimos, Dewa Pembawa Teror dan Ketakutan.
Dewa
dan Haura menghadapi semua ujian dengan sabar, usaha dan doa hingga sedikit
demi sedikit mereka berhasil mencicil utang yang hampir 8 miliyar kepada para
investor korban penipuan yang sesungguhnya bukan akibat kesalahan Dewa. Segala
usaha telah ia coba, mulai dari berbisnis Ceker Iblis hingga menjual harta yang
tersisa untuk mencicil utang. Tapi semua itu masih sangat jauh dari angka
utangnya yang miliyaran rupiah, hingga akhirnya Dewa menemukan tongkat Musa
alias keahliannya yang lain yang ternyata dapat menghasilkan uang lebih banyak,
yaitu menulis. Ya, akhirnya Dewa pun menulis sebuah buku yang berisi
pengalamannya selama bangkrut. Buku itu laris dan membuat Dewa dan Haura
bangkit setahap demi setahap hingga mereka kuat berdiri.
“Hidup tidak menawarkan kemudahan bagi para pejuang..” (hlm. 97)
Novel
ini tidak hanya berisi kisah jatuh bangunnya bisnis seorang Dewa Eka Prayoga,
melainkan juga berkisah tentang kehidupan keluarganya yang kurang harmonis antara
ibu dan istrinya. Meskipun tidak disukai oleh mertuanya, Haura tetap bersikap
baik dan terus berusaha mengambil hati ibu mertuanya. Haura tipikal wanita
solihah yang taat pada suami juga tegar menghadapi ujian ibu mertua.
Dalam
membangun bisnis, Dewa tidak hanya dibantu oleh sang istri, melainkan juga dua
orang sahabat yang selalu siap menolong di saat Dewa jatuh dan berhasil
bangkit. Mirza dan Rizal dua orang sahabat Dewa yang sejak masa kuliah telah
menjadi tempatnya berdiskusi. Mirza dan Rizal juga sebenarnya merupakan korban
dari investasi bodong yang dikenalkan Dewa. Mereka sama-sama mengalami kerugian
hingga ratusan juta rupiah. Tapi mereka berdua memilih membantu Dewa bangkit
membangun bisnisnya hingga akhirnya berhasil.
Banyak
ilmu yang bisa dipetik dari novel Bidadari Untuk Dewa; ilmu membangun usaha,
bangkit dari kebangkrutan, ilmu membangun rumah tangga, menjalin persahabatan
dan ilmu ikhlas menerima takdir yang telah Allah tetapkan. Bagaimana cara Dewa
bangkit dari keterpurukan dan bagaimana tegarnya Haura dalam menghadapi ibu
mertua yang selalu bertentangan dengannya, dapat ditemukan dalan novel setebal
500 halaman lebih ini.
No comments:
Post a Comment