Monday 8 January 2018

Petualangan Mengejar Buku




Judul                : Buku Ini Tidak Dijual
Penulis              : Henny Alifah
Penerbit            : Indiva Media Kreasi
Terbit               : Maret, 2015
Tebal                : 192 halaman

Padi terkejut mendapati rak bukunya kosong melompong. Ingin marah, teriak dan mengungkapkan rasa kesal kepada ayah, tidak kuasa ia lakukan. Masih tersimpan ingatan tidak diperbolehkannya seorang anak berkata kasar kepada orang tua. Padi pun akhirnya lemah lunglai terduduk di depan pintu dan bergumam, “buku ini tidak dijual, buku ini tidak dijual, buku ini tidak dijual”.


Gading, anak Padi, yang sedikit banyak memiliki andil dalam proses penjualan buku-buku koleksi ayahnya merasa bersalah telah membantu kakek memasukkan buku-buku itu ke dalam karung untuk dijual ke tukang loak. Tak sanggup mendengar perdebatan ayah dengan kakeknya, Gading ingin menembus kesalahan dengan mengejar mobil pick up yang membawa buku-buku ayahnya.

Bersama Kingkin, sepupunya, Gading pergi menyusuri desa hingga kecamatan dan kabupaten desanya. Beberapa peristiwa terjadi selama dalam perjalanan mengejar lima karung buku ayahnya. Gading hampir mati demi mendapatkan kembali buku-buku ayahnya. Sementara Kingkin harus berhadapan dengan perampok karena pulang larut malam dan melewati jalanan sepi yang menjadi sasaran aksi perampok.

Dalam pencarian kembali buku-buku ayahnya, Gading merasa penasaran mengapa ayahnya sangat mencintai buku-buku itu. Bahkan buku-buku pelajan, koran dan majalah yang sudah tua masih disimpannya. Sementara kakek sudah jengah dengan rumahnya yang dipenuhi tumpukan buku-buku yang dirinya sendiri pun sudah tak sanggup membaca karena penglihatannya sudah mulai kabur.

Rasa penasaran Gading akhirnya terjawab. Ia baru tahu mengapa ayahnya sangat menginginkan buku-buku itu kembali. Ternyata ada satu rahasia yang selama ini tidak diketahui Gading dan Kakek. Satu rahasia itu membuat kakek menyesal telah berbuat sekehendaknya.

Keseruan novel ini baru terasa di bab-bab menjelang akhir. Dari awal saya sudah penasaran ingin mengetahui apa yang terjadi pada buku-buku Padi yang dijual kakek. Dengan sabar saya menyelesaikan membaca novel ini sampai akhir, dan ternyata ending tidak mengecewakan. Novel ini unik dengan tema yang jarang saya temui. Novel dengan “buku” sebagai tema besarnya ini awalnya saya pikir adalah sebuah buku non fiksi, ternyata saya salah.

Ditulis dengan bahasa yang ringan dan mudah dicerna, novel ini sangat cocok untuk mengisi waktu santai sambil minum teh atau kopi. Karakternya tidak banyak, sehingga pembaca tidak perlu pusing dengan siapa-siapa saja tokoh yang ada dalam cerita. Bersetting adat jawa, dialog-dialog dalam novel ini diselingi dengan bahasa Jawa dan disertai terjemahan pada footnote.

Ada kutipan menarik dari buku ini yang sedikit banyak saya setuju.


“Orang yang pandai itu bukan mereka yang banyak menyandang gelar akademik. Tetapi orang yang pandai adalah mereka yang banyak membaca buku”

Bagi saya yang menyukai membaca, saya bukanlah orang yang pandai, sama sekali bukan. Sebaliknya, saya hanyalah orang bodoh yang berusaha mencuri ilmu sebanyak-banyaknya dari buku-buku yang saya baca. Bahkan karena bodohnya, hanya sedikit yang berhasil menetap lama di otak saya. Maka dari itu, saya harus terus membaca, membaca dan membaca, agar yang sedikit itu setidaknya dapat bertambah.

No comments:

Post a Comment