Judul : Notes From England
Penulis : Ario Muhammad dan Fissilmi Hamida
Penerbit : Elex Media Komputindo
Terbit : Desember 2017
Tebal : 236 halaman
Selain
menjadi tujuan wisata favorit, Inggris juga merupakan salah satu negara tujuan
belajar favorit di seluruh dunia. Di sana tercatat beberapa universitas terbaik
dunia, sebut saja Oxford University, Cambridge University, The University of
Buckingham, University of Bristol, dan masih banyak lagi. Tahu artis Maudy
Ayunda? Rupanya artis yang satu itu punya otak kelas dunia, buktinya dia bisa
masuk Oxford University. Kenal Gita Gutawa? Penyanyi yang satu itu bukan hanya
cemerlang dalam musik, tapi juga memiliki otak cemerlang, buktinya dia berhasil
kuliah di Birmingham.
Tapi,
bukan hanya dua artis itu saja yang berhasil kuliah di salah satu universitas
kelas dunia di Inggris. Ario Muhammad dan Fissilmi Hamida, dua anak kampung
yang memiliki otak dan semangat tidak kalah dengan dua orang artis di atas,
berhasil mewujudkan mimpi sekolah di Inggris. Walaupun lahir dan besar di
kampung, mereka tidak menyerah pada himpitan hidup. Semua berawal dari mimpi.
Mimpi masa kecil yang mereka tanam dalam hati dan pikiran, hingga akhirnya
terwujud dengan kerja keras, doa dan harapan.
“Benar. semua berawal dari mimpi. Namun, mimpi yang tidak diperjuangkan hanya akan berakhir menjadi seonggok khayalan. Seonggok imajinasi yang tak akan pernah terjadi.” (hlm. 3)
Ario
yang berasal dari Kabupaten Halmahera Utara, berhasil meraih beasiswa PhD-nya
setelah mengalami dua puluh lima kali kegagalan ketika melamar ke berbagai
universitas di Eropa. Sedangkan Mimi- sapaan akrab Fissilmi Hamida- harus rela
menelan kata-kata pedas yang tidak akan ia lupakan, “kalau nggak punya uang,
nggak usah kuliah!” kata salah seorang petugas keuangan ketika Mimi meminta
perpanjangan waktu untuk melakukan pembayaran uang kuliahnya.
Berbagai
ujian untuk mewujudkan mimpi, mereka hadapi dengan kerja keras, sabar, doa dan
ikhtiar, hingga akhirnya mereka pun merasakan buah manisnya sekarang. Kuliah di
Inggris menjadi impian banyak orang. Tapi jika hanya bermimpi tanpa aksi,
mungkin kamu tidak seserius itu untuk kuliah di Inggris.
Buku
ini berisi catatan dua mahasiswa Indonesia yang melanjutkan kuliah di University
of Bristol. Ario yang melanjutkan S3 dengan berbagai penelitian yang
ditekuninya, dan Mimi yang melanjutkan S2 di jurusan TESOL (Teaching English to
Speakers of Other Languages). Mulai dari kisah jatuh bangun dalam memburu
beasiswa, mengikuti berbagai tes dan wawancara, diskriminasi oleh kaum
mayoritas di Inggris, hingga keharuan yang membuncah saat sebuah senyum dan
kebaikan yang tulus ditunjukkan oleh orang-orang yang tidak menyukai Islam.
“Teruslah menanam kebaikan, karena bisa jadi saat kita butuh pertolongan, Tuhan akan mengirimkan mereka yang berhati malaikat sebagai balasan atas segala kebaikan yang kita tanam” (hlm. 212).
Bagi
kamu yang ingin melanjutkan sekolah di Inggris, buku ini bisa menjadi salah
satu referensi tentang bagaimana menjalani kehidupan selama di sana. Tips
seputar beasiswa, berbagai info tes dan wawancara hingga bagaimana menghadapi
orang-orang yang berpandangan buruk tentang Islam, menambah wawasan dan membuka
pikiran tentang dunia luar, khususnya Inggris.
Kritik
saya untuk buku ini lebih kepada lay out bukunya. Menurut saya, lembar pemisah
di setiap babnya akan lebih bagus berwarna merah, karena Inggris identik dengan
warna merah, seperti box telpon yang menjadi ciri khas negeri ini. Juga masih
terdapat beberapa kesalahan penulisan yang saya temukan. Satu lagi, setiap
membaca sebuah buku, saya selalu penasaran dengan penulisnya. Maka, sebelum
mulai membaca isi buku, biasanya saya akan langsung menuju halaman belakang
untuk melihat profil penulis. Sayang sekali, begitu tiba di halaman belakang,
saya tidak menemukan profil penulis yang saya cari.
Meski
begitu, beberapa kekurangan yang saya sebut di atas, tidak mengurangi manfaat
dari isi bukunya. Maka ambillah kebaikan dari buku ini dan mulailah beraksi
mewujudkan mimpimu.
No comments:
Post a Comment