Judul :
Ketika Embun Merindukan Cahaya
Penulis :
Hadis Mevlana
Penerbit : Tinta Medina
Terbit :
Februari 2018
Tebal :
340 halaman
Saya
cukup excited begitu mengetahui akan ada sekuel dari novel Embun Di Atas Daun
Maple. Saya penasaran dengan akhir cerita kisah cinta Sofyan dan Kiara dan
berharap di novel sekuelnya ini ada jawaban yang memuaskan.
Novel
kedua dari Hadis Mevlana ini berjudul Ketika Embun Merindukan Cahaya. Masih
sama dengan novel pertamanya yang memiliki tema besar perbandingan agama. Saya
masih menikmati keseruan pertanyaan dan pernyataan seputar agama Islam dan
Kristen.
Salah
satu kisah yang dijelaskan di novel ini yang menurut saya cukup menarik adalah
bagaimana Sofyan menjelaskan tentang Ashabul Kahfi kepada teman-temannya.
Bahkan penjelasannya dilengkapi dengan rumus fisika yang memusingkan itu.
Fritz,
salah satu teman diskusi Sofyan, meragukan kisah tujuh pemuda Ashabul Kahfi
yang ada di Al-Qur’an. Ia mengaitkannya pada logika yang mustahil. Mana mungkin
ada orang yang tidur bertahun-tahun. Fritz mengatakan itu hanyalah cerita
legenda dan mitos saja (hlm. 84).
Jika
pernyataan itu datang kepada saya, dengan mudah saya akan menjawab, “Itulah
kuasa Allah. Mudah sekali bagiNya untuk menidurkan seseorang selama
bertahun-tahun. Hanya dengan kun fayakun,
maka semua terjadi atas kehendaNya.”
Tapi
tidak dengan Sofyan, ia tidak memberikan jawaban seperti yang saya pikirkan. Dengan
teori relativitas Einstein dan dilatasi waktunya, Sofyan menjelaskan kisah
Ashabul Kahfi secara ilmiah (hlm.94). Saya pun baru tahu bahwa ayat Al-Qur’an
pun bisa dikaitkan dengan teori fisika. Masyaallah.
Bait-bait
puisi masih menjadi warna yang manis dalam novel ini. Mereka hadir dalam setiap
carik kertas bersama setangkai mawar putih misterius yang sering muncul di
depan pintu apartemen Sofyan.
Felix,
teman satu apartemen Sofyan, yakin Zahralah yang meletakkan bunga itu. Karena
Felix berhasil menyalin video dari CCTV apartemen ke ponselnya. Sofyan pun yakin
bukan Zahra yang mengiriminya mawar dan bait-bait puisi itu.
Misteri
bunga mawar putih itu akhirnya terungkap di akhir cerita. Orang itu datang dan
mengakuinya langsung kepada Sofyan pada acara wisuda mahasiswa tahun akhir University
of Saskatchewan.
Ending
ceritanya sendiri membuat saya menebak-nebak apa yang akan terjadi. Syukurlah,
apa yang saya pikirkan rupanya tidak terjadi pada endingnya. Saya justru akan
kecewa kalau ending yang ada dalam benak saya itu benar berjadi.
Sebagai
pembaca, saya melihat beberapa kata atau kalimat yang saya rasa kurang perlu dalam
penulisannya. Selain beberapa kesalahan ketik, dalam novel ini juga terlalu sering
muncul onomatopoeia atau imitasi suara, seperti; suara derit pintu, suara barang
jatuh, suara tombol lift.
Meski
begitu, novel ini layak untuk menjadi koleksi bacaan yang menghibur dan
menambah wawasan.
Memang begitulah.
ReplyDeleteApanya yang "begitulah"? :D
ReplyDeleteada keselarasan antara Al Quran dan Sains
ReplyDeleteOoh, begitu hehe, makasih, Bang.
Delete