Orang
yang memiliki harta berlimpah, ia harus menjaga harta itu dengan hati-hati jika
tidak ingin dicuri. Ia akan merasa was-was dan terus memikirkan hartanya.
Hidupnya pun jadi tidak tenang. Lain halnya dengan orang yang berilmu, ilmu
yang dimiliki justru yang akan menjaga si pemilik ilmu tersebut.
Maka
sangat penting bagi kita untuk menuntut ilmu, terutama ilmu agama Islam. dengan
ilmu agama yang dimiliki, kita dapat melakukan amalan-amalan sesuai dengan
tuntunan. Ilmu agama sangat bermanfaat tidak hanya di dunia tapi juga sebagai
bekal di akhirat.
Dengan
menuntut ilmu agama dan mengamalkan syari’at Allah dengan sebaik-baiknya,
berarti kita telah menjaga Allah, menjaga agamaNya, menjaga syariatNya. Itulah
yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada kita seperti yang dikisahkan oleh Ibnu
Abbas berikut ini:
Abu Abbas Abdillah bin Abbas r.a berkata, suatu hari aku berada di belakang Rasullah SAW, lalu beliau bersabda, “Wahai pemuda! Aku hendak mengajarimu beberapa kalimat: ‘Jagalah Allah maka Ia akan menjagamu; jagalah Allah niscaya engkau akan mendapatiNya bersamamu; bila engkau memohon sesuatu, mohonlah kepadaNya; bila engkau meminta pertolongan, minta tolonglah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
Lalu,
bagaimana cara menjaga Allah?
Menjaga
Allah berarti mematuhi syari’at-syari’atNya dan menjauhi segala yang dilarang
olehNya. Bila Allah memerintahkan kita untuk menutup aurat, lakukanlah dengan
sempurna. Bila Allah memerintahkan jangan dekati zina, maka jauhilah. Jangan
pacaran, jaga jarak dengan lawan jenis, jaga adab saat berinteraksi dengan
lawan jenis. Menjaga Allah berarti menjaga ayat-ayatNya, yaitu Al-qur’an,
dengan membaca, menghafal, mentadaburinya dan mengamalkan isinya.
Jadikan
Allah tempat mengadu yang pertama saat kita ditimpa musibah, masalah, gundah
dan sedih. Jika Allah menjadi tujuan pertama saat kita ditimpa kesulitan,
respon dari Allah pun akan datang dengan cepat dan pertama. Tapi jika kita
menjadikan Allah nomor sekian setelah kita berkeluh kesah kepada orang tua,
pasangan, keluarga, sahabat dan teman, maka jangan heran jika pertolongan Allah
pun datangnya belakangan.
Ajarkan
kepada anak kita untuk meminta sesuatu hanya kepada Allah, bukan kepada orang
tua, karena rezeki orang tua hanyalah dari Allah. Didiklah anak kita untuk
meminta pertolongan hanya kepada Allah saat ia merasa dirinya terancam. Jadikan
anak-anak kita seorang yang mandiri dan kuat yang hanya bergantung kepada Allah
saja.
Kesalahan
terbesar orang tua kepada anaknya adalah dengan mengatakan nak, kalau kamu mau apa-apa bilang sama ibu, kalau kamu butuh uang minta sama ayah, kalau kamu diganggu oleh teman-temanmu lapor guru, beritahu ayah.
Mulai
sekarang ubahlah kata-kata kita menjadi nak,
kalau kamu butuh apapun minta sama Allah, kalau kamu diganggu orang minta pertolongan Allah, berdoa pada Allah.
Dengan begitu anak akan menjadi pribadi yang mandiri dan siap menghadapi
masalah hidupnya dengan bergantung hanya kepada Allah.
Itulah
tauhid. Penjagaan dan pertolongan Allah hanya datang bagi yang lurus tauhidnya.
Allah tidak akan bosan sampai kita yang bosan, mintalah terus kepada Allah
dengan harapan, keyakinan akan dikabulkan dan takut akan nerakaNya. Tapi satu
hal, jangan bertanya kapan. Kapan Allah akan mengabulkan pinta kita? Jangan kau
tanyakan.
Karena
bentuk pengabulan doa dari Allah yaitu berupa tiga hal; diberikan di dunia
sesuai dengan yang diminta, diberikan di dunia dalam bentuk yang berbeda dan
tidak diberikan di dunia melainkan dikabulkan di akhirat.
Jadi,
sudahkah kita menjaga Allah? Menjaga syari’atNya, menjaga agamaNya, menjaga
ayat-ayatNya. Ingin sukses di dunia, sukseskan dulu syari’at Allah. Ingin
bahagia di dunia dan di akhirat, hidupkan syari’at Allah.
*kajian oleh ustazah Erika Suryani, Lc. ~ Masjid Daarut Tauhid Jakarta*
No comments:
Post a Comment