Judul : Sepotong Roti di Langit Tragedi
Penulis : Nia Hanie Zen, dkk.
Penerbit : Iluvia Publishing
Terbit : Maret, 2018
Tebal : 124 halaman
Bagi
saya, salah satu jenis karya sastra yang rumit adalah puisi. Tak banyak orang
yang memahaminya, termasuk saya. Puisi ditulis dengan pemilihan kosakata yang
tidak biasa atau unik. Kebanyak puisi yang selama ini saya baca, menggunakan
kata-kata yang sulit dimengerti hingga butuh pemikiran mendalam untuk memahami
maknanya.
Namun,
tidak semua puisi ditulis dengan kata-kata yang sulit dipahami. Ada juga puisi
yang ditulis dengan kata-kata sederhana dengan makna yang dalam, salah satunya
adalah buku yang berjudul Sepotong Roti
di Langit Tragedi (SRDLT) yang saya tulis bersama teman-teman pegiat
literasi.
Meskipun
saya menilai puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra yang rumit, dalam
proses belajar di dunia kepenulisan, puisi sangat menarik untuk dipelajari
lebih mendalam. Oleh karna itu, lahirlah buku ini sebagai hasil dari proses
belajar saya dan teman-teman. Walaupun para penulis buku ini masih dalam proses
belajar, kami berusaha menuliskannya dengan kemampuan terbaik yang dimiliki.
Puisi-puisi
yang terangkum dalam buku SRDLT ini memiliki tema kemanusiaan. Tema ini
disepakati mengingat saat ini sisi-sisi kemanusiaan kita sedang diuji,
khususnya di dunia Islam. Mari kita tengok negeri-negeri Islam yang hingga saat
ini masih tertindas; Palestina, Suriah, Rohingya, dll.
Palestina
masih dijajah oleh Israel. Tanah mereka dirampas. Penduduknya diusir, dibunuh.
Gedung-gedung dibom, fasilitas umum dihancurkan. Masjid pun dikuasai oleh
penjajah Israel. Suriah pun sama, umat Islam di sana dibantai oleh pemerintah
yang haus darah, Bashar Al Assad. Anak-anak, wanita, laki-laki, tua, muda tak
luput dari keganasan bom dan senjata kimia lainnya. Rohingya tak jauh beda,
umat Islam yang minoritas menjadi sasaran pengusiran dan pembantaian.
Sudah
selayaknya umat Islam di mana pun berada turut merasakan sakit atas penderitaan
yang dialami oleh saudara seiman, seperti sabda Nabi Saw, “Umat Islam itu
bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang sakit, maka anggota tubuh
lainnya turut merasakan sakitnya.”
Mungkin
kami belum bisa banyak membantu, apalagi meringankan beban saudara-saudara kami
yang terzalimi di sana, tapi kami mempunyai senjata yang sangat ampuh, yaitu
doa dan pena. Umat Islam di belahan dunia mana pun tidak lupa untuk
menyertakan saudara seiman yang sedang berjuang membela agama Allah dalam
setiap doa-doa yang dipanjatkan. Pena kami pun takkan berhenti menuliskan
kisah, keberanian, penderitaan, kemuliaan dan semua tentang saudara muslim kami
di sana, hingga tersebar kabar ke seluruh penjuru dunia, hingga ke
telinga-telinga para penguasa yang tertutup oleh ketamakan, kekuasaan dan
kesombongan.
Bait-bait
dalam buku kumpulan puisi ini memanggil lagi rasa kemanusiaan kita, membangkitkan
kembali kesadaran kita bahwa masih ada saudara kita yang membutuhkan bantuan,
pertolongan, doa dan dukungan untuk terus berjuang dalam keimanan.
Aku
juga manusia
Yang
masih bisa merasa
Rasa
sakit tak punya keluarga
Semua
gugur menjadi syuhada
Di
tanah kering Rohingya
(Rindu
Rasyid)
No
good food they consume
No
good clothes they wear
No
good place they live
But
they still have courage and passion to fight for
(Windy
Cindiany)
Apa
butuh lebih banyak nyawa lagi
Agar
mata hidup kembali
Dan
melihat
Kemanusiaan
yang mati
Senyap
tak bersuara
Gelap
tak berwarna
(Sajak
Mati)
Resensi yang ringkas, padat makna 👍👍👍
ReplyDeleteTerima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak ^^
Delete