Saturday 7 July 2018

Mendeteksi Jejak Haram Pada Makanan dan Minuman Kita



Judul                : Waspada Jejak Haram Yang Mengintai
Penulis              : Riawani Elyta & Risa Mutia
Penerbit            : Bhuana Ilmu Populer, 2017
Tebal                : 127 halaman

Bicara mengenai halal haram bukan sekadar makanan dan minuman yang terbebas dari babi dan alkohol, tapi juga harus diperhatikan cara pengolahan, cara penyembelihan hewannya, alat-alat yang digunakan dan sumber rezeki yang diperoleh. Sebagai muslim kita harus mengonsumsi makanan halal dan thayyib. Untuk halal dan haram, kita sudah banyak tahu informasi mengenainya, tapi masih sedikit orang yang mengetahui apa yang dimaksud dengan thayyib atau baik.

Tidak semua makanan halal itu thayyib. Thayyib meliputi zat yang terkandung di dalam makanan apakah membawa manfaat bagi kesehatan atau malah membawa penyakit. Thayyib juga termasuk bagaimana cara mengelola dan menyajikan makanan. Halal dan thayyib adalah kesatuan tak terpisahkan, tidak cukup halal atau sekadar baik saja (hlm. 8), keduanya harus ada dalam setiap makanan yang kita konsumsi.


Mengingat jejak haram sedang mengintai kita setiap waktu, sebagai hamba Allah yang insyaallah selalu berusaha menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya, kita harus lebih teliti dan hati-hati dalam memilih makanan dan minuman. Karena Allah tidak akan menerima doa orang-orang yang terdapat zat-zat haram dalam tubuhnya. 


Nabi Muhammad SAW menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh sehingga rambutnya kusut masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa, “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan dikenyangkan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah SWT akan memperkenankan doanya?”


Makanan yang diharamkan dalam Islam adalah; bangkai, darah, daging babi dan binatang yang disembelih dengan nama selain Allah. Saat ini wujud dari zat-zat haram tersebut telah bertransformasi sedemikian rupa hingga kita terlena bahkan tidak tahu telah mengonsumsinya. Zat-zat haram tersebut menjadi bahan campuran dalam makanan kemasan yang selama ini dekat dengan keseharian kita. Jika tidak cermat memilihnya, kita akan terjebak untuk mengonsumsinya.

Cara sederhana dan mudah untuk mengetahui makanan kemasan yang kita beli halal adalah dengan mengecek label halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia. Insyaallah, dengan adanya label halal tersebut, kita terhindar dari makanan yang diragukan kehalalannya. Campuran zat-zat haram di atas tidak hanya terdapat pada makanan atau minuman, tapi juga sering digunakan pada kosmetik dan obat-obatan. Maka, sekali lagi, cermat dan telitilah dalam memilih kosmetik dan obat-obatan.

Untuk lebih aman, sebaiknya kita mengurangi mengonsumsi makanan dan minuman kemasan. Kurangi juga membeli atau makan di restoran maupun kaki lima. Memasak makanan sendiri di rumah lebih baik dan aman. Kita juga dapat mengganti cemilan dengan mengonsumsi buah-buahan, selain aman dari zat haram, pastinya lebih sehat. 

Kita juga dapat mengganti asupan gizi dengan mengonsumsi madu, buah zaitun dan jintan hitam (habbatussauda). Selain sehat, makanan tersebut juga dikonsumsi oleh Rasulullah. Dengan demikian kita telah menjalankan salah satu sunnah dan meniru gaya hidup sehat Nabi SAW.

Sudah menjadi kewajiban kita sebagai muslim untuk memperhatikan halal haram makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh. Tak masalah repot sedikit saat memilah-milah makanan dan minuman, yang penting Allah ridho dan kita terhindar dari zat-zat haram.

No comments:

Post a Comment