Judul : Pergi
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Cetakan : III, 2018
Tebal : 455 halaman
Waktu
membaca saya adalah di waktu pagi sebelum berangkat kerja, saat istirahat di
tempat kerja (kadang-kadang), malam hari pulang kerja dan di hari libur. Ketika
membaca sebuah novel yang ceritanya seru dan harus terpotong oleh jam kerja,
maka pikiran saya akan melayang menebak-nebak bagaimana kisah selanjutnya, apa
yang terjadi dengan tokohnya, bagaimana endingnya. Tak sabar ingin menuntaskan
novel itu, tapi apa daya harus menunggu waktu kerja selesai.
Begitu
pun saat membaca novel Pergi karya Bang Tere Liye ini. Saya selalu penasaran
serangan apa lagi yang akan dilakukan oleh Keluarga Tong, siapa lagi yang jadi
korban pembunuh bayaran, apa hubungan Bujang dan Diego. Ya, di setiap bab novel
ini selalu menyimpan misteri yang sayang untuk dilewatkan.
Novel
Pergi merupakan sekuel dari novel Pulang. Tokoh utamanya, yaitu Bujang alias Si
Babi Hutan alias Agam memiliki kehidupan yang unik dengan banyak pertanyaan
dalam pikirannya yang jawabannya masih menjadi misteri. Bujang seorang Tauke
Besar, sebutan bagi kepala Keluarga Tong memiliki dua sisi kehidupan yang
begitu kontras. Di satu sisi ia merupakan salah satu keluarga penguasa shadow
economy atau bisnis illegal di dunia hitam. Sedangkan di sisi lain, ia juga
masih memiliki sisi relijius.
Bujang,
selain kepala Keluarga Tong, ia juga adalah tukang pukul nomor satu di keluarga
tersebut. jangan ditanya keahliannya menembak, melumpuhkan musuh, kepiawaiannya
dalam membuat strategi perang dan solusi-solusi cerdas setiap terdesak dalam
situasi rumit. Namun, ketika pamannya, Tuanku Imam mengingatkan ia untuk selalu
mendirikan sholat, itulah hal tersulit dalam hidupnya.
Novel
Pergi berkisah tentang bagaimana Bujang harus mempersiapkan sebuah peperangan
melawan Master Dragon yang berambisi untuk menjadi penguasa seluruh keluarga
shadow economy. Master Dragon tidak segan-segan mengirimkan para pembunuh
bayaran untuk membunuh Bujang dan kepala keluarga penguasa shadow economy lain
yang tidak mendukungnya.
Bujang
tidak bisa tinggal diam. Ia harus menjalin kerja sama dengan anggota keluarga
penguasa shadow economy lain yang memiliki kesaman visi dengannya. Akhirnya
Bujang melakukan perjalanan melobi kepala keluarga shadow economy lainnya,
Otets di Rusia dan Hiro Yamaguchi di Jepang. Kerja sama dengan keluarga
Yamaguchi akhirnya terwujud dengan bayaran yang sangat mahal, yaitu tewasnya
anak bungsu Hiro, Sakura dan suaminya yang baru saja melangsungkan pernikahan.
Otets,
penguasa shadow economy di Rusia belum bisa memutuskan apakah akan menjalin
kerja sama dengan Bujang atau tidak. Satu syarat yang harus dipenuhi Bujang
adalah bertarung melawan Maria, putrinya. Sebenarnya Bujang enggan bertarung
dengan Maria, menganggap Maria bukan lawan yang sepadan. Dengan sedikit paksaan
dan demi terwujudnya kerja sama tersebut, akhirnya Bujang menerima tawaran duel
itu. Bujang pun salah menilai Maria. Wanita bermata biru itu salah satu
petarung hebat di keluarga Otets.
Ada
yang lucu dari pertemuan Bujang dengan Maria. Salonga, salah satu guru Bujang
selalu mengejek Bujang yang tidak bisa berkonsentrasi saat pertarungan duel
dikarenakan terpesona oleh kecantikan Maria. Bujang kesal dengan Salonga yang
selalu menggodanya. Bujang akhirnya menang duel melawan Maria, tapi sayang ia
harus menyesali kemenangannya itu.
Peperangan
tiga keluarga akhirnya pecah. Keluarga Tong, Keluarga Otets dan Keluarga
Yamaguchi mengerahkan segala kekuatan mereka untuk menyerang Master Dragon di
Hong Kong. Serangan berjalan mulus, tapi ada keanehan dengan mulusnya serangan
mereka. Rupanya Master Dragon telah menyiapkan siasat yang tidak terpikirkan
oleh tiga keluarga tersebut. Master Dragon dengan percaya diri tinggi merasa
akan memenangkan peperangan tersebut.
Novel
karya Tere Liye ini selalu membuat pembaca mencoba menebak-nebak peristiwa yang
akan terjadi, sayang, tebakan saya selalu tidak tepat. Juga penuh kejutan dan
ketegangan di setiap babnya.
Yang menarik dari novel ini menurut saya adalah, pertama, bagaimana penulis menggambarkan sebuah peperangan yang tidak diketahui oleh masyarakat luar bahkan pemerintah negara. Padahal peperangan tersebut menimbulkan banyak kerusakan dan korban jiwa. Semuanya dituliskan dengan jelas dan masuk akal.
Hal menarik kedua, bab di mana Bujang membaca surat-surat Diego yang sudah belasan atau puluhan tahun berlalu. Surat-surat tersebut dalam keadaan buruk, kertas yang rusak dimakan waktu dan tulisan-tulisan yang sudah tidak mungkin untuk dibaca karena tintanya telah memudar. tapi karena kecanggihan teknologi, hal itu dapat diatasi dan surat-surat itu pun bisa dibaca lagi setelah direstorasi.
Bagian
ending menurut saya masih penuh misteri, belum tuntas. Saya pun berpikir apakah
akan ada kelanjutan dari kisah si Babi Hutan ini. Masih ada misteri tentang
Diego, hubungan Bujang dengan Maria, mengapa Basyir kembali kepada keluarga
Tong, itu semua masih menjadi tanda tanya dalam novel ini. Jadi, setelah Pulang
dan Pergi, apa yang akan menjadi judul novel selanjutnya? Mungkin Singgah,
haha…saya hanya menebak saja. Padahal belum tentu akan ada sekuel selanjutnya. 😄
Haiii
ReplyDelete