Judul : Pahlawan Tanpa Tanda Tangan
Penulis : Boim Lebon, dkk
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Cetakan : I, April 2019
Tebal : 160 halaman
ISBN : 978-602-5701-47-4
Forum
Lingkar Pena (FLP) yang didirikan oleh Helvy Tiana Rosa pada tahun 1997, masih
menggeliat hingga sekarang. Buktinya, Boim Lebon bersama dengan anggota FLP
dari berbagai daerah baru saja meluncurkan buku kumpulan cerpen terbaru mereka.
Dalam Musyawarah Nasional FLP 2017 lalu, Bang Boim –sapaan akrab Boim Lebon-
menggagas sebuah ide pengumpulan tulisan atau cerpen yang mengandung unsur
humor.
Boim
Lebon yang mejabat sebagai produser di salah satu stasiun televisi swasta, juga
merupakan seorang penulis produktif, spesialis penulis cerita-cerita bernuansa
komedi. Setelah di seleksi, terpilihlah 14 cerita yang ditulis oleh anggota FLP
dari Jakarta, Sumedang, Madura, Lombok, Medan, Purwakarta, Sumut, Serang dan
Jawa Timur. Ke 14 cerita ini tentunya mengandung humor yang dapat membuat
pembaca tersenyum-senyum saat membacanya. Ditulis dalam bahasa sehari-hari yang
ringan dan mudah dicerna. Cerita yang dibuat pun dekat dengan keseharian kita.
Dalam
cerita yang berjudul “Cucur Zaman Now” yang ditulis oleh Aisya Avicenna,
menceritakan seorang remaja yang bernama Ucup, mendapat tugas dari guru sekolah
dalam pelajaran Kewirausahaan untuk membuat sebuah eksperimen bisnis atau peluang
usaha. Ucup membuat kelompok bersama dua orang teman sekelasnya, Ben dan Gugun.
Setelah berpikir lama mencari ide usaha apa yang akan mereka buat, akhirnya
mereka memutuskan untuk berjualan online
seperti yang sedang tren saat ini.
Produk
yang dijual terbilang unik dan tradisional. Ucup dan kawan-kawan memutuskan
untuk menjual kue cucur dengan dibantu oleh sang ibu sebagai chef-nya. Cucur buatan Ibu Ucup terkenal
enak dan banyak diminati. Namun, cucur buatan Ucup dengan label “Zaman Now”
dibuat lebih unik dengan berbagai tipe. Mulai dari cucur tipe TK, SD, SMP, SMA
dan Sarjana. Tipe-tipe tersebut dibedakan berdasarkan ukuran diameternya, mulai
dari cucur mini hingga jumbo.
Pesanan
pun dilakukan via online di media
sosial dan aplikasi chatting di
Whatsapp. Lucunya, ada saja pelanggan yang menyapa Ucup dengan sebutan “sis”
yang merupakan singkatan dari sister.
Ucup pun telah memberitahukan pelanggan bahwa ia adalah laki-laki. Bukannya
mengganti kata sapaan menjadi “bro”, yaitu singkatan dari brother, si pelanggan tetap saja memanggil Ucup dengan sebutan
“sis”.
“Mungkin
Mbak ini pernah punya kisah sama Siswanto, Sisno, Siswardi dan Siskamling. Hafalnya
‘sis’ mulu.” Batin Ucup mangkel (hlm. 49).
Lain
lagi dengan cerita yang ditulis oleh Yuni Astuti dari FLP Serang dengan judul
“Masa Orientasi Siswa”. Evi seorang siswi baru di sebuah SMA yang sedang
menjalani MOS alias Masa Orientaasi Siswa. Kegiatan MOS dikenal sebagai masa
perkenalan, baik perkenalan dengan guru maupun senior, juga perkenalan kepada
lingkungan sekolah. Kebanyakan kegiatannya diisi oleh para senior yang memberi
tugas kepada juniornya untuk membawa barang-barang yang biasanya aneh, unik dan
sulit ditebak.
Pada
masa MOS tersebut, Evi dan kawan-kawan ditugaskan untuk membawa papan nama. Papan
nama di sini ialah sebuah karton yang bertuliskan nama masing-masing. Namun,
apa yang dibawa Evi adalah papan nama yang terbuat dari papan sungguhan, yaitu
sebuah triplek setebal setengah centi. Habislah ia menjadi bulan-bulanan para
seniornya. Evi tidak tinggal diam. Dia merasa telah dipermalukan oleh kakak
kelasnya dan ia pun membalas dendam. Saat seniornya memberi tugas kepada siswa
baru untuk mengumpulkan sebuah makanan dengan petunjuk “manis, makanan para
ratu”. Evi sebenarnya tahu yang dimaksud adalah sebuah coklat yang bermerk
“…queen” tapi dia malah sengaja mengumpulkan coklat pasta yang bergambar kartun
Boboboy.
Cerita-cerita
yang cukup menghibur ini bisa menjadi teman duduk di sore hari sambil minum
teh. Bersiaplah untuk menahan geli dengan segala kekonyolan karakter dan alur
ceritanya. Dengan sampul yang atraktif dan menarik, buku ini layak menjadi
koleksi. Meski begitu, tidak ada sebuah karya yang sempurna. Buku ini masih
terdapat kekurangan di dalamnya, yaitu tidak sedikit kata-kata yang salah
ketik. Namun, itu semua tidak mengurangi keasyikan membaca dan menyelesaikan
buku humor ini.
“Membaca
cerita lucu bisa jadi sarana untuk menghilangkan stress setelah capek sekolah
atau kerja dan rutinitas lainnya. Pada akhirnya membaca cerita lucu itu
menghadirkan hiburan sekaligus perenungan” (hlm. 8).
No comments:
Post a Comment