Apa
sih enaknya jadi orang kaya? Yang ada dalam pikiran kita pasti seputar materi,
banyak uang bisa beli apa aja yang kita mau, bisa jalan-jalan ke mana aja, bisa
beli barang-barang branded dari luar
negeri, beli rumah, mobil, ponsel terbaru tercanggih dan kenikmatan dunia
lainnya.
Kalau
melihat kenikmatan-kenikmatan yang disebutkan di atas, siapa pula yang tidak
mau jadi orang kaya. Semua orang pasti ada keinginan atau angan-angan jadi
orang kaya agar apa yang menjadi hajatnya dapat terpenuhi dengan mudah. Tapi ada,
lho, orang yang tidak mau jadi orang kaya. Contohnya salah satu teman saya, dia
tidak mau jadi orang kaya. Dia pernah bilang begini, “Aku mah gak mau jadi
orang kaya. Takut. Takut khilaf, takut gak amanah. Aku mah minta jadi orang
yang berkecukupan aja. Kalau butuh apa-apa ya cukup, ada uangnya.”
Pernyataan
temanku itu memang tidak sepenuhnya salah. Ia hanya berhati-hati dan khawatir
jika jadi orang kaya tidak bisa mengontrol kekayaannya di jalan kebaikan. Tapi,
menurut saya nih, ya. Ucapan itu kan doa, bagaimana kalau Allah mengabulkan
ucapannya “saya tidak mau jadi orang kaya”? Allah itu kan tergantung prasangka
hambanya, kalau kita berprasangka baik insyaallah hasilnya juga baik.
Sebenarnya,
boleh saja kita meminta atau berdoa untuk dijadikan kaya, asal mintanya ke
Allah ya, bukan yang lain. Allah menyukai muslim yang kuat, kuat fisiknya, kuat
jiwanya, kuat imannya dan kuat finansialnya. Maka, meminta untuk menjadi orang
kaya merupakan salah satu cara kita untuk menjadi muslim yang kuat.
Nah,
kalau ada ketakutan seperti yang teman saya khawatirkan di atas, seperti “takut
khilaf dan tidak amanah”, itu juga bisa kita ucapkan dan minta kepada Allah
agar menjadikan kita orang kaya yang baik, suka berbagai, dermawan, gemar
bersedekah. Jadi jangan takut menjadi orang kaya dan mintalah kebaikan dan
keberkahan dari kekayaan tersebut.
Walaupun
saya belum jadi orang kaya, saya tau enaknya menjadi orang kaya. Apa sih
enaknya jadi orang kaya? Kalau jawaban kamu sama seperti kalimat di awal pembuka
tulisan ini, kamu salah. Enaknya jadi orang kaya itu adalah bisa berbagi. Berbagi
ke siapa saja. Keluarga, teman, kerabat, orang miskin, anak yatim, anak
jalanan, pedagang kecil, siapa saja.
Berbagi
itu jalan menuju bahagia, lho. Kalau kita berbagi kepada orang lain yang
membutuhkan dan orang tersebut menerima pemberian kita dengan senang dan rasa
syukur disertai senyum bahagia, hal itu cukup berarti bagi si pemberi dan
menjadi sumber kebahagiaan yang hakiki.
Beberapa
waktu lalu saya sering melihat video di youtube yang sangat menginspirasi. Di beberapa
channel yang saya tonton, sebut saja
EZ, AH, RR, TSF, NAY, SH, dll., mereka bukan hanya youtuber terkenal yang
penghasilannya melangit, tapi mereka memiliki jiwa berbagi yang tinggi –terlepas
dari niat dan tujuannya karena hanya Allah yang tau isi hati seseorang. Para youtuber
itu tidak segan-segan membelanjakan uangnya untuk barang semahal apa pun,
sebanyak apa pun untuk mereka bagikan ke orang lain yang mereka tidak kenal –bukan
teman apalagi keluarga.
Kalau
kita yang bukan orang kaya ini, pasti akan berpikir apa yang mereka lakukan itu
perbuatan yang boros, buang-buang uang, merugikan, sayang uangnya, takut habis,
dll. Padahal, seperti yang saya bilang tadi, berbagi itu salah satu jalan
menciptakan kebahagiaan. Dan satu hal, berbagi tidak akan membuat kita
kekurangan atau menjadi miskin. Justru Allah akan menambah terus kenikmatan
kepada orang yang gemar berbagi.
Lalu,
apakah harus menjadi orang kaya dulu baru kita bisa berbagi? Tidak. Tidak. Pesan
saya, jangan tunggu kaya baru kita akan berbagi, tapi berbagilah maka kau akan
kaya. Dalam kondisi kita yang sekarang pun kita bisa berbagi. Berbagi itu
adalah sifat atau ciri-ciri orang kaya, maka mari kita ambil sifat baik itu meskipun
belum kaya. Kalau kita gemar berbagi dalam kondisi yang berat atau kekurangan,
tidak sulit bagi Allah untuk mengubah keadaan kita menjadi lebih kaya dari
sebelumnya. Berbagi itulah sesungguhnya kenikmatan terbesar bagi orang kaya
yang beriman kepada Allah subhanahu wata’ala.
No comments:
Post a Comment