Thursday 20 June 2019

Enaknya Jadi Orang Kaya



Apa sih enaknya jadi orang kaya? Yang ada dalam pikiran kita pasti seputar materi, banyak uang bisa beli apa aja yang kita mau, bisa jalan-jalan ke mana aja, bisa beli barang-barang branded dari luar negeri, beli rumah, mobil, ponsel terbaru tercanggih dan kenikmatan dunia lainnya.


Kalau melihat kenikmatan-kenikmatan yang disebutkan di atas, siapa pula yang tidak mau jadi orang kaya. Semua orang pasti ada keinginan atau angan-angan jadi orang kaya agar apa yang menjadi hajatnya dapat terpenuhi dengan mudah. Tapi ada, lho, orang yang tidak mau jadi orang kaya. Contohnya salah satu teman saya, dia tidak mau jadi orang kaya. Dia pernah bilang begini, “Aku mah gak mau jadi orang kaya. Takut. Takut khilaf, takut gak amanah. Aku mah minta jadi orang yang berkecukupan aja. Kalau butuh apa-apa ya cukup, ada uangnya.”

Pernyataan temanku itu memang tidak sepenuhnya salah. Ia hanya berhati-hati dan khawatir jika jadi orang kaya tidak bisa mengontrol kekayaannya di jalan kebaikan. Tapi, menurut saya nih, ya. Ucapan itu kan doa, bagaimana kalau Allah mengabulkan ucapannya “saya tidak mau jadi orang kaya”? Allah itu kan tergantung prasangka hambanya, kalau kita berprasangka baik insyaallah hasilnya juga baik.

Sebenarnya, boleh saja kita meminta atau berdoa untuk dijadikan kaya, asal mintanya ke Allah ya, bukan yang lain. Allah menyukai muslim yang kuat, kuat fisiknya, kuat jiwanya, kuat imannya dan kuat finansialnya. Maka, meminta untuk menjadi orang kaya merupakan salah satu cara kita untuk menjadi muslim yang kuat.

Nah, kalau ada ketakutan seperti yang teman saya khawatirkan di atas, seperti “takut khilaf dan tidak amanah”, itu juga bisa kita ucapkan dan minta kepada Allah agar menjadikan kita orang kaya yang baik, suka berbagai, dermawan, gemar bersedekah. Jadi jangan takut menjadi orang kaya dan mintalah kebaikan dan keberkahan dari kekayaan tersebut.

Walaupun saya belum jadi orang kaya, saya tau enaknya menjadi orang kaya. Apa sih enaknya jadi orang kaya? Kalau jawaban kamu sama seperti kalimat di awal pembuka tulisan ini, kamu salah. Enaknya jadi orang kaya itu adalah bisa berbagi. Berbagi ke siapa saja. Keluarga, teman, kerabat, orang miskin, anak yatim, anak jalanan, pedagang kecil, siapa saja.

Berbagi itu jalan menuju bahagia, lho. Kalau kita berbagi kepada orang lain yang membutuhkan dan orang tersebut menerima pemberian kita dengan senang dan rasa syukur disertai senyum bahagia, hal itu cukup berarti bagi si pemberi dan menjadi sumber kebahagiaan yang hakiki. 

Beberapa waktu lalu saya sering melihat video di youtube yang sangat menginspirasi. Di beberapa channel yang saya tonton, sebut saja EZ, AH, RR, TSF, NAY, SH, dll., mereka bukan hanya youtuber terkenal yang penghasilannya melangit, tapi mereka memiliki jiwa berbagi yang tinggi –terlepas dari niat dan tujuannya karena hanya Allah yang tau isi hati seseorang. Para youtuber itu tidak segan-segan membelanjakan uangnya untuk barang semahal apa pun, sebanyak apa pun untuk mereka bagikan ke orang lain yang mereka tidak kenal –bukan teman apalagi keluarga.

Kalau kita yang bukan orang kaya ini, pasti akan berpikir apa yang mereka lakukan itu perbuatan yang boros, buang-buang uang, merugikan, sayang uangnya, takut habis, dll. Padahal, seperti yang saya bilang tadi, berbagi itu salah satu jalan menciptakan kebahagiaan. Dan satu hal, berbagi tidak akan membuat kita kekurangan atau menjadi miskin. Justru Allah akan menambah terus kenikmatan kepada orang yang gemar berbagi.

Lalu, apakah harus menjadi orang kaya dulu baru kita bisa berbagi? Tidak. Tidak. Pesan saya, jangan tunggu kaya baru kita akan berbagi, tapi berbagilah maka kau akan kaya. Dalam kondisi kita yang sekarang pun kita bisa berbagi. Berbagi itu adalah sifat atau ciri-ciri orang kaya, maka mari kita ambil sifat baik itu meskipun belum kaya. Kalau kita gemar berbagi dalam kondisi yang berat atau kekurangan, tidak sulit bagi Allah untuk mengubah keadaan kita menjadi lebih kaya dari sebelumnya. Berbagi itulah sesungguhnya kenikmatan terbesar bagi orang kaya yang beriman kepada Allah subhanahu wata’ala.
  

No comments:

Post a Comment