Sedikit Ungkapan Perasaanku Untukmu
Teruntuk saudariku yang sangat aku
sayangi.
Maafkan
aku yang tak sempurna ini, maaafkan jika seolah aku tidak peduli padamu.
Padahal sesungguhnya aku begitu sayang padamu dan sangat mengkhawatirkanmu. Aku
adalah seorang yang tidak bisa mengungkapkan perasaan sayang walaupun kepada
keluarga sendiri. Sulit sekali rasanya mengungkapkan rasa sayang melalui
kata-kata, hanya dapat menyimpannya dalam hati saja. Aku bukanlah seorang yang
pandai merangkai kata-kata, bukan pula seorang yang sempurna untuk menjadi
seorang saudari.
Maafkan
sikapku selama ini yang tidak membuatmu nyaman, maafkan kata-kata yang selama
ini menyakiti hati. Aku tak ada niat sama sekali untuk melakukan hal yang
menyakitkan. Janganlah berprasangka buruk kepadaku ini. Jagalah hati, jagalah
pikiran agar selalu positif dalam menghadapi apapun.
Taukah kau
saudariku mengapa selama ini sikapku sangat tidak nyaman bagimu? Jawabannya adalah karena aku
tidak bisa mengungkapkan apa yang ada dalam pikiranku tentang dirimu, tentang
sikapmu, tentang cara berpakaianmu, tentang hubunganmu dengan seorang laki-laki
yang bukan muhrim.
Aku tau sebagai
keluarga kandung seharusnya kita saling berbagi dan saling menasihati.
Entahlah, sulit sekali rasanya berbicara denganmu. Tidak ada yang salah
denganmu, karena mungkin kamu belum memahaminya. Namun aku lah yang bersalah
karena tidak bisa berterus terang.
Mungkin karena
kita tidak pernah tinggal berdekatan sebagai satu kelurga. Karena selama ini kita
tinggal dikota yang berbeda sejak kau masih kecil kau sudah diambil oleh paman
untuk tinggal bersamanya. Sedangkan aku tinggal bersama Ibu. Namun setelah aku
pikir-pikir sepertinya jarak bukanlah masalah yang sesungguhnya. Sebab walaupun
aku tinggal bersama Ibu dan saudara-saudara yang lain dsini, aku tetap tidak
banyak bercerita maupun ngobrol dengan mereka. Jadi masalah ada pada diriku.
Setelah
kebersamaan kita selama beberapa bulan ini, banyak hal-hal yang aku tidak suka
darimu. Ada peraturan Allah yang kau langgar. Sebut saja masalah pacaran, aku
pikir sebenarnya kau tau hal itu dilarang dalam Islam tapi mungkin pergaulan
yang kau jalani disana membawamu kearah pacaran. aku sedih mendengar dirimu
mempunyai pacar, tapi aku tak kuasa mengungkapkannya padamu. aku hanya bisa
menulis perasaanku dalam tulisan, berharap sekali kau membacanya.
Kau tau
saudariku, jangankan untuk bersentuhan, berdua-duaan saja dengan laki-laki yang
bukan mahrom kita itu dilarang. Allah sangat mewanti-wanti kita dalam hal itu.
Itu semua karena Allah sayang sama kita, Allah sangat menjaga kita, melindungi
kita. Kita hanya boleh disentuh oleh laki-laki yang sudah halal menjadi suami
kita nanti.
Kau tau
saudariku, pacaran itu sama dengan maksiat. Karena orang yang pacaran tidak
mungkin tidak berdua-duaan, tidak mungkin tidak bersentuhan. Dan itu semua
masuk dalam kategori zina kecil. Dari zina kecil itu besar sekali kemungkinan
untuk melakukan zina yang lebih besar. Naudzubillah. Tapi aku tau kau tidak
mungkin seperti itu. Aku sangat percaya itu.
Jika kau ingin
sekali memiliki pasangan sekarang juga, maka segeralah menikah. Namun jika kau
belum sanggup untuk itu, maka jauhilah pacaran. Tidak usahlah kita mengikuti
arus perkembangan zaman yang menyesatkan seperti pacaran. Karena itu sama
sekali bukanlah suatu kebaikan yang harus ditiru.
Itulah masalah
pertama yang aku temui dari dirimu. Masalah kedua adalah jilbab. Aku sedikit
risih melihatmu memakai jilbab tipis yang sedang tren saat ini tanpa lapisan/dobelan
lagi didalamnya, sehingga auratmu tidak sempurna tertutupi, rambutmu masih
terlihat, bahkan sebagian lehermu pun terlihat. Masya Allah.
Duhai saudariku,
taukah kau syarat-syarat pakaian muslimah seperti apa? Jilbab yang kita pakai
haruslah panjang menutupi dada, tidak transparan dan longgar. Allah yang
menyuruh kita untuk menutup aurat, dan Dia sudah menjelaskan syarat-syarat
jilbab yang harus kita kenakan. Janganlah kau ikuti mode jika tidak sesuai
dengan syariat. Kalaupun kau ingin sekali memakai jilbab tipi situ, maka
alangkah baiknya kau pakai dua lapis dengan dobelan agar tidak transparan dan
menutupi auratmu dengan baik.
Wahai saudariku,
janganlah kau menganggap aku ini orang yang sempurna. Tidak, aku sama sekali
belum sempurna dalam menjalankan ajaran agama. Tapi aku selalu berusaha untuk
menjalankan agama ini dengan sebaik-baiknya, aku berusaha mengikuti
aturan-aturan yang Allah tetapkan untuk kita umatnya. Sesungguhnya masih banyak
sekali hal-hal yang belum aku ketahui, belum aku pahami, tapi kita sebagai umat
Islam hendaknya terus dan terus belajar untuk meraih ridho-Nya.
Mungkin hanya
sedikit yang aku ketahui, dan alangkah bahagianya jika kau pun mengetahui dan
menaatinya juga. Marilah kita sama-sama belajar menaati aturan-aturanNya.
Saudariku, aku
bukanlah orang pintar, bukan ustadz, apalagi ulama. Namun dalam menyampaikan
kebaikan siapaun boleh melakukannya, bahkan jika kebaikan itu datang dari
seorang anak kecil pun kita harus tetap mendengarkannya.
Saudariku janganlah
marah padaku, jangan menjauhiku, jangan memusuhiku hanya karena aku
menyampaikan ini padamu. Bukan, bukan aku yang membuat peraturan ini, tapi
Allah yang menciptakan kita yang membuatnya. Allah yang membuat peraturan ini,
apakah kita berani melanggarNya? Dia yang telah memberikan kita kehidupan, Dia
yang telah memberikan kita rejeki. Apa pantas kita membangkang padaNya? Tidak
mematuhi perintahNya? Sama sekali tidak saudariku. Semua peraturan yang datang
dariNya adalah baik.
Marilah kita
sama-sama merenung, memperbaiki diri, memperbaiki ibadah kita dalam rangka
meningkatkan keimanan kita, meningkatkan ketaatan kita pada Tuhan kita Allah
SWT. Semoga Allah meridhoi apa yang kita lakukan. Aamiin.
I really really love
you sister...
Terima kasih karena kau sudah mau
membacanya.
No comments:
Post a Comment