MENCARI
MESIN ATM
Pagi hari yang
mendung, seperti biasa Runi berangkat kerja naik kendaraan umum. Taukah kalian
pada hari itu Runi tidak mempunyai uang yang cukup untuk ongkos pulang pergi ke
kantor. Ditengah perjalanan hujan pun turun dengan derasnya. Jalanan macet
panjang sekali, akhirnya sang supir angkot mencari jalan alternative lewat
jalan lain. Beberapa saat angkot melaju, ternyata tanpa disadari angkot itu
memilih rute yang tidak sesuai dengan trayeknya, sehingga angkot tersebut tidak
melewati kantor yang Runi tuju. Dia sangat kecewa dan memutuskan untuk turun dari
angkot itu dan bermaksud untuk naik
angkot lain yang melewati kantornya.
Hujan masih
turun membasahi bumi pagi itu. Setelah turun dari angkot, Runi ingat bahwa dia
tidak punya cukup uang untuk naik angkot lagi. Dibawah derasnya hujan, Runi
bingung bagaimana melanjutkan perjalanannya. Sedangkan waktu sudah menunjukkan
pukul 9.30 pagi, itu artinya dia terlambat masuk kantor. Runi berjalan terus
menerjang derasnya hujan, menuju entah kemana. Di sebrang jalan dia melihat ada
sebuah mall, dan dia pun menuju kesana dengan harapan ada mesin ATM sehingga dia
dapat mengambil uang untuk ongkos.
Pukul 9.30 pagi
ternyata mall itu belum buka, hanya beberapa restoran yang sudah siap melayani
pelanggan yang ingin memenuhi hak perut pagi itu. Runi sudah sering mengunjungi
mall itu jadi dia tau dimana letak ATM yang dia inginkan. Tapi sayang sekali,
setiba didepan pintu lokasi tempat berbagai ATM berada ternyata ATM juga belum
buka.
“Pak, dimana
lagi ATM selain disini?”. Tanya Runi kepada seorang satpam yang sedang bertugas
pagi itu.
“Tidak ada lagi
mba selain disini”, Runi agak kecewa mendengar jawaban pak satpam.
Runi pun
berlalu meninggalkan pak satpam setelah mengucapkan terima kasih. Dia bingung
harus mencari ATM kemana. Dia jalan keluar dari mall itu. Hujan belum juga
berhenti, Runi membuka payungnya dan terus berjalan berharap dia dapat
menemukan mesin ATM. Sambil berjalan dia lihat-lihat sekeliling siapa tau
ada mesin ATM disekitar situ, namun yang
dia dapati hanyalah jalanan yang penuh dengan mobil, motor, bus dan angkot yang
sedang berjajar rapi menunggu giliran untuk jalan alias macet.
Dimusim hujan
begini banyak jalan yang tergenang air, sehingga membuat kendaraan harus
berhati-hati melintasi jalan. Dan akhirnya menyebabkan kemacetan. Runi terus
berjalan sampai dia akhirnya menemukan sebuah bank. Bank ini berada dipinggir
jalan yang ramai dilalui oleh pengguna jalan. Runi tau itu adalah sebuah bank
yang baru, dia pun ragu apakah ada ATM didalamnya. Mengingat dia bukanlah
nasabah bank tersebut.
Satpam didepan
pintu masuk bank menyapa dengan ramah, “Ada yang bisa dibantu ibu?”
“Pak ada ATM ga
ya disini?” Runi langsung mengutarakan maksudnya.
“Maaf bu, disini tidak ada ATM”, sekali lagi Runi
dikecewakan oleh seorang satpam pagi ini.
“Baik, terima
kasih pak”. Balas Runi singkat.
Runi kembali
meneruskan perjalanannya pagi itu berburu mesin ATM. Hujan masih setia menemani
perburuannya pagi ini. Bagian bawah rok yang Runi pakai sudah basah, kaos kaki
dan sepatunya pun tak luput dari kebasahan. Dia pasrah dengan apa yang terjadi
pagi ini. Sempat terpikir olehnya untuk pulang saja tidak usah masuk kerja hari
ini. Tapi percuma karena dia tidak punya uang sepeserpun untuk pulang. Pencarian
mesin ATM dilanjutkan, sampai dia menemukan sebuah mini market. Runi ingat
biasanya didalam mini market terdapat mesin ATM. Hatinya mulai merasa senang,
karena dia menemukan sebuah harapan terbentang didepan mata.
Masuklah Runi
kedalam mini market itu dan langsung mencari mesin ATM. Dia mengelilingi mini
market, setiap sudut tidak dia tinggalkan. Namun dia tidak menemukan apa yang dia
cari. Tanpa menunggu lama, Runi langsung bertanya pada petugas kasir, “Mbak ada
ATM ngga?”. Runi menyiapkan diri untuk sebuah jawaban yang tidak dia ingikan.
“Tidak ada mba”, Runi sudah menduga jawaban itu akan keluar dari mulut si kasir.
Tiga kali sudah dia mendapatkan penolakan pagi ini.
Tapi Runi belum
menyerah juga, dia berjalan lagi mencari apa yang sebenarnya tidak hilang.
Hujan mulai meninggalkan derasnya menuju rintik-rintik yang lumayan membuat
pakaian basah. Kalian tau kan sekarang banyak sekali bertebaran mini market
yang jaraknya saling berdekatan. Setelah pergi meninggalkan mini market yang
pertama, tidak jauh dari sana ada mini market yang lain. Langsung saja Runi
masuk dan bertanya pada kasir apakah ada ATM. Sekali lagi dan untuk yang terakhir
Runi mendapatkan jawaban yang mengecewakan. “TIDAK ADA”.
Waktu sudah
berlari dengan cepat meninggalkan Runi yang masih berjuang dalam rintik hujan
untuk mencari mesin ATM. Dia tau dia sudah terlambat masuk kantor namun dia
tidak peduli. Dia hanya berpikir bagaimana caranya dia mendapatkan uang hari
ini. Satu-satunya harapan dia harus menemukan ATM. Perjalanan dilanjutkan masih
dalam rintik hujan yang sepertinya tiada akhir. Tengak-tengok, kiri-kanan,
depan-belakang mencari dimanakah mesin ATM berada. Tiba-tiba ada secercah
cahaya yang muncul dari wajah Runi. Tepat di ujung jalan depan lampu merah,
terdapat sebuah bank, dan yang ini adalah bank yang besar dan sudah tekenal,
maka tidak mungkin jika didalamnya tidak ada ATM.
Runi buru-buru
menuju bank itu, disambut oleh pak satpam,
“Selamat pagi, ada yang bisa dibantu ibu?”,
Tanya pak satpam. “Saya mau pakai ATM pak” jawab Runi singkat.
“Silakan Ibu
sebelah sini”, mendengar jawaban pak satpam membuat Runi merasa lega, seolah
beban yang berat dipundaknya berkurang hilang begitu saja.
Runi tersenyum
penuh terima kasih membalas senyum pak satpam yang ramah. Sampai di ATM, Runi
mengeluarkan kartu ATM dengan semangat, tekan nomor pin ATM nya, lalu klik
penarikan dengan jumlah 100 ribu rupiah. Menunggu beberapa saat,,,seketika
muncullah tulisan di layar monitor mesin
ATM “MAAF SALDO ANDA TIDAK CUKUP UNTUK MELAKUKAN PENARIKAN TUNAI”.
Glek!
Duuuaarrrrr!! Brukkk!!! Seakan-akan dunia runtuh dan hanya menimpa dirinya,
hingga longsor ambruk masuk kedalam tanah, ditelan bumi. Dunia seolah tak
bersahabat dengan dirinya, semua menjauh darinya, tidak menerima keberadaannya.
AAAARRGGGGGHHHH!!!!
Tanpa disadari
Runi berteriak didalam bank yang pada saat itu ramai oleh nasabah yang sedang
melakukan transaksi. Orang-orang terkejut sekaligus heran mendengar teriakan
Runi. Pak satpam yang tadi ramah menyapa, menghampirinya dengan wajah cemas dan
agak sedikit kesal atas perbuatan Runi
yang menganggu kenyamanan para nasabah.
“Mengapa Ibu
berteriak disini? Apakah Ibu tau kalau Ibu sudah membuat kami semua disini
terkejut dan mengganggu kenyamanan kami?” Tanya pak dengan tegas.
“Ma,,,ma,,,maaf
pak, saya tidak sengaja”. Jawab Runi gugup, malu dan ketakutan, kalau-kalau pak
satpam mengira dirinya stress atau gila.
“Baik kalau
begitu. Jika Ibu sudah selesai dengan urusan ATM, silakan pergi”.
“Ba,,,baik
Pak”. Runi sempat melihat wajah para nasabah yang sedang memperhatikannya, ada
yang keheranan, ada yang menertawakan, ada juga yang berkomentar “Woii…lu pikir
ini hutan apa? Teriak seenaknya”. Runi cepat-cepat pergi dari hadapan mereka
dan berjanji tidak akan datang lagi ke bank itu.
Runi termenung
di pinggir jalan, dia bingung entah apa yang harus dilakukan lagi. Sudah putus
harapannya. Tidak ada yang bisa dia lakukan, tidak ada uang, pakaian basah,
perut lapar. Lengkaplah sudah penderitaannya pagi ini. “Ya Allah bagaimana ini?
Hamba tidak bisa ke kantor, pulang ke rumah pun tidak bisa. Tidak ada uang
sepeser pun Ya Allah”. Gumam Runi dalam hati.
Akhirnya dia
memutuskan untuk berjalan kembali entah kemana. Dia pasrah kemana kakinya akan
melangkah membawanya pergi, ditemani rintik hujan yang selalu setia. Setelah
beberapa lama berjalan, dia memperhatikan jalanan yang masih saja macet, dan
dia tersadar bahwa jalan yang dia lalui adalah jalan menuju kantornya. Runi
tambah semangat dan mempercepat laju perjalanannya. Dia tau kantornya sudah
mulai dekat. Wajahnya kembali bersemangat dan mulai memperlihatkan seutas
senyum dibibirnya.
Tibalah Runi di
kantor dengan pakaian yang setengah basah, setengah kering. Masuk kedalam
kantor, suasana sepi, hanya terlihat beberapa orang saja. “Kemana yang lain?”
Tanya Runi pada dirinya sendiri. Beruntunglah Runi karena dia bukanlah
satu-satunya yang terlambat. Ternyata banyak teman-temannya yang masih terjebak
macet dijalan.
“Alhamdulillah….”
Desah Runi dalam hati. Hari yang begitu melelahkan dan penuh perjuangan telah
dia lalui dengan baik. Senyumnya pun melebar.
No comments:
Post a Comment