Mempelajari sirah Nabi bukan hanya
sekedar mempelajari seorang dokter, professor, insinyur dan profesi-profesi lainnya.
Tapi lebih dari itu. Mempelajari sirah adalah mempelajari seorang mulia yang
gelarnya melebihi gelar-gelar yang ada di dunia.
Kajian sirah pada pertemuan ke-2
bersama Ust. Khalid basalamah, Jum’at, 9 Oktober 2015, menceritakan kisah Nabi
Ibrahim as.
Dikisahkan pada suatu waktu Nabi
Ibrahim sedang berjalan bersama istrinya, Siti Sarah, menuju Mesir. Penguasa
Mesir pada saat itu adalah penguasa yang dzalim. Perilakunya yang senang
kepada wanita yang cantik yang sudah menikah dan harus mendapatkannya, sangat
mengkhawatirkan Nabi Ibrahim.
Sarah adalah seorang wanita yang cantik
jelita, Nabi Ibrahim khawatir jika penguasa itu tahu Sarah adalah Istrinya, penguasa
dzalim itu pasti akan membawa Sarah. Nabi Ibrahim mempunyai siasat untuk
menghalangi perbuatan penguasa Mesir itu terhadap Sarah. Ibrahim berpesan pada
Sarah, “Jika ada yang bertanya padamu tentang hubungan kita, jawablah kita
adalah saudara.”
Nabi Ibrahim tidak bermaksud berbohong.
Pernyataan yang dia katakan pada Sarah adalah benar. Mereka adalah saudara
seiman. Itu semua ia lakukan demi keselamatan istrinya mengingat penguasa Mesir
itu sangat menyukai wanita cantik yang sudah menikah.
Datanglah beberapa pasukan kerajaan
Mesir menghampiri Nabi Ibrahim, dan benar saja, mereka menanyakan siapa Sarah
dan apa hubungannya. Sarah pun melakukan apa yang diperintahkan suaminya. Dia
mengatakan bahwa dirinya adalah saudara Ibrahim.
Namun, penguasa dzalim itu tetap saja
membawa Sarah karena melihat kecantikannya, dan bermaksud ingin melampiaskan
nafsunya. Akhirnya Sarah diselamatkan oleh Allah SWT, dan bebas dari cengkraman
penguasa Mesir dzalim itu.
***
Setelah bertahun-tahun menikah dengan
Sarah, Nabi Ibrahim tidak juga dikaruniai seorang anak. Usia Sarah pada waktu
itu sudah sangat tua dan mandul. Akhirnya Sarah meminta suaminya untuk menikah
lagi. Nabi Ibrahim pun menikah dengan Siti Hajar dan dikaruniai anak yang
diberi nama Ismail. Melihat Hajar yang bahagia dengan anaknya membuat sarah
merasa iri dan ingin memiliki anak juga. Allah pun mengabulkan keinginannya.
Nabi Ibrahim adalah orang sangat senang menjamu tamu yang datang ke rumahnya. Siapa saja yang lewat dan mampir ke rumahnya pasti diajaknya untuk makan
bersama. Suatu hari dua orang malaikat utusan Allah yang diperintahkan untuk
datang ke rumah Nabi Luth, datang mengunjungi Nabi Ibrahim terlebih dahulu
untuk mengabarkan berita kehamilan Sarah. Nabi Ibrahim pun menyambut mereka
dengan suka cita. Nabi Ibrahim pergi ke belakang rumahnya untuk menyembelih
anak sapi untuk dihidangkan kepada dua orang malaikat tersebut.
Selesai menyembelih dan mengolah daging
sapi itu, Ibrahim menghidangkannya ke hadapan dua malaikat itu, lalu
mempersilakan mereka untuk menikmatinya. Namun sayang sekali kedua malaikat itu tidak
bisa memakan apa yang telah disediakan oleh Nabi Ibrahim (Az-Zariyat: 24-30). Selain
sangat memuliakan tamu, adab menerima tamu yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim
adalah jangan menanyakan apa keperluan tamu yang datang sampai ia sendiri yang
menceritakan maksud dan tujuannya.
Akhirnya dua malaikat itu menyampaikan
maksud kedatangan mereka. Mereka diperintahkan Allah untuk menyampaikan kabar
gembira bahwa istrinya Sarah sedang mengandung. Sarah yang mendengar berita itu
terkejut sekaligus bahagia. Lalu lahirlah seorang anak laki-laki dari Sarah yang
diberi nama Ishaq.
***
Atas perintah Allah, Nabi Ibrahim
meninggalkan Hajar dan anaknya, Ismail yang masih bayi di padang pasir yang tandus
kering. Istrinya dengan ikhlas menerima keadaan itu dan hanya bergantung pada
Allah saja. Ketika Ismail menangis kehausan, Hajar kebingungan untuk mencari
air minum untuk anaknya. Wanita itu pun berusaha dengan keras mencari sumber
air. Dia terus berlari-lari dari safa ke marwa demi mendapatkan air. Ketika
dirinya berada di safa, dia seolah melihat dari kejauhan sumber air yang keluar
di marwa, maka berlarilah ia menuju marwa, begitu pun sebaliknya dan itu ia
lakukan sebanyak tujuh kali. Seperti yang kita kenal saat ini dengan nama sa’i
yang dilakukan pada saat melaksanakan ibadah haji. Sejak saat itu hingga
sekarang, Hajar akan memanen pahala dari setiap orang yang melakukan ibadah
sa’i. Bisakah kita bayangkan limpahan pahala yang akan diperoleh oleh Siti
Hajar? Masyaa Allah, sungguh luar biasa keistimewaan Siti Hajar yang Allah
berikan.
Setelah berlari-lari sebanyak tujuh
kali, Siti Hajar melihat ada semburan air dekat dari posisi dimana Ismail
berada. Airnya mengalir dengan sangat deras sehingga Siti Hajar membuat
bendungan sambil berucap, “Zam-zam!” yang artinya “berkumpullah!
Berkumpullah!”. Sejak saat itu kita mengenalnya sebagai air zam-zam.
Beberapa sumber menyatakan air zam-zam
berasal dari hentakan kaki Ismail, ada juga yang berpendapat air itu keluar
dari pijakan unta Nabi Ibrahim. Namun semua pendapat itu kedudukannya lemah.
Pendapat yang kuat mengenai asal air zam-zam adalah dari diutusnya malaikat
Jibril oleh Allah SWT dan mengepakkan sayapnya, maka keluarlah air itu.
Masyaa Allah.
ReplyDeleteAllah tak akan membiarkan seorang istri yang rela ditinggalkan suaminya untuk berdakwah.