Saturday 11 February 2017

Memetik Hikmah Dari Kisah Abu Thalhah



“Kehangatan iman ketika mempelajari sirah Nabi dan sahabat, dapat kita rasakan begitu membuka lembaran-lembaran sejarah orang-orang mulia tersebut. Apalagi jika kita hidup di zaman mereka?” ~Khalid Basalamah~

Mempelajari sirah sahabat selalu memberikan motivasi dan inspirasi. Perjalanan hidup dan perjuangan mereka dalam Islam sangat menarik dan patut dicontoh. Saya merangkum beberapa fadhilah atau keutamaan sari seorang sahabat, yaitu Abu Thalhah.

Berikut sifat-sifat mulia dari Abu Thalhah yang bisa kita pelajari dan teladani:


SABAR

Abu Thalhah menikah dengan Ummu Sulaim dan dikaruniai seorang anak yang sangat mereka cintai. Rasa sayang Abu Thalhah pada anaknya begitu besar, hingga suatu hari ketika anaknya sakit Abu Thalhah merawat dan menjaganya dengan sangat baik. Ia tak tega meninggalkan anaknya kecuali untuk pergi ke masjid menunaikan salat berjamaah.

Suatu hari ketika anaknya sakit, Abu Thalhah akan pergi salat ke masjid, ia berpesan kepada istrinya, Ummu Sulaim, agar menjaga anaknya dengan baik hingga ia kembali dari masjid. Ummu Sulaim pun merawat anaknya dengan penuh kasih sayang. Namun, Allah berkehendak lain. Sang anak menemui ajalnya sebelum Abu Thalhah pulang dari masjid.

Ummu Sulaim berpesan kepada orang-orang di sekitarnya agar tidak ada yang memberitahu Abu Thalhah bahwa anaknya telah meninggal dunia, karna Ummu Sulaim sendiri yang akan menyampaikan dengan caranya. Sebelum Abu Thalhah pulang dari masjid, Ummu Sulaim menyiapkan segala kebutuhan suaminya. Ia memasak makanan untuk suaminya, mempersiapkan diri dengan penampilan yang menarik dan memakai wangi-wangian.

Begitu Abu Thalhah sampai di rumah, ia disambut oleh istrinya dengan hangat dan penuh cinta. Diajaknya suaminya untuk makan sampai kenyang, lalu dilanjutkan dengan memenuhi kebutuhan syahwatnya. Begitu selesai, semua kebutuhan perut dan syahwat suaminya terpenuhi, Ummu Sulaim mulai menyampaikan perihal kematian anaknya.

“Wahai suamiku, apa pendapatmu bila kita dititipkan sebuah barang, lalu orang itu meminta kembali barang tersebut?” ujar Ummu Sulaim.

“Demi Allah kita harus mengembalikan barang terebut pada pemiliknya,” jawab Abu Thalhah.

“Sesungguhnya anak adalah titipan, dan anak kita telah diambil oleh pemiliknya, Allah SWT.”

Maka terkejutlah Abu Thalhah mendengar berita itu. bagaimana mungkin ia bisa makan dengan kenyang hingga menikmati tubuh istrinya, padahal anaknya telah meninggal dunia. Namun, Abu Thalhah tidak gegabah mengambil sikap. Dibawanya Ummu Sulaim menghadap Rasulullah untuk dimintai pendapatnya apakah sikap Ummu Sulaim ini bisa dibenarkan. Diceritakanlah kejadian yang dialaminya kepada Rasulullah, lalu Rasul menjawab bahwa Ummu Sulaim akan mendapatkan Surga. Akhirnya Abu Thalhah pun bersabar menerima kabar itu.

BERANI

Abu Thalhah terkenal memiliki suara yang keras dalam kancah peperangan. Dengan suara yang keras dan lantang, ia menjadi orang yang dipercaya untuk memberi motivasi dan pembakar semangat para prajurit. Rasulullah menyebutkan bahwa suara Abu Thalhah sama dengan kekuatan 1000 orang.

Di perang Uhud, keberanian Abu Thalhah benar-benar dibuktikan ketika ia tinggal berdua saja dengan Rasulullah menghadapi musuh. Abu Thalhah menjadi tameng bagi Raasulullah menghadapi serangan musuh. Abu Thalhah adalah pemanah ulung, Rasulullah mendoakan agar setiap anak panahnya mengenai musuh, dan Allah mengabulkannya. Ketika ia menjadi tameng Rasulullah, Abu Thalhah tak henti-hentinya melayangkan anak panah, melesat cepat tepat ke arah musuh. 

Sementara di perang Hunain, Abu Thalhah duel dengan 20 orang kafir. Kemenangan pun ia raih dan akhirnya ia mendapatkan seluruh harta rampasan perang.

KAYA LAGI DERMAWAN

Islam menganjurkan kita untuk menjadi orang kaya, karena dengan kekayaan yang dimiliki kita dapat menginfakkan harta sebanyak-banyaknya di jalan Allah. Kekayaan dapat diraih dengan bekerja maupun membuka usaha, dengan syarat; pekerjaan halal, menjual produk halal, system halal dan modalnya pun halal.

Pada masa itu Abu Thalhah merupakan orang kaya dan terpandang di kalangannya. Ia memiliki sebuah kebun kurma di Madinah. Semua orang ingin memiliki kebun itu, mengingat itu  adalah kebun kurma yang mahal lagi bagus. Abu Thalhah sangat mencintai tanah dan kebun miliknya itu, hingga suatu hari ia bertanya kepada Rasulullah tentang amalan apa yang paling Allah sukai. Rasul menjawab, menginfakkan harta yang paling engkau cintai di jalanNya. Maka Abu Thalhah pun menginfakkan kebun dan tanahnya di jalan Allah.

GEMAR BERIBADAH

Abu Thalhah terkenal dengan ibadahnya. Ia tak pernah sekali pun melewatkan salat malamnya. Tidak pernah tinggalkan puasa dan berjihad di jalan Allah. Suatu hari ketika usianya sudah tua dan lemah, Abu Thalhah sangat ingin ikut berjihad. Pada waktu itu peperangan dilakukan di tengah lautan. Akhirnya kapal yang ia tumpangi tenggelam dan Abu Thalhah pun meninggal dunia.

Satu lagi kisah menarik dari kehidupan Abu Thalhah, yaitu kisah pertemuannya dengan Ummu Sulaim. 

Ummu Sulaim merupakan seorang janda yang memiliki anak, yaitu Anas bin Malik. Suatu hari Abu Thalhah ingin melamar Ummu Sulaim, tapi sayang Ummu Sulaim menolaknnya karena Abu Thalhah adalah seorang kafir pada waktu itu. Abu Thalhah tidak terima penolakan itu mengingat dirinya adalah orang kaya terpandang yang tidak ada seorang wanita pun bisa menolaknya. Akhirnya ia pun datang lagi menghadap Ummu Sulaim untuk kedua kalinya dengan maksud yang sama.

Tetap saja Ummu Sulaim menolaknya, ia berkata, “Wahai Abu Thalhah sesungguhnya engkau tidak layak untuk ditolak. Tak ada alasan apa pun bagi wanita untuk menolakmu. Tapi aku tak bisa menerimamu karena aku adalah seorang muslimah sedangkan engkau seorang kafir. Tapi jika kau memang bersungguh-sungguh ingin menjadi suamiku, maka syahadatmulah yang akan menjadi maharku. Aku  tak membutuhkan hartamu.”

Singkat cerita Abu Thalhah pergi menemui Rasulullah untuk masuk Islam. Ketika melihat kedatangann Abu Thalhah, rasul berkata, “Abu Thalhah telah datang pada kalian, sedangkan cahaya terlihat dari kedua matanya.”

Semoga kita dapat meraih manisnya hikmah dan keteladanan dari Abu Thalhah, dan menerapkannya dalam kehidupan ini demi mengumpulkan bekal amal menuju akhirat kelak.

Sumber: kajian siroh oleh Ust. Khalid Basalamah, Januari 2017



No comments:

Post a Comment