Judul : Tentang Kamu
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Cetakan : III, November 2016
Tebal : 524 halaman
“Jika berkata jujur akan membuat empat orang jahat terbunuh mengenaskan, sedangkan berbohong akan membuatnya selamat, maka pilihan apa yang akan Anda ambil?” (hlm. 8)
Dialah
Zaman Zulkaraen, seorang pengacara muda yang mengawali kariernya di sebuah
firma hukum Thompson & Co. Salah
satu pertanyaan dalam interview-nya dapat
ia jawab dengan sangat mengesankan, sehingga ia menjadi salah satu kandidat
terbaik yang akhirnya diterima bergabung bersama firma hukum terbaik di London,
bahkan mancanegara.
Setelah
bergabung selama dua tahun di firma hukum Thompson
& Co., Zaman dipercaya untuk menangani sebuah kasus yang melibatkan
harta warisan senilai 19 triliun rupiah. Zaman terkejut mendengar jumlah harta
warisan yang nilainya amat besar itu. Dan ia pun bertanya-tanya mengapa dirinya
yang dipilih untuk menangani kasus sebesar ini. Pertanyaannya terjawab segera
setelah ia melihat sebuah nama pemilik harta tersebut.
Sri
Ningsih, nama pemilik harta triliunan itu berasal dari negara yang sama dengan
Zaman, Indonesia. Sir Thompson menugaskannya mencari ahli waris dari Sri
Ningsih, karena Sri baru saja meninggal di sebuah panti jompo di Paris. Dimulailah
kisah Zaman dalam mengarungi kehidupan seorang Sri Ningsih. Pencarian jati diri
Sri Ningsih dan di mana ahli warisnya berada, sungguh menguras energi dan
pikiran Zaman.
Menelusuri
kehidupan Sri Ningsih, membawa Zaman melintasi waktu berpuluh tahun silam. Ia
seolah merasakan dan melihat langsung sejarah hidup Sri, padahal sejatinya
mereka tidak saling kenal apalagi pernah bertemu. Bahkan karakter Sri yang
tidak mudah menyerah berhasil mempengaruhi Zaman. Ia selalu berusaha menemukan solusi
dari setiap permasalahan yang dihadapinya dengan memosisikan dirinya sebagai
Sri, “apa yang akan Sri lakukan jika ia berada dalam posisi ini?”
Novel
ini seperti sebuah novel sejarah. Bukan, bukan sejarah seorang pahlawan atau
orang-orang penting dan terkenal, melainkan sejarah seorang Sri Ningsih yang
penuh dengan rasa yang membuncah di dada para pembaca. Zaman menelusuri kisah
Sri mulai masa kecil, remaja, dewasa hingga kematiannya.
“Dia memang penting, tapi dalam artian yang berbeda, Pak Sueb. Ada banyak hal hebat yang tampil sederhana. Bahkan sejatinya banyak momen berharga dalam hidup datang dari hal-hal kecil yang luput kita perhatikan,…” (hlm. 257)
Setting
lokasi dalam novel ini membuat pembaca seolah sedang melakukan sebuah
perjalanan yang mengasyikkan dari satu tempat ke tempat lain. Zaman menjelajahi
beberapa kota di Indonesia; Pulau Bungin di Sumbawa, Surakarta dan Jakarta,
dilengkapi dengan sedikit pengetahuan sejarah kota-kota tersebut. Selain Indonesia,
pembaca juga dibawa mengelilingi beberapa kota di Eropa, London dan Paris yang
begitu memukau.
Ditulis
dengan sangat mengagumkan oleh penulis yang selalu berhasil menguras emosi
pembaca. Tere Liye, merupakan penulis yang produktif dan cerdas. Hampir setiap
tahun, setidaknya satu atau dua novelnya terbit. Tema yang diangkat menurut
saya adalah tema-tema yang cukup berat, tapi dengan kecerdasannya mengolah kata
dan cerita membuat tema berat itu menjadi keunikan dalam setiap novelnya.
Meskipun terdapat istilah-istilah asing dari dunia hukum, bisnis dan ekonomi,
Tere berhasil membuat pembaca tetap duduk manis melahap bab demi bab.
Novel “Tentang Kamu” dengan tebal 524 halaman ini menghadirkan berbagai rasa di setiap
babnya. Romantis, haru, bahagia, kesal, marah, misterius, lucu, tegang, semua hadir
sebagai emosi-emosi yang berkecamuk. Membaca novel ini juga membuat saya
menyadari banyak hal sederhana yang luput dari kehidupan yang sudah semakin
rumit ini. Nilai-nilai kehidupan yang sedikit demi sedikit mulai luntur, memiliki
bobot sangat penting yang digambarkan pada sosok Sri Ningsih.
“Selemah apa pun fisik seseorang, semiskin apa pun dia, sekali di hatinya punya rasa sabar, dunia tidak bisa menyakitinya.” (hlm. 48)
Sri
digambarkan sebagai sosok yang memiliki tingkat kesabaran tinggi yang tidak
dimiliki orang lain, kedisiplinan yang melebihi siapa pun, semangat bekerja
yang tak ada bandingannya, hati yang kuat sekuat baja. Namun, ia memiliki
kelemahan yang mungkin juga bisa dibilang kelebihan, karena sehebat apa pun
orang berlaku buruk padanya, hatinya selalu lapang memaafkan tanpa benci
setitik pun. Itulah yang mejadikan ia mudah dimanfaatkan oleh orang-orang yang
berniat jahat dan membuatnya menderita.
“…cara terbaik untuk menerima takdir kejam itu adalah dengan memeluknya. Persis seperti yang kamu lakukan.” (hlm. 136)
Zaman
Zulkarnaen dan Sri Ningsih memang menjadi tokoh sentral dalam novel ini. Namun,
masih banyak tokoh lain yang dimunculkan dengan peran penting masing-masing.
Tokoh-tokoh tersebut menjadi pelengkap cerita yang membuat novel ini semakin
menarik, serta adegan dan kejutan-kejutan misterius membuat kisah ini tambah
seru.
Bagaimanapun
tidak ada karya yang sempurna dan tak luput dari kekurangan. Berdasarkan pengamatan
saya, terdapat beberapa kekurangan yang saya tangkap. Pertama, ada beberapa
alur cerita yang bisa ditebak oleh pembaca yaitu ketika Nugroho, ayah Sri,
pergi melaut untuk yang terakhir kalinya, dan satu lagi ketika ibu tiri Sri
berubah perangai dari seorang ibu tiri yang baik hati menjadi sangat jahat pada
Sri kecil. Kedua, kesalahan pada penulisan nama yang seharusnya ditulis “Sri
Ningsih” tetapi ditulis “Sri Rahayu” (hlm.137).
Membaca
“Tentang Kamu” menambah kosakata saya. Saya mendapati dua frase yang sering
muncul, yaitu induk semang yang
artinya ibu kos atau ibu pemilik rumah kontrakan. Dan frase ke dua, besok lusa yang mana maknanya bukan benar-benar
besok lusa seperti yang sudah kita pahami, melainkan besok lusa di sini bermakna suatu hari nanti yang tidak diketahui
kapan tepatnya.
Penampilan
fisik buku ini cukup sederhana dengan menampilkan sepasang sepatu coklat
ditimpa oleh tulisan judul buku beserta nama penulisnya. Sepasang sepatu itu
bisa ditafsirkan berbeda-beda oleh pembaca. Saya sendiri mencoba menafsirkan,
sepatu tersebut mewakili kisah Zaman yang begitu yakin langkahnya menelusuri
berbagai kota melintasi benua, akan membuahkan hasil dan membawa keadilan bagi
ahli waris yang berhak menerima harta Sri Ningsih. Atau bisa juga sepatu itu
melambangkan kegigihan Sri Ningsih dalam mewujudkan impian orangtuanya yang
menginginkan dia menjadi orang besar yang bisa melihat dunia luar.
“Si kecil tidak akan menjadi nelayan, Mas, dia akan pergi ke sekolah. Dia akan melihat dunia luas dengan sekolah…” (hlm. 72)
Akhirnya
Zaman menuntaskan akhir perjalanannya menelusuri kisah “tentang kamu”, tentang
Sri Ningsih yang berperawakan pendek, gempal dan hitam dengan harta 19 triliun rupiah. Kemudian kisah ini ditutup
dengan ending yang memukau.
mantab, mba.
ReplyDeleteSri Ningsih benar-benar perempuan inspiratif.
Iya, masyaa Allah wanita itu ya. Bisakah memiliki hati seperti hatinya?
Deletewowww... Jadi Pengen bacaa Novelnya.. makasih yaaa reviewnya :))
ReplyDeleteYuhuu...ayo baca ;)
Delete