Bismillahirrahmanirrahiim
Saat
ini hampir semua orang di Indonesia tahu tentang salah satu surat dalam Alqur’an,
yaitu Al-Maidah ayat 51. Sejak pertama kali beredarnya video penistaan agama
yang dilakukan oleh you-know-who, surat Al-Maidah jadi populer di masyarakat
kita. Akhirnya banyak kajian yang membahas tafsir surat tersebut. Salah satunya
adalah kajian Saturday Forum yang diselenggarakan oleh INSISTS pada hari Sabtu,
3 Desember 2016 lalu.
Kajian
yang bertema “Analisis QS. Al-Maidah 51 dalam Tafsir Fakhruddin ar-Razi” ini
disampaikan oleh ustadz Adnin Armas, M.A (Peneliti Senior INSISTS). Saya mencoba
merangkum sedikit isi dari kajian yang beliau sampaikan.
Ust. Adnin Armas bersama moderator |
Ayat
51
Dalam
kalimat pertama ayat ini terdapat kata “waliy/auliya” yang dalam tafsir ar-Razi
selain bermakna pemimpin, juga memiliki makna teman dekat dan penolong. Ayat ini
sangat jelas bahwa Allah melarang orang-orang beriman menjadikan orang Yahudi
dan Nasrani sebagai pemimpin. Jadi auliya di sini berarti pemimpin.
Sebaliknya,
kaum liberal menafsirkan auliya adalah teman dekat. Mereka menafsirkan tidak
mengapa menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin, yang dilarang
adalah menjadikan mereka teman dekat. Sangat jelas pemikiran atau logika kaum
liberal ini tidak tepat. Allah melarang kita menjadikan orang Yahudi dan
Nasrani sebagai teman dekat atau penolong, apalagi memilihnya sebagai pemimpin.
Ust.
Adnin menambahkan, dengan turunnya perintah Allah ini, terdapat dua tipe reaksi
yang ditunjukkan orang-orang pada saat itu. Tipe pertama adalah mereka yang
langsung melepas diri dari orang-orang kafir. Kedua, ada juga yang tidak mau
melepas diri, malah mendukungnya (contoh: Abdullah bin Ubay).
Ayat
52
Ayat
ini menunjukkan orang Islam yang di hatinya terdapat penyakit, membela
orang-orang kafir adalah ciri orang munafik. Menurut tafsir ar-Razi, mereka
yang membela perlu dikritik. Sesungguhnya yang membela itu sama seperti mereka
yang mencela.
“Sungguh
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”, yang dimaksud
orang yang zalim di sini, yaitu orang-orang yang mendukung memilih pemimpin
kafir.
Umar
bin Khattab geram begitu mengetahui ada orang Nasrani menjadi pengurus
kesekretariatan negeri Arab pada waktu itu. Umar berkata, “Bagaimana mungkin
aku memuliakan mereka, sedangkan Allah menghinakan mereka. Bagaimana mungkin
aku berdekatan dengan mereka, sedangkan Allah menjauhi mereka.”
Ayat
53
Ciri-ciri
orang munafik adalah berdekat-dekatan dengan orang-orang beriman, tapi merendahkan
mereka di depan orang kafir. Pada akhirnya yang mendukung orang kafir itu akan
merugi, sia-sia segala usaha yang telah dilakukan. Mereka menyesal, berdiri
dalam kebimbangan. Orang-orang munafik itu tidak diterima di kalangan
orang-orang beriman, orang kafir yang didukung pun masa bodoh terhadap mereka.
Ayat
54
Akhirnya
Allah akan mendatangkan satu kaum yang Dia mencintai mereka dan mereka pun
mencintaiNya. Bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang beriman, tetapi
bersikap keras terhadap orang-orang kafir. Seperti Abu Bakar yang berhasil
memerangi 11 golongan kaum murtad yang muncul pada masa kekhalifahannya.
Satu
pesan Ust. Adnin, “Jangan gunakan ayat Al-Maidah 51 hanya pada ranah politik. Akan
tetapi masukkan ia dalam segala sektor, ekonomi, sosial, pendidikan, dll.”
Demikian
rangkuman yang bisa saya bagikan. Mohon maaf jika ada khilaf dari tulisan ini.
Dan saya berharap ada sedikit hikmah yang bisa dijadikan pelajaran, utamanya
dalam memilih pemimpin yang Allah ridhoi.
No comments:
Post a Comment