Thursday 29 December 2016

TENTANG IBU




Kawan jangan pernah mengabaikan permintaan ibumu, orangtuamu. Karena boleh jadi itu adalah permintaan terakhirnya. 

Ibu menyuruhku berhijab sejak aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Tapi apa yang aku lakukan? Aku baru memenuhi permintaannya ketika SMA, dan itu sudah terlambat.

Ibu tak bisa melihat penampilanku yang sudah berhijab sekarang. Ia tak bisa melihat anaknya telah hijrah. Karena ia tak lagi di sini. Tak lagi di sampingku. Ia telah terkubur menyatu dengan tanah sejak aku kelas 2 SMP.

Sedih? Pasti. Meyesal? Ya. Mengapa tidak dari dulu aku memenuhi permintaannya. Entahlah. Yang aku pikirkan waktu itu belum siap memakai jilbab itu. Dulu di sekolah jarang sekali siswa yang memakai jilbab. Bisa dihitung dengan jari. Mungkin hanya satu, dua anak saja. 

Selain ibu menyuruhku berhijab, beliau juga sangat memperhatikan salat lima waktu anak-anaknya. Masih di masa aku SMP, salatku masih bolong-bolong. Aku takut sekali jika ibu tau aku meninggalkan salat. Maka, jika aku di rumah aku pasti akan salat, tapi di sekolah aku dengan mudah meninggalkannya. Astaghfirllah, semoga Allah mengampuniku.

Ibu, jika ingat dirimu kadang aku berharap engkau ada di sini sekarang, menemaniku memilihkan jilbab dan gamis itu. Jika ingat dirimu, aku ingin kita salat bersama. Aku akan selalu siap menjadi makmum di sampingmu. 

Ibu, maafkan aku yang dulu tidak mematuhi perintahmu. Maafkan aku yang tidak bisa berbakti lebih lama di masa hidupmu.

Maka sekali lagi, kawan jangan pernah mengabaikan permintaan ibu dan ayahmu. Karena boleh jadi itu permintaan terakhirnya.


Wednesday 28 December 2016

ZAMAN DAN HARTA WARISAN 19 TRILIUN RUPIAH




Judul                 : Tentang Kamu
Penulis               : Tere Liye
Penerbit             : Republika
Cetakan             : III, November 2016
Tebal                 : 524 halaman


“Jika berkata jujur akan membuat empat orang jahat terbunuh mengenaskan, sedangkan berbohong akan membuatnya selamat, maka pilihan apa yang akan Anda ambil?” (hlm. 8)

Dialah Zaman Zulkaraen, seorang pengacara muda yang mengawali kariernya di sebuah firma hukum Thompson & Co. Salah satu pertanyaan dalam interview-nya dapat ia jawab dengan sangat mengesankan, sehingga ia menjadi salah satu kandidat terbaik yang akhirnya diterima bergabung bersama firma hukum terbaik di London, bahkan mancanegara.

Setelah bergabung selama dua tahun di firma hukum Thompson & Co., Zaman dipercaya untuk menangani sebuah kasus yang melibatkan harta warisan senilai 19 triliun rupiah. Zaman terkejut mendengar jumlah harta warisan yang nilainya amat besar itu. Dan ia pun bertanya-tanya mengapa dirinya yang dipilih untuk menangani kasus sebesar ini. Pertanyaannya terjawab segera setelah ia melihat sebuah nama pemilik harta tersebut.

Sri Ningsih, nama pemilik harta triliunan itu berasal dari negara yang sama dengan Zaman, Indonesia. Sir Thompson menugaskannya mencari ahli waris dari Sri Ningsih, karena Sri baru saja meninggal di sebuah panti jompo di Paris. Dimulailah kisah Zaman dalam mengarungi kehidupan seorang Sri Ningsih. Pencarian jati diri Sri Ningsih dan di mana ahli warisnya berada, sungguh menguras energi dan pikiran Zaman.

Menelusuri kehidupan Sri Ningsih, membawa Zaman melintasi waktu berpuluh tahun silam. Ia seolah merasakan dan melihat langsung sejarah hidup Sri, padahal sejatinya mereka tidak saling kenal apalagi pernah bertemu. Bahkan karakter Sri yang tidak mudah menyerah berhasil mempengaruhi Zaman. Ia selalu berusaha menemukan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya dengan memosisikan dirinya sebagai Sri, “apa yang akan Sri lakukan jika ia berada dalam posisi ini?”

Novel ini seperti sebuah novel sejarah. Bukan, bukan sejarah seorang pahlawan atau orang-orang penting dan terkenal, melainkan sejarah seorang Sri Ningsih yang penuh dengan rasa yang membuncah di dada para pembaca. Zaman menelusuri kisah Sri mulai masa kecil, remaja, dewasa hingga kematiannya.


“Dia memang penting, tapi dalam artian yang berbeda, Pak Sueb. Ada banyak hal hebat yang tampil sederhana. Bahkan sejatinya banyak momen berharga dalam hidup datang dari hal-hal kecil yang luput kita perhatikan,…” (hlm. 257)

Setting lokasi dalam novel ini membuat pembaca seolah sedang melakukan sebuah perjalanan yang mengasyikkan dari satu tempat ke tempat lain. Zaman menjelajahi beberapa kota di Indonesia; Pulau Bungin di Sumbawa, Surakarta dan Jakarta, dilengkapi dengan sedikit pengetahuan sejarah kota-kota tersebut. Selain Indonesia, pembaca juga dibawa mengelilingi beberapa kota di Eropa, London dan Paris yang begitu memukau.

Ditulis dengan sangat mengagumkan oleh penulis yang selalu berhasil menguras emosi pembaca. Tere Liye, merupakan penulis yang produktif dan cerdas. Hampir setiap tahun, setidaknya satu atau dua novelnya terbit. Tema yang diangkat menurut saya adalah tema-tema yang cukup berat, tapi dengan kecerdasannya mengolah kata dan cerita membuat tema berat itu menjadi keunikan dalam setiap novelnya. Meskipun terdapat istilah-istilah asing dari dunia hukum, bisnis dan ekonomi, Tere berhasil membuat pembaca tetap duduk manis melahap bab demi bab.

Novel “Tentang Kamu” dengan tebal 524 halaman ini menghadirkan berbagai rasa di setiap babnya. Romantis, haru, bahagia, kesal, marah, misterius, lucu, tegang, semua hadir sebagai emosi-emosi yang berkecamuk. Membaca novel ini juga membuat saya menyadari banyak hal sederhana yang luput dari kehidupan yang sudah semakin rumit ini. Nilai-nilai kehidupan yang sedikit demi sedikit mulai luntur, memiliki bobot sangat penting yang digambarkan pada sosok Sri Ningsih.


“Selemah apa pun fisik seseorang, semiskin apa pun dia, sekali di hatinya punya rasa sabar, dunia tidak bisa menyakitinya.” (hlm. 48)

Sri digambarkan sebagai sosok yang memiliki tingkat kesabaran tinggi yang tidak dimiliki orang lain, kedisiplinan yang melebihi siapa pun, semangat bekerja yang tak ada bandingannya, hati yang kuat sekuat baja. Namun, ia memiliki kelemahan yang mungkin juga bisa dibilang kelebihan, karena sehebat apa pun orang berlaku buruk padanya, hatinya selalu lapang memaafkan tanpa benci setitik pun. Itulah yang mejadikan ia mudah dimanfaatkan oleh orang-orang yang berniat jahat dan membuatnya menderita.


“…cara terbaik untuk menerima takdir kejam itu adalah dengan memeluknya. Persis seperti yang kamu lakukan.” (hlm. 136)

Zaman Zulkarnaen dan Sri Ningsih memang menjadi tokoh sentral dalam novel ini. Namun, masih banyak tokoh lain yang dimunculkan dengan peran penting masing-masing. Tokoh-tokoh tersebut menjadi pelengkap cerita yang membuat novel ini semakin menarik, serta adegan dan kejutan-kejutan misterius membuat kisah ini tambah seru. 

Bagaimanapun tidak ada karya yang sempurna dan tak luput dari kekurangan. Berdasarkan pengamatan saya, terdapat beberapa kekurangan yang saya tangkap. Pertama, ada beberapa alur cerita yang bisa ditebak oleh pembaca yaitu ketika Nugroho, ayah Sri, pergi melaut untuk yang terakhir kalinya, dan satu lagi ketika ibu tiri Sri berubah perangai dari seorang ibu tiri yang baik hati menjadi sangat jahat pada Sri kecil. Kedua, kesalahan pada penulisan nama yang seharusnya ditulis “Sri Ningsih” tetapi ditulis “Sri Rahayu” (hlm.137).

Membaca “Tentang Kamu” menambah kosakata saya. Saya mendapati dua frase yang sering muncul, yaitu induk semang yang artinya ibu kos atau ibu pemilik rumah kontrakan. Dan frase ke dua, besok lusa yang mana maknanya bukan benar-benar besok lusa seperti yang sudah kita pahami, melainkan besok lusa di sini bermakna suatu hari nanti yang tidak diketahui kapan tepatnya.

Penampilan fisik buku ini cukup sederhana dengan menampilkan sepasang sepatu coklat ditimpa oleh tulisan judul buku beserta nama penulisnya. Sepasang sepatu itu bisa ditafsirkan berbeda-beda oleh pembaca. Saya sendiri mencoba menafsirkan, sepatu tersebut mewakili kisah Zaman yang begitu yakin langkahnya menelusuri berbagai kota melintasi benua, akan membuahkan hasil dan membawa keadilan bagi ahli waris yang berhak menerima harta Sri Ningsih. Atau bisa juga sepatu itu melambangkan kegigihan Sri Ningsih dalam mewujudkan impian orangtuanya yang menginginkan dia menjadi orang besar yang bisa melihat dunia luar.


“Si kecil tidak akan menjadi nelayan, Mas, dia akan pergi ke sekolah. Dia akan melihat dunia luas dengan sekolah…” (hlm. 72)

Akhirnya Zaman menuntaskan akhir perjalanannya menelusuri kisah “tentang kamu”, tentang Sri Ningsih yang berperawakan pendek, gempal dan hitam dengan harta 19  triliun rupiah. Kemudian kisah ini ditutup dengan ending yang memukau.











Wednesday 21 December 2016

MISTERI TEKA-TEKI DAN JAJANAN TRADISIONAL




Judul                 : Selestia dan Penjara Teka-Teki
Penulis               : Yozar Firdaus Amrullah
Penerbit             : Buah Hati, 2016

Berawal dari gagalnya Selestia pergi liburan ke Sigapura karena kesibukan kedua orangtuanya yang tidak bisa ditinggalkan, Selestia malah dikirim untuk berlibur ke desa, di mana tante dan sepupunya tinggal. Dimulailah petualangan Selestia bersama sepupuya, Raka dan tiga orag temannya, Herman, Mutu dan Nori. 

Di sebuah desa bernama Desa Gebang, Selestia siswi kelas VIII SMP menghabiskan masa liburan sekolahnya. Petualangan Selestia  dan teman-temannya bermula dari rasa penasaran mereka dengan seorang nenek yang membuat jajanan tradisional paling enak sedunia yang dijajakan keliling oleh Pak Sarlito.



“Bapak ini Pak Lik Sarlito, Seles. Penjual keliling jajanan paling enak di desa ini, eh koreksi, jajanan paling enak sedunia yang dijual di desa ini, ding.” (hlm.50)


Selestia, Raka, Herman, Nori dan Mutun memutuskan untuk mengunjungi pondok nenek Gayatri, si pembuat kue, demi melihat langsung pembuatan kue dan bisa memakan kue yang fresh from the oven. Tapi sayang sekali, setibanya di pondok nenek Gayatri, mereka tidak menemukan si nenek di sana.

Tercium bau harum kue-kue yang sudah matang dari dalam pondok, Selestia dan teman-temannya memutuskan untuk masuk. Carabikang, lupis, serabi, jenang candil, onde-onde, dan masih banyak lagi kue lainnya, seolah menghipnotis anak-anak itu, kemudian mereka pun larut oleh kelezatan jajanan terenak buatan nenek Gayatri.

Tak berhasil bertemu nenek Gayatri di pondoknya, mereka malah menemukan sebuah ruang rahasia di bawah tanah yang disebut Tanah Harapan. Terlanjur masuk ke dalam ruang rahasia tersebut, Selestia dan teman-temannya tidak bisa lagi keluar dari Tanah Harapan sebelum menyelesaikan permainan teka-teki yang diberikan oleh Ningrat Biru, penghuni Tanah Harapan.

Akankah mereka berhasil memecahkan teka-teki dan keluar dari Penjara Teka-teki?

Novel petualangan remaja ini terbilang unik. Ada dua keunikan dalam novel ini. Pertama pengarang menampilkan kisah petualangan dengan misteri teka-teki yang harus dipecahkan. Beberapa teka-teki cukup membuat pembaca berpikir lama untuk menemukan jawabannya. Namun ada juga teka-teki yang mudah ditebak. Ada satu tokoh dalam dunia Ningrat Biru yang bernama Penyair Sahar. Ia memberikan teka-tekinya melalui syair-syair.

Saat api agung menyinari dunia, hadirku pudar karena pesonanya
Aku pun bersembunyi di kalbu, untuk sekadar menunggu
Kuhanya bisa nantikan kegelapan datang menutupi
Sehingga aku bisa terbang dari peraduan menebarkan cahaya
Namun sebanyak apa pun sepertiku, takkan mampu gantikan api agung terangi dunia
(hlm.142)

Kedua, jarang sekali saya membaca novel (remaja) yang mengangkat unsur tradisional di dalamnya. Pengarang memunculkan jajanan tradisional sebagai ide besar di novel ini. Seperti yang kita ketahui saat ini bacaan remaja masih banyak didominasi oleh kisah percintaan. 

Segmen remaja yang ditargetkan oleh pengarang menurut saya tepat. Dengan memperkenalkan jenis-jenis jajanan tradisional, remaja saat ini dibangkitkan lagi rasa nasionalismenya. Mungkin saja masih banyak remaja saat ini yang belum mengenal kue-kue, seperti; carabikang, lupis, nagasari, semar mendem, gemblong, dll. Mereka lebih mengenal jajanan modern yang datang dari luar; burger, waffle, cheese cake, donat, berbagai jenis roti, dll. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa mungkin jajanan tradisional itu saat ini sulit ditemukan, karena jarang dijual di pusat keramaian.
 
Nilai kearifan lokal tak luput dari pengamatan saya. Pengarang menyelipkan nilai kearifan lokal pada salah satu babnya, di mana kehidupan di desa masih kental nuansa kebersamaannya. Masyarakat desa pada umumnya saling mengenal satu sama lain, sapaan hangat masih bisa ditemukan di sana. Hal ini sangat cocok dikenalkan kepada remaja-remaja yang hidup di perkotaan.

Saya pun jadi tahu salah satu kebiasaan penduduk desa yang terbiasa meletakkan kendi berisi air segar di depan rumahnya. Hal itu bertujuan, agar jika ada seorang musafir atau warga yang sedang melakukan perjalanan jauh, mereka dapat meminum air dari kendi itu untuk menghilangkan rasa haus mereka. Nilai-nilai seperti ini sangat baik disampaikan kepada remaja, agar menumbuhkan rasa kepedulian.

Sedikit koreksi yang bisa saya sampaikan untuk novel Selestia dan Penjara Teka-teki ini, terutama pada bagian EYD, saya menemukan pemakaian tanda baca yang kurang tepat.


“Ah, iya. Kenapa saya nggak kepikiran. Non emang pinter!,” ujar mbak Ratri dengan kagum. (hlm.6)


Menurut hemat saya, setelah tanda seru (!) tidak perlu lagi menggunakan koma (,). Lalu terdapat ketidakseragaman pada kata “Mbak Ratri”. Pada halaman 6, kata “mbak” ditulis menggunakan huruf kecil. Sedangkan pada halaman 7, penulisan kata “Mbak” menggunakan huruf kapital.

Tak butuh waktu lama untuk menyelesaikan novel ini. Berjumlah 250 halaman dengan ilustrasi menarik di setiap babnya. Dicetak dengan font yang cukup nyaman ditangkap oleh mata serta kualitas kertas yang baik, novel ini layak menjadi salah satu bacaan bagi remaja.

Friday 9 December 2016

AKU CEMBURU




Jumat pagi, 2 Desember 2016, hujan turun cukup lebat di wilayah Depok. Aku teringat agenda besar umat Islam hari ini di Jakarta, yaitu Aksi Bela Islam III. Kekhawatiran mulai muncul, bagaimana nanti aksi berjalan jika hujan deras begini? Pikirku. 

Namun, terlintas keyakinan dalam diri bahwa hujan tidak akan menghalangi semangat mereka demi membela Al-qur’an yang telah dinistakan. Hujan yang turun adalah rahmat dariNya. ia adalah tentara Allah yang selalu patuh pada titahNya. Aku berseru dalam hati, “bahkan hujan pun ingin turut serta menjadi saksi bersama jutaan umat Islam dalam aksi super damai ini”.

Wednesday 7 December 2016

Al Maidah 51 dalam Tafsir Fakhruddin ar-Razi




Bismillahirrahmanirrahiim

Saat ini hampir semua orang di Indonesia tahu tentang salah satu surat dalam Alqur’an, yaitu Al-Maidah ayat 51. Sejak pertama kali beredarnya video penistaan agama yang dilakukan oleh you-know-who, surat Al-Maidah jadi populer di masyarakat kita. Akhirnya banyak kajian yang membahas tafsir surat tersebut. Salah satunya adalah kajian Saturday Forum yang diselenggarakan oleh INSISTS pada hari Sabtu, 3 Desember 2016 lalu.

Kajian yang bertema “Analisis QS. Al-Maidah 51 dalam Tafsir Fakhruddin ar-Razi” ini disampaikan oleh ustadz Adnin Armas, M.A (Peneliti Senior INSISTS). Saya mencoba merangkum sedikit isi dari kajian yang beliau sampaikan. 
Ust. Adnin Armas bersama moderator


Ayat 51
Dalam kalimat pertama ayat ini terdapat kata “waliy/auliya” yang dalam tafsir ar-Razi selain bermakna pemimpin, juga memiliki makna teman dekat dan penolong. Ayat ini sangat jelas bahwa Allah melarang orang-orang beriman menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin. Jadi auliya di sini berarti pemimpin.

Tuesday 6 December 2016

Kejutan Dari Ali Si Biang Kerok




Setelah melakukan petualangan di dua klan sebelumnya, Klan Bulan dan Klan Matahari, tiga remaja SMA, Raib, Seli dan Ali melanjutkan petualangan mereka ke Klan Bintang dalam novel Matahari.

Pesan terakhir Av dan Miss Selena yang melarang tiga remaja itu membuka Buku Kehidupan yang dapat membuka portal antar klan, dilanggar oleh ketiganya. Hanya Ra yang bisa membuka Buku Kehidupan antar klan, dan Ra sudah berusaha mematuhi perintah Av yang tidak membolehkannya membuka Buku Kehidupan untuk pergi ke klan mana pun.

Thursday 24 November 2016

Ily, The Additional Character




Setelah bertualang di klan bulan pada novel Bumi, kali ini, Harry, Ron dan Hermione, oops…masudnya Raib, Seli dan Ali, remaja SMA 15 tahun ini melanjutkan petualangan di klan matahari pada novel Bulan. Heem, ada yang aneh menurut saya. Setelah membaca seri selanjutnya dari novel Bumi, yaitu Bulan, saya masih dibuat bingung oleh keterkaitan antara judul buku dan isi cerita. 

Dalam novel Bumi, Tere menceritakan tentang dunia klan bulan dan tentunya setting lokasi lebih banyak di klan bulan dengan tokoh utama Ra yang keturunan klan bulan namun dibesarkan di klan bumi. Sedangkan novel Bulan menceritakan petualangan Ra dan sahabat-sahabatnya di dunia klan matahari yang tentunya bersetting di dunia klan matahari. Dan saya yakin di novel berikutnya, yaitu Matahari pasti akan bercerita tentang klan bintang. Ehm, agaknya kurang berkaitan sih isi cerita dengan judul bukunya, hehee. Oh, baiklah, mari lupakan bagian ini.

Membaca novel Bulan ini saya jadi teringat oleh salah satu film fantasi favorit saya, The Cronicles of Narnia: Prince Caspian. Film ini menceritakan petualangan empat bersaudara di dunia Narnia dengan satu additional actor yang menjadi orang ke lima dalam petualangan Narnia, yaitu Prince Caspian. Kehadiran Prince Caspian dalam film ini menambah kekuatan empat bersaudara itu dalam melawan musuh yang berusaha menguasai negeri Narnia. By the way, kamu tahu kan Prince Caspian itu yang mana? Oh, baiklah, akan saya tunjukkan fotonya :D