Monday 22 February 2021

Sebuah Petualangan Seru Seorang Remaja Nekat

 

Judul: Petualangan Tiga Hari

Penulis : Dian Dahlia

Penerbit: Indiva Media Kreasi

Tebal: 256 halaman

Harga: Rp. 60000,-

Kamu pernah naik kapal laut?

Pengalaman Mukhlis yang nekat naik kapal dalam cerita di novel ini mengingatkan saya pada pengalaman yang cukup setia dalam memori ingatan saya.

Tidak semua orang pernah naik kapal laut. Tapi jika memiliki pengalaman itu, pasti akan sangat berkesan. Saya sendiri pernah berada di atas kapal laut yang membawa saya dan keluarga ke kampung halaman. Ya, jika ingin pulang kampung, kami harus melewati lautan luas dan itu menjadi salah satu alasan yang membuat kami sangat jarang bisa pulang kampung.

Pengalaman saya saat naik kapal laut pertama kali sungguh tidak menyenangkan. Saya mabuk laut. Kepala pusing, perut mual ingin memuntahkan semua isi di dalamnya. Alhasil, selama berada di kapal yang bisa saya lakukan hanyalah berbaring. Saya sungguh tidak bisa menikmati perjalanan.

Anehnya, saat perjalanan pulang kembali kota asal, saya sama sekali tidak mengalami mabuk laut. Saya bisa menikmati suasana kapal dan menghirup udara laut sambil memandang hamparan air yang luas itu dengan empasan angin yang menyejukkan. Saya bersyukur pernah merasakan dua momen tersebut.

Mukhlis yang merupakan anak pulau, tentu saja tidak perlu mengalami apa yang saya alami, yaitu mabuk laut. Dengan santainya, Mukhlis nekat menaiki kapal yang akan membawa orang sakit ke kota seberang. Kenekatan itu membawanya bertualang secara tidak sengaja ke kota yang belum pernah ia sambangi. Antara gembira dan khawatir, perasaan itu bercampur dalam dirinya.

Mukhlis senang akhirnya ia akan segera keluar dari kampungnya dan akan melihat kota yang diimpikannya. Akan tetapi ia juga khawatir bagaimana caranya bisa pulang kembali ke kampungnya di Pallawa Lipu. Di atas kapal ia kepergok oleh Pak Rustam, ketua RT di kampungnya. Pak RT terkejut dengan adanya Mukhlis di kapal yang ia tumpangi bersama beberapa orang warga kampungnya itu. Nasi telah menjadi bubur. Mukhlis terpaksa ikut rombongan Pak RT menuju kota seberang.

Setibanya di pelabuhan justru Mukhlis kehilangan jejak Pak RT-nya itu. Malang nian nasib Mukhlis, ia kehilangan jejak rombongan kampungnya. Sejak itulah petualangan remaja 12 tahun itu di mulai. Tiba-tiba Mukhlis telah melangkahkan kakinya ke sebuah pasar tidak jauh dari pelabuhan tempat kapalnya bersandar tadi. Di sana ia banyak melihat hal-hal baru yang belum pernah ia temui di kampungnya.

Pasarnya cukup besar dan bertingkat-tingkat. Mukhlis menyusuri pasar dari lantai ke lantai. Bukan untuk berbelanja, karena tentu saja ia tidak punya uang. Ia kagum meilhat barang-barang bagus yang dijual di pasar tersebut, hingga menghayal jika ia bisa membelinya untuk keluarganya di kampung. Sebenarnya Mukhlis keliling pasar itu untuk mengembalikan sebuah dompet ungu milik seorang ibu, yang terjatuh di dekatnya saat duduk di depan toko yang masih tutup.  Sayangnya, Mukhlis tidak berhasil menemukan jejak si ibu yang juga berbaju ungu itu.

Mukhlis mulai kelelahan dan lapar. Ia tak memiliki uang untuk sepeser pun untuk membeli makanan. Di kejauhan seorang lelaki dewasa melihat ke arah Mukhlis yang malang. Lalu, lelaki tersebut membujuk Mukhlis untuk ikut dengannya dan nanti akan diberikan nasi bungkus. Demi sebungkus nasi untuk mengisi perutnya, Mukhlis pun ikut dengan Pak Jo, nama lelaki tadi. Malang nian nasib Mukhlis, rupanya Pak Jo adalah orang jahat yang memanfaatkan anak kecil untuk menjalankan aksinya.

“Pantas saja kalau nasi bungkus yang telanjur dimakannya itu tak gratis. Rupanya itu hanya iming-iming agar ia mau mengikuti Pak Jo." (hlm. 83)
  Dalam petualangan ini Mukhlis bertemu dengan Alif dan Rifki. Kedua teman barunya itu memiliki nasib yang berbeda. Alif adalah keponakan Pak Jo yang bernasib kurang baik, sedangkan Rifki anak yang bernasib lebih beruntung dibandingkan Mukhlis dan Alif. Ketiga anak itu akhirnya harus berurusan dengan orang dewasa dan membawa mereka bertualang bersama.

Novel remaja dengan pesan berupa nilai-nilai kejujuran, keberanian, kebersamaan dan kepedulian ini ditulis dengan apik oleh seorang dokter umum yang juga meminati dunia literasi, Dian Dahlia. Pengalamannya tinggal selama 1,5 tahun di Kota Bontang ini memberinya inspirasi dalam menulis cerita yang dekat dengan alam dan keseharian masyarakat di sana.

Bahasa yang digunakan ringan dan sederhana. Tidak banyak istilah kedaerahan yang digunakan, sehingga jalan cerita pun mudah dipahami. Hanya saja percakapan antara Mukhlis, Rifki dan Alif terkesan terlalu formal di kalangan anak-anak. Saya kurang paham bagaimana percakapan anak-anak di luar daerah. Selama ini saya hanya mengetahui obrolan sebagian besar anak-anak Jakarta dan sekitarnya dengan bahasa yang menurut saya kurang baik. Meski begitu, dengan bahasa yang cenderung formal yang digunakan dalam novel ini saya rasa akan membawa pengaruh baik bagi remaja dalam meningkatkan kemampuan literasi yang semakin rendah saat ini.

Selain cerita yang seru dengan berbagai peristiwa yang dialami si tokoh utama, yaitu Mukhlis, novel ini disirami dengan dialog-dialog yang cukup menghibur yang tidak jarang membuat pembaca senyum-senyum sendiri.

“Sudahlah, bukannya aku sudah bilang, sandal kamar mandi itu saja yang kau pakai. Anggap sandalmu telah kuganti dengan roti dan pisang yang kamu makan tadi. Aku ikhlas dan kita impas,” kata Mukhlis tak sabar." (hlm. 197)

Di akhir cerita pembaca disuguhi asyiknya mengitari lautan dengan kapal. Dari atas kapal kita diajak menikmati suasana laut. Kita bisa melihat cerobong asap dari pabrik-pabrik pinggir laut, menara mercusuar, sekaligus merasakan keindahan pasir putih, jejeran pohon kelapa di pinggir pantai. Mukhlis dan kedua temannya pun mendapatkan pelajaran baru mengenai lautan yang tidak hanya diambil ikannya saja, tapi juga sebagai sarana transportai perusahaan-perusahaan besar.

 

No comments:

Post a Comment

Kumpulan Cerita Menghibur dan Sarat Makna dari Penulis Cilik

  Judul: Papa Idamanku Penulis: Farah Hasanah K. Dinda Rahmadhani, dkk. Penerbit: Indiva Media Kreasi Tebal: 143 halaman Harga: Rp...