Wednesday, 28 December 2016

ZAMAN DAN HARTA WARISAN 19 TRILIUN RUPIAH




Judul                 : Tentang Kamu
Penulis               : Tere Liye
Penerbit             : Republika
Cetakan             : III, November 2016
Tebal                 : 524 halaman


“Jika berkata jujur akan membuat empat orang jahat terbunuh mengenaskan, sedangkan berbohong akan membuatnya selamat, maka pilihan apa yang akan Anda ambil?” (hlm. 8)

Dialah Zaman Zulkaraen, seorang pengacara muda yang mengawali kariernya di sebuah firma hukum Thompson & Co. Salah satu pertanyaan dalam interview-nya dapat ia jawab dengan sangat mengesankan, sehingga ia menjadi salah satu kandidat terbaik yang akhirnya diterima bergabung bersama firma hukum terbaik di London, bahkan mancanegara.

Setelah bergabung selama dua tahun di firma hukum Thompson & Co., Zaman dipercaya untuk menangani sebuah kasus yang melibatkan harta warisan senilai 19 triliun rupiah. Zaman terkejut mendengar jumlah harta warisan yang nilainya amat besar itu. Dan ia pun bertanya-tanya mengapa dirinya yang dipilih untuk menangani kasus sebesar ini. Pertanyaannya terjawab segera setelah ia melihat sebuah nama pemilik harta tersebut.

Sri Ningsih, nama pemilik harta triliunan itu berasal dari negara yang sama dengan Zaman, Indonesia. Sir Thompson menugaskannya mencari ahli waris dari Sri Ningsih, karena Sri baru saja meninggal di sebuah panti jompo di Paris. Dimulailah kisah Zaman dalam mengarungi kehidupan seorang Sri Ningsih. Pencarian jati diri Sri Ningsih dan di mana ahli warisnya berada, sungguh menguras energi dan pikiran Zaman.

Menelusuri kehidupan Sri Ningsih, membawa Zaman melintasi waktu berpuluh tahun silam. Ia seolah merasakan dan melihat langsung sejarah hidup Sri, padahal sejatinya mereka tidak saling kenal apalagi pernah bertemu. Bahkan karakter Sri yang tidak mudah menyerah berhasil mempengaruhi Zaman. Ia selalu berusaha menemukan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya dengan memosisikan dirinya sebagai Sri, “apa yang akan Sri lakukan jika ia berada dalam posisi ini?”

Novel ini seperti sebuah novel sejarah. Bukan, bukan sejarah seorang pahlawan atau orang-orang penting dan terkenal, melainkan sejarah seorang Sri Ningsih yang penuh dengan rasa yang membuncah di dada para pembaca. Zaman menelusuri kisah Sri mulai masa kecil, remaja, dewasa hingga kematiannya.


“Dia memang penting, tapi dalam artian yang berbeda, Pak Sueb. Ada banyak hal hebat yang tampil sederhana. Bahkan sejatinya banyak momen berharga dalam hidup datang dari hal-hal kecil yang luput kita perhatikan,…” (hlm. 257)

Setting lokasi dalam novel ini membuat pembaca seolah sedang melakukan sebuah perjalanan yang mengasyikkan dari satu tempat ke tempat lain. Zaman menjelajahi beberapa kota di Indonesia; Pulau Bungin di Sumbawa, Surakarta dan Jakarta, dilengkapi dengan sedikit pengetahuan sejarah kota-kota tersebut. Selain Indonesia, pembaca juga dibawa mengelilingi beberapa kota di Eropa, London dan Paris yang begitu memukau.

Ditulis dengan sangat mengagumkan oleh penulis yang selalu berhasil menguras emosi pembaca. Tere Liye, merupakan penulis yang produktif dan cerdas. Hampir setiap tahun, setidaknya satu atau dua novelnya terbit. Tema yang diangkat menurut saya adalah tema-tema yang cukup berat, tapi dengan kecerdasannya mengolah kata dan cerita membuat tema berat itu menjadi keunikan dalam setiap novelnya. Meskipun terdapat istilah-istilah asing dari dunia hukum, bisnis dan ekonomi, Tere berhasil membuat pembaca tetap duduk manis melahap bab demi bab.

Novel “Tentang Kamu” dengan tebal 524 halaman ini menghadirkan berbagai rasa di setiap babnya. Romantis, haru, bahagia, kesal, marah, misterius, lucu, tegang, semua hadir sebagai emosi-emosi yang berkecamuk. Membaca novel ini juga membuat saya menyadari banyak hal sederhana yang luput dari kehidupan yang sudah semakin rumit ini. Nilai-nilai kehidupan yang sedikit demi sedikit mulai luntur, memiliki bobot sangat penting yang digambarkan pada sosok Sri Ningsih.


“Selemah apa pun fisik seseorang, semiskin apa pun dia, sekali di hatinya punya rasa sabar, dunia tidak bisa menyakitinya.” (hlm. 48)

Sri digambarkan sebagai sosok yang memiliki tingkat kesabaran tinggi yang tidak dimiliki orang lain, kedisiplinan yang melebihi siapa pun, semangat bekerja yang tak ada bandingannya, hati yang kuat sekuat baja. Namun, ia memiliki kelemahan yang mungkin juga bisa dibilang kelebihan, karena sehebat apa pun orang berlaku buruk padanya, hatinya selalu lapang memaafkan tanpa benci setitik pun. Itulah yang mejadikan ia mudah dimanfaatkan oleh orang-orang yang berniat jahat dan membuatnya menderita.


“…cara terbaik untuk menerima takdir kejam itu adalah dengan memeluknya. Persis seperti yang kamu lakukan.” (hlm. 136)

Zaman Zulkarnaen dan Sri Ningsih memang menjadi tokoh sentral dalam novel ini. Namun, masih banyak tokoh lain yang dimunculkan dengan peran penting masing-masing. Tokoh-tokoh tersebut menjadi pelengkap cerita yang membuat novel ini semakin menarik, serta adegan dan kejutan-kejutan misterius membuat kisah ini tambah seru. 

Bagaimanapun tidak ada karya yang sempurna dan tak luput dari kekurangan. Berdasarkan pengamatan saya, terdapat beberapa kekurangan yang saya tangkap. Pertama, ada beberapa alur cerita yang bisa ditebak oleh pembaca yaitu ketika Nugroho, ayah Sri, pergi melaut untuk yang terakhir kalinya, dan satu lagi ketika ibu tiri Sri berubah perangai dari seorang ibu tiri yang baik hati menjadi sangat jahat pada Sri kecil. Kedua, kesalahan pada penulisan nama yang seharusnya ditulis “Sri Ningsih” tetapi ditulis “Sri Rahayu” (hlm.137).

Membaca “Tentang Kamu” menambah kosakata saya. Saya mendapati dua frase yang sering muncul, yaitu induk semang yang artinya ibu kos atau ibu pemilik rumah kontrakan. Dan frase ke dua, besok lusa yang mana maknanya bukan benar-benar besok lusa seperti yang sudah kita pahami, melainkan besok lusa di sini bermakna suatu hari nanti yang tidak diketahui kapan tepatnya.

Penampilan fisik buku ini cukup sederhana dengan menampilkan sepasang sepatu coklat ditimpa oleh tulisan judul buku beserta nama penulisnya. Sepasang sepatu itu bisa ditafsirkan berbeda-beda oleh pembaca. Saya sendiri mencoba menafsirkan, sepatu tersebut mewakili kisah Zaman yang begitu yakin langkahnya menelusuri berbagai kota melintasi benua, akan membuahkan hasil dan membawa keadilan bagi ahli waris yang berhak menerima harta Sri Ningsih. Atau bisa juga sepatu itu melambangkan kegigihan Sri Ningsih dalam mewujudkan impian orangtuanya yang menginginkan dia menjadi orang besar yang bisa melihat dunia luar.


“Si kecil tidak akan menjadi nelayan, Mas, dia akan pergi ke sekolah. Dia akan melihat dunia luas dengan sekolah…” (hlm. 72)

Akhirnya Zaman menuntaskan akhir perjalanannya menelusuri kisah “tentang kamu”, tentang Sri Ningsih yang berperawakan pendek, gempal dan hitam dengan harta 19  triliun rupiah. Kemudian kisah ini ditutup dengan ending yang memukau.











4 comments:

  1. mantab, mba.
    Sri Ningsih benar-benar perempuan inspiratif.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, masyaa Allah wanita itu ya. Bisakah memiliki hati seperti hatinya?

      Delete
  2. wowww... Jadi Pengen bacaa Novelnya.. makasih yaaa reviewnya :))

    ReplyDelete

Cara Memupuk Kegemaran Membaca Sejak Kecil Hingga Dewasa

  Sebelum kita membahas cara memupuk kegemaran membaca, mari kita flashback sedikit ke masa di mana kita berada di fase belajar membaca d...