Friday, 3 February 2017

Baby Sitter Keliling Eropa




Judul          : AU Pair Backpacking Keliling Eropa dengan Menjadi  Baby Sitter
Penulis       : Icha Ayu
Penerbit     : Stiletto Book, 2012
Tebal         : 232 halaman
Genre        : Non-Fiksi Traveling

Saya selalu suka dengan buku yang bertema traveling, baik dalam negeri maupun luar negeri. Setiap ada kesempatan pergi ke toko buku, rak khusus yang memajang buku-buku traveling tidak pernah luput dari jejak saya. Sesekali saya membeli buku-buku itu, kalau pun tidak membeli, saya bertahan cukup lama menyusuri setiap judulnya, melihat covernya yang menarik, membaca daftar isi, mengamati gambar-gambar menakjubkan dalam bukunya dan kepo dengan penulisnya yang beruntung bisa menjelajahi banyak tempat.


Beruntung saya mendapatkan buku yang saya inginkan dari program Last Campaign #AkuCintaBuku Giveaway beberapa waktu lalu. Buku yang juga bertema traveling, lebih tepatnya traveling a la backpacker ini tidak hanya menyajikan kisah seru perjalanan penulis, melainkan juga ada kisah menarik di balik sebuah perjalanannya. AU Pair: Backpacking Keliling Eropa dengan Menjadi Baby Sitter karya Icha Ayu menceritakan sebuah pengalaman penulis menjadi seorang backpacker sekaligus baby sitter di Prancis.

Sebelum mengulas lebih jauh keseruan penulis keliling Eropa, ada baiknya kita cari tahu dulu apa itu AU Pair.

AU Pair adalah sebuah program yang memungkinkan semua orang dengan batasan usia tertentu, dapat mempelajari bahasa dan budaya sebuah negera yang diinginkan dengan bekerja sebagai baby sitter di rumah host family yang telah dipillih sebelumnya. AU Pair bisa dilakukan hampir di semua negara di eropa kecuali Inggris dan Swiss, karena kedua negara tersebut hanya menerima AU Pair dari negara-negara tertentu.

Informasi mengenai negara-negara penerima AU Pair bisa diintip di sini

Memutuskan menjadi seorang AU Pair berarti siap dengan segala kejutan-kejutan (baca: resiko) yang akan dihadapi. Karena tidak bisa dipastikan apakah kita akan mendapatkan host family yang sesuai dengan harapan atau malah akan membuat kecewa dan merugikan diri kita. Oleh karna itu, seorang calon AU Pair harus hati-hati memilih host family. Namun, tak perlu khawatir karena kita bisa mencari tahu profil host family di web yang telah disediakan. Selain itu terdapat surat kontrak yang harus disepakati kedua pihak.

Untuk mengetahui prosedur menjadi seorang AU Pair, website berikut direkomendasikan oleh penulis www.aupair-world.net

Menjadi AU Pair juga harus siap dengan segala perbedaan; bahasa, budaya, kebiasaan, lingkungan, karakteristik orang lain, yang semua itu akan jauh berbeda dari kehidupan kita sebelumnya. Untuk menjadi AU Pair setidaknya kita menguasai bahasa dari negara yang akan dituju, atau paling tidak memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang memadai.

Dalam buku ini, penulis mengisahkan pengalamannya menjadi AU Pair di dua host family. Host family yang pertama adalah sebuah keluarga yang sedang dalam proses perceraian. Penulis harus mengasuh seorang anak perempuan yang bernama Sarah berusia 8 tahun yang hubungan kedua orangtuanya sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Sedikit banyak, penulis terkena imbas dari ketidak-akuran host family tempatnya bekerja ini. 

Setelah melalui masa-masa sulit di host family yang pertama, penulis memutuskan untuk menjadi AU Pair di host family yang lain. Beruntungnya, di host family yang kedua ini penulis mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis. Lola yang berusia 4 tahun adalah anak yang akan diasuhnya. Kedua orangtuanya bekerja, tapi mereka memiliki komitmen bahwa keluarga adalah segalanya.

Selama menjadi AU Pair di Prancis, Icha Ayu tidak melewatkan kesempatan mengelilingi Eropa dengan backpacking. Biaya hidup di Eropa yang cukup tinggi membuatnya mengatur keuangan dengan super ketat. Gajinya dari menjadi seorang AU Pair bukanlah gaji yang besar, tapi tekadnya untuk keliling Eropa membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin dengan keberanian dan keyakinan.

Penulis berkeliling Eropa dengan cara backpacking, di mana cara itulah yang sesuai dengan kantongnya. Backpacking banyak dilakukan oleh anak muda karena tidak butuh biaya besar untuk menjalaninya. Selain itu backpacking juga membutuhkan keberanian dan kemampuan untuk bertahan hidup dalam keadaan sulit. Dari buku ini saya jadi tahu perbedaan traveling dan backpacking.

Traveler/turis lebih dominan dalam hal jalan-jalan ke tempat-tempat wisata popular, memotret situs-situs yang menarik, berpindah dari museum ke museum lain, dan hal-hal lainnya yang dilakukan oleh turis kebanyakan. Sedangkan backpacker/petualang lebih dari sekadar jalan-jalan dan mengabadikan gambar. Backpacking adalah menjalin pertemanan dengan sesama backpacker dari berbagai negara, menantang keberanian dan melatih kesabaran melalui hitch hike, menuntut kejujuran dan kepercayaan dalam berinteraksi sesama backpacker yang berbeda karaktristik dan budaya.

Mengapa backpacking dikenal sebagai cara jalan-jalan dengan biaya murah dibandingkan traveling atau turis?

Dalam dunia backpacking dikenal istilah hospitaliaty exchange network atau jaringan silaturrahmi antar backpacker di seluruh dunia.  Dengan turut serta dalam jaringan ini, seorang backpacker dapat mengatasi masalah 3-si (transportasi, akomodasi dan konsumsi) lebih mudah. Karena seorang backpacker bisa mendapatkan penawaran akomodasi secara cuma-cuma alias GRATIS. Jauh daripada itu, solusi ini memberikan persahabatan dan mengajarkan arti kepercayaan. (hlm. 114)

Dari buku dengan tebal 232 halaman ini saya mendapat banyak informasi baru seputar dunia backpacking dan Eropa, diantaranya:


  • Tidak mudah menjalin pertemanan dengan orang eropa, karena menurut pengalaman penulis, mereka memiliki komunitas pertemanan sendiri, jadi agak sulit untuk melebur dengan komunitas mereka.



  • Dalam hal waktu makan, orang eropa sangat mengatur hal yang satu itu. Bahkan ngemil pun tidak bisa sembarang waktu layaknya di negara kita.



  • Hitch hike. Kegiatan yang satu ini sering dilakukan oleh seorang backpacker demi mendapatkan tumpangan murah atau bahkan gratis. Hitch hike adalah aksi berdiri di pinggir jalan dengan mengacungkan jempol sambil memegang kertas bertuliskan nama kota yang akan dituju. Jika pengendara mobil di jalan itu memiliki arah tujuan yang sama, mereka akan berhenti dan memberikan tumpangan sampai tempat yang dituju.


Masih banyak kisah seru lainnya dalam buku ini. dan semua mengandung pembelajaran yang berguna bagi pembaca, khususnya yang sangat menggemari kegiatan backpacking. Satu hal yang tidak boleh saya lupa untuk menuliskannya adalah saya tidak menemukan adanya kesalahan ketik (typo) yang biasanya sering saya temukan dalam buku-buku penerbit besar sekali pun. Saya pikir ini merupakan nilai positif bagi penerbit Stiletto Book yang mengukuhkan diri  sebagai penerbit buku-buku perempuan. Di sini terlihat keseriusan dan kesungguhan editor dalam menghasilkan naskah yang tidak hanya berkualitas dari segi isi tapi juga dari segi penulisan.

Jadi, apa kamu tertarik untuk menjadi AU Pair sekaligus mewujudkan impian keliling dunia?


"Resensi ini diikutsertakan pada campaign #AkuCintaBuku bersama Stiletto Book dan Riawani Elyta"

2 comments:

  1. Seru ya ceritanya. Boleh dicoba nih buat yg suka dengan tantangan....

    ReplyDelete

Cara Memupuk Kegemaran Membaca Sejak Kecil Hingga Dewasa

  Sebelum kita membahas cara memupuk kegemaran membaca, mari kita flashback sedikit ke masa di mana kita berada di fase belajar membaca d...