Judul : Kami (Bukan) Jongos Berdasi
Penulis : J.S. Khairen
Penerbit : Bukune
Cetakan : I, Oktober 2019
Tebal : 409 halaman
Penerbit : Bukune
Cetakan : I, Oktober 2019
Tebal : 409 halaman
Pertama kali lihat judul buku ini saya pikir ini adalah sebuah buku non fiksi yang membahas seputar pekerja kantoran atau terkait dunia politik. Saya tidak membaca sebuah tulisan kecil di sampulnya yang bertuliskan "sebuah novel". Ketika melihat tulisan itu saya baru menyadari, "ooh..ini novel?" 😁
Novel ini merupakan seri ke dua dari novel yang berjudul "Kami Bukan Sarjana Kertas". Sayangnya, saya belum membaca novel pertamanya, jadi saya tidak tahu apakah cerita di novel ini masih sambungan dari novel sebelumnya. Dan ternyata setelah novel "Kami (Bukan) Jongos Berdasi" (KBJB) ini masih ada seri ke tiga dan ke empat yang akan terbit tahun berikutnya. Wow! Menarik sekali.
Novel KBJB ini sendiri berkisah tentang enam orang sahabat yang sudah berteman sejak kuliah di kampus UDEL. Sania, Arko, Randi, Gala, Juwisa dan Ogi kini telah memasuki dunia kerja dan bisnis sesuai keahlian masing-masing. Nasib mereka di dunia kerja ini tidak selalu berjalan baik. Ada saja hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan dan impian mereka. Berbagai permasalahan mereka hadapi tak kunjung selesai.
Sania dengan kinerjanya yang buruk di sebuah bank (yang singkatannya gak banget) mendapat berkali-kali teguran, hingga pada puncaknya Sania berani membentak atasannya yang akhirnya berujung pada pengunduran dirinya dari bank tersebut. Mulailah Sania berburu lowongan pekerjaan di sebuah job fair. Bermap-map sudah surat lamaran ia serahkan ke berbagai perusahaan, namun belum ada tanda-tanda panggilan wawancara.
Beruntung hobinya menyanyi dapat sedikit memberinya pemasukan dari menyanyi di kafe-kafe. Hingga suatu hari ia mendapatkan sebuah panggilan wawancara kerja dan langsung diterima dengan gaji di atas gajinya dulu di sebuah bank. Namun sayang hanya berjalan satu bulan kerja, ia sudah dipecat. Nasib membawanya kembali pada pengangguran.
Randi si wartawan click bait menulis segala macam berita dengan judul-judul heboh, sensasional walaupun tidak nyambung dengan isi berita. Hal itu semata-mata ia lakukan demi viewer yang melimpah di web kantor berita tempatnya bekerja. Randi sering ginta ganti pacar. Namun di akhir cerita ia akhirnya menikah dan memiliki anak. Yang membuat saya penasaran adalah siapa wanita yang berhasil digaetnya. Nampaknya Saya harus membaca seri selanjutnya 🤔
Gala, seorang anak orang kaya dan pendaki gunung yang berakhir menjadi guru dan memiliki impian membuat sekolah. Alih-alih menjadi penerus perusahaan ayahnya, Gala tetap pada mimpinya untuk membangun sekolah.
Juwisa si pejuang beasiswa S2, berjuang dengan sungguh-sungguh untuk bisa lolos beasiswa LUDP. Segala cara ia tempuh, mulai dari kursus Bahasa Inggris hingga ikut bimbel ia jalani. Selain itu, tes CPNS pun tidak ia lewatkan. Meskipun beberapa kali gagal akhirnya ia lolos sebagai PNS. Sayangnya, semua itu sia-sia, impiannya selama ini hancur berkeping-keping karena sebuah kecelakaan yang menimpanya.
Arko, mahasiswa abadi yang belum sempat menyelesaikan kuliahnya. Tapi nasib membawanya ke Eropa sebagai tukang foto alias fotografer. Meskipun keluaran Eropa, Arko tetap saja kere. Nasibnya tak sekeren Eropa.
Ogi si mahasiswa DO lebih beruntung daripada Arko. Ogi melanglang buana ke negeri Paman Sam hingga menjadi salah satu orang penting di sana. Banyak ide bisnis yang ada dalam benaknya yang ingin sekali ia realisasikan di tanah airnya. Dan ia butuh support dari sahabat-sahabatnya di Megapolitan.
Lira si ibu dosen yang menjadi anggota tertua di dalam Geng Ogi tidak segan-segan bergabung dalam persahabatan antar mahasiswanya itu. Lira lulusan S3 Amerika menjadi tempat meminta pendapat, nasihat hingga diskusi-diskusi para mantan mahasiswanya. Di samping itu ia juga memiliki permasalahan sendiri terkait dengan kampus UDEL yang didirikan ayahnya yang sekarang bangkrut dan ditutup.
Novel ini terbilang padat tokoh, karna memang ada banyak tokoh yang dimunculkan dan diceritakan dengan porsi masing-masing. Saya suka dengan kisah perjuangan mereka mencari pekerjaan hingga meraih impian yang pantang menyerah. Mereka anak-anak muda yang selalu semangat walaupun halangan dan rintangan mewarnai kehidupan mereka.
Hal menarik lainnya dari novel ini adalah kisah persahabatan yang terbilang cukup awet. Ya, keenam sahabat ini menjalin pertemanan dari mulai di bangku kuliah hingga lulus dan memiliki pekerjaan masing-masing, persahabatan mereka tetap solid. Ketika ada satu teman yang kesulitan, mereka saling support dan tidak jarang saling membantu dengan berbagai solusi dan ide-ide kreatif.
Namun, ada juga hal-hal yang tidak sesuai yang saya kurang suka. Penulis bercerita menggunakan gaya bahasa kekinian dengan berbagai istilah yang sering dilontarkan anak jaman sekarang. Ada istilah atau julukan yang saya kurang paham artinya, seperti "ajigijaw". Selain itu, dialog tokoh-tokohnya sering melontarkan kata-kata yang menurut saya kasar (nama binatang) yang seharusnya tidak dilestarikan sebagai kata atau bahasa sehari-hari.
Overall, novel ini cukup menghibur bagi pembaca yang mungkin stress dengan pekerjaan, mulai bosan dengan aktivitas kantor yang menuntut kinerja tinggi. Membaca novel ini pembaca akan diajak merasakan kehidupan dunia kerja dengan segala lika-likunya. Diselingi kutipan-kutipan motivasi di setiap antar bab.
Dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh setiap tokohnya, menimbulkan rasa bersyukur bagi saya dengan pekerjaan yang saya miliki, rejeki yang saya dapatkan karena tidak semua orang seberuntung kita. Masih banyak orang yang pengangguran, tidak memiliki pendapatan dan harus berjuang untuk orang-orang di sekitarnya.
Satu hal lagi yang saya simpulkan dari novel ini yaitu "jangan mudah menyerah dan jangan suka mengeluh".
"Mengeluh belum punya gadget baru, belum pergi ke tempat wisata teranyar, belum dapat pacar, belum ini itu. Tapi ingatlah di luar sana ada yang belum makan dari kemarin, bahkan untuk mengeluh saja mereka tak sempat. Ya, sebetulnya boleh saja mengeluh, itu manusiawi. Hanya saja jangan berlebihan".
Bener ya baca novel ini bikin kita lebih bersyukur, banyak banget orang lain di luar sana yg jalannya pas kerja ga selalu mulus..
ReplyDeleteBtw salam kenal mba 😊 Ga sabar tayang review nya juga di blog ku.