Friday, 10 January 2014

Short Story:





 MENCARI MESIN ATM

Pagi hari yang mendung, seperti biasa Runi berangkat kerja naik kendaraan umum. Taukah kalian pada hari itu Runi tidak mempunyai uang yang cukup untuk ongkos pulang pergi ke kantor. Ditengah perjalanan hujan pun turun dengan derasnya. Jalanan macet panjang sekali, akhirnya sang supir angkot mencari jalan alternative lewat jalan lain. Beberapa saat angkot melaju, ternyata tanpa disadari angkot itu memilih rute yang tidak sesuai dengan trayeknya, sehingga angkot tersebut tidak melewati kantor yang Runi tuju. Dia  sangat kecewa dan memutuskan untuk turun dari angkot itu dan bermaksud untuk  naik angkot lain yang melewati kantornya.
Hujan masih turun membasahi bumi pagi itu. Setelah turun dari angkot, Runi ingat bahwa dia tidak punya cukup uang untuk naik angkot lagi. Dibawah derasnya hujan, Runi bingung bagaimana melanjutkan perjalanannya. Sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 9.30 pagi, itu artinya dia terlambat masuk kantor. Runi berjalan terus menerjang derasnya hujan, menuju entah kemana. Di sebrang jalan dia melihat ada sebuah mall, dan dia pun menuju kesana dengan harapan ada mesin ATM sehingga dia dapat mengambil uang untuk ongkos.
Pukul 9.30 pagi ternyata mall itu belum buka, hanya beberapa restoran yang sudah siap melayani pelanggan yang ingin memenuhi hak perut pagi itu. Runi sudah sering mengunjungi mall itu jadi dia tau dimana letak ATM yang dia inginkan. Tapi sayang sekali, setiba didepan pintu lokasi tempat berbagai ATM berada ternyata ATM juga belum buka.
“Pak, dimana lagi ATM selain disini?”. Tanya Runi kepada seorang satpam yang sedang bertugas pagi itu.
“Tidak ada lagi mba selain disini”, Runi agak kecewa mendengar jawaban pak satpam.
Runi pun berlalu meninggalkan pak satpam setelah mengucapkan terima kasih. Dia bingung harus mencari ATM kemana. Dia jalan keluar dari mall itu. Hujan belum juga berhenti, Runi membuka payungnya dan terus berjalan berharap dia dapat menemukan mesin ATM. Sambil berjalan dia lihat-lihat sekeliling siapa tau ada  mesin ATM disekitar situ, namun yang dia dapati hanyalah jalanan yang penuh dengan mobil, motor, bus dan angkot yang sedang berjajar rapi menunggu giliran untuk jalan alias macet.
Dimusim hujan begini banyak jalan yang tergenang air, sehingga membuat kendaraan harus berhati-hati melintasi jalan. Dan akhirnya menyebabkan kemacetan. Runi terus berjalan sampai dia akhirnya menemukan sebuah bank. Bank ini berada dipinggir jalan yang ramai dilalui oleh pengguna jalan. Runi tau itu adalah sebuah bank yang baru, dia pun ragu apakah ada ATM didalamnya. Mengingat dia bukanlah nasabah bank tersebut.
Satpam didepan pintu masuk bank menyapa dengan ramah, “Ada yang bisa dibantu ibu?”
“Pak ada ATM ga ya disini?” Runi langsung mengutarakan maksudnya.
“Maaf  bu, disini tidak ada ATM”, sekali lagi Runi dikecewakan oleh seorang satpam pagi ini.
“Baik, terima kasih pak”. Balas Runi singkat.
Runi kembali meneruskan perjalanannya pagi itu berburu mesin ATM. Hujan masih setia menemani perburuannya pagi ini. Bagian bawah rok yang Runi pakai sudah basah, kaos kaki dan sepatunya pun tak luput dari kebasahan. Dia pasrah dengan apa yang terjadi pagi ini. Sempat terpikir olehnya untuk pulang saja tidak usah masuk kerja hari ini. Tapi percuma karena dia tidak punya uang sepeserpun untuk pulang. Pencarian mesin ATM dilanjutkan, sampai dia menemukan sebuah mini market. Runi ingat biasanya didalam mini market terdapat mesin ATM. Hatinya mulai merasa senang, karena dia menemukan sebuah harapan terbentang didepan mata.
Masuklah Runi kedalam mini market itu dan langsung mencari mesin ATM. Dia mengelilingi mini market, setiap sudut tidak dia tinggalkan. Namun dia tidak menemukan apa yang dia cari. Tanpa menunggu lama, Runi langsung bertanya pada petugas kasir, “Mbak ada ATM ngga?”. Runi menyiapkan diri untuk sebuah jawaban yang tidak dia ingikan. “Tidak ada mba”, Runi sudah menduga jawaban itu akan keluar dari mulut si kasir. Tiga kali sudah dia mendapatkan penolakan pagi ini.
Tapi Runi belum menyerah juga, dia berjalan lagi mencari apa yang sebenarnya tidak hilang. Hujan mulai meninggalkan derasnya menuju rintik-rintik yang lumayan membuat pakaian basah. Kalian tau kan sekarang banyak sekali bertebaran mini market yang jaraknya saling berdekatan. Setelah pergi meninggalkan mini market yang pertama, tidak jauh dari sana ada mini market yang lain. Langsung saja Runi masuk dan bertanya pada kasir apakah ada ATM. Sekali lagi dan untuk yang terakhir Runi mendapatkan jawaban yang mengecewakan. “TIDAK ADA”.
Waktu sudah berlari dengan cepat meninggalkan Runi yang masih berjuang dalam rintik hujan untuk mencari mesin ATM. Dia tau dia sudah terlambat masuk kantor namun dia tidak peduli. Dia hanya berpikir bagaimana caranya dia mendapatkan uang hari ini. Satu-satunya harapan dia harus menemukan ATM. Perjalanan dilanjutkan masih dalam rintik hujan yang sepertinya tiada akhir. Tengak-tengok, kiri-kanan, depan-belakang mencari dimanakah mesin ATM berada. Tiba-tiba ada secercah cahaya yang muncul dari wajah Runi. Tepat di ujung jalan depan lampu merah, terdapat sebuah bank, dan yang ini adalah bank yang besar dan sudah tekenal, maka tidak mungkin jika didalamnya tidak ada ATM.
Runi buru-buru menuju bank itu, disambut oleh pak satpam,
  “Selamat pagi, ada yang bisa dibantu ibu?”, Tanya pak satpam. “Saya mau pakai ATM pak” jawab Runi singkat.
“Silakan Ibu sebelah sini”, mendengar jawaban pak satpam membuat Runi merasa lega, seolah beban yang berat dipundaknya berkurang hilang begitu saja.
Runi tersenyum penuh terima kasih membalas senyum pak satpam yang ramah. Sampai di ATM, Runi mengeluarkan kartu ATM dengan semangat, tekan nomor pin ATM nya, lalu klik penarikan dengan jumlah 100 ribu rupiah. Menunggu beberapa saat,,,seketika muncullah tulisan  di layar monitor mesin ATM “MAAF SALDO ANDA TIDAK CUKUP UNTUK MELAKUKAN PENARIKAN TUNAI”.
Glek! Duuuaarrrrr!! Brukkk!!! Seakan-akan dunia runtuh dan hanya menimpa dirinya, hingga longsor ambruk masuk kedalam tanah, ditelan bumi. Dunia seolah tak bersahabat dengan dirinya, semua menjauh darinya, tidak menerima keberadaannya.
AAAARRGGGGGHHHH!!!!
Tanpa disadari Runi berteriak didalam bank yang pada saat itu ramai oleh nasabah yang sedang melakukan transaksi. Orang-orang terkejut sekaligus heran mendengar teriakan Runi. Pak satpam yang tadi ramah menyapa, menghampirinya dengan wajah cemas dan agak sedikit kesal atas  perbuatan Runi yang menganggu kenyamanan para nasabah.
“Mengapa Ibu berteriak disini? Apakah Ibu tau kalau Ibu sudah membuat kami semua disini terkejut dan mengganggu kenyamanan kami?” Tanya pak dengan tegas.
“Ma,,,ma,,,maaf pak, saya tidak sengaja”. Jawab Runi gugup, malu dan ketakutan, kalau-kalau pak satpam mengira dirinya stress atau gila.
“Baik kalau begitu. Jika Ibu sudah selesai dengan urusan ATM, silakan pergi”.
“Ba,,,baik Pak”. Runi sempat melihat wajah para nasabah yang sedang memperhatikannya, ada yang keheranan, ada yang menertawakan, ada juga yang berkomentar “Woii…lu pikir ini hutan apa? Teriak seenaknya”. Runi cepat-cepat pergi dari hadapan mereka dan berjanji tidak akan datang lagi ke bank itu.
Runi termenung di pinggir jalan, dia bingung entah apa yang harus dilakukan lagi. Sudah putus harapannya. Tidak ada yang bisa dia lakukan, tidak ada uang, pakaian basah, perut lapar. Lengkaplah sudah penderitaannya pagi ini. “Ya Allah bagaimana ini? Hamba tidak bisa ke kantor, pulang ke rumah pun tidak bisa. Tidak ada uang sepeser pun Ya Allah”. Gumam Runi dalam hati.
Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan kembali entah kemana. Dia pasrah kemana kakinya akan melangkah membawanya pergi, ditemani rintik hujan yang selalu setia. Setelah beberapa lama berjalan, dia memperhatikan jalanan yang masih saja macet, dan dia tersadar bahwa jalan yang dia lalui adalah jalan menuju kantornya. Runi tambah semangat dan mempercepat laju perjalanannya. Dia tau kantornya sudah mulai dekat. Wajahnya kembali bersemangat dan mulai memperlihatkan seutas senyum dibibirnya.
Tibalah Runi di kantor dengan pakaian yang setengah basah, setengah kering. Masuk kedalam kantor, suasana sepi, hanya terlihat beberapa orang saja. “Kemana yang lain?” Tanya Runi pada dirinya sendiri. Beruntunglah Runi karena dia bukanlah satu-satunya yang terlambat. Ternyata banyak teman-temannya yang masih terjebak macet dijalan.
“Alhamdulillah….” Desah Runi dalam hati. Hari yang begitu melelahkan dan penuh perjuangan telah dia lalui dengan baik. Senyumnya pun melebar.




No comments:

Post a Comment

Cara Memupuk Kegemaran Membaca Sejak Kecil Hingga Dewasa

  Sebelum kita membahas cara memupuk kegemaran membaca, mari kita flashback sedikit ke masa di mana kita berada di fase belajar membaca d...