Doa
orang tua sangat makbul, apalagi doa ibu. Ucapan ibu yang keluar untuk anaknya,
baik ucapan yang positif maupun negatif, akan langsung didengar oleh Allah swt.
Oleh karna itu seorang ibu sebaiknya hati-hati dalam berucap kepada anak-anak.
Ustazah Sinta Santi, Lc. dalam kajiannya tentang doa bidadari surga,
menceritakan sebuah kisah bagaimana ucapan seorang ibu dapat membawa petaka
bagi anaknya.
Dikisahkan
ada seorang ibu yang gemar mengoleksi keramik antik. Ibu itu sangat mengagumi
dan menyayangi keramik-keramiknya. Seorang anaknya yang masih kecil bermain di
sekitar keramik sang ibu. Akhirnya keramik pun jatuh, hancur berkeping-keping.
Ibu anak itu begitu marah dan berkata, “Biar saja, nanti kepalamu pecah seperti
keramik itu”.
Dua
puluh lima tahun berlalu, si anak telah menjadi arsitek yang sukses. Suatu hari
demi membuat orangtuanya bangga, si anak membawa orangtua mengunjungi proyek
bangunan yang sukses dikerjakannya. Saat itu si anak meminta ijin sebentar pada
orangtua untuk meninggalkan mereka karena ada yang harus diurus di bagian lain.
Si anak pun berlalu. Tak lama kemudian terdengar suara runtuhan yang tidak jauh
dari lokasi orangtua berada. Setelah diketahui rupanya ada bagian bangunan yang
runtuh dan si anak tadi tertimpa reruntuhan hingga tubuhnya tak dapat disatukan
lagi.
Ucapan
ibu tadi bukanlah doa, melainkan hanya ungkapan kesal yang keluar akibat hati
yang dipenuhi amarah. Tapi ternyata Allah mendengar ucapan si ibu dan
terjadilah peristiwa itu.
Selain
kisah yang membawa petaka di atas, ustazah Sinta Santi juga menyampaikan kisah
seorang anak yang sukses akibat ucapan orangtua.
Siapa
yang tidak kenal Syaikh As Sudais? Beliau adalah Imam salat Masjidil Haram.
Rupanya gelar imam tersebut akibat dari ungkapan kemarahan sang ibunda. Suatu
hari sang ibu sedang menyiapkan hidangan untuk para tamu yang akan hadir. Sang
ibu memperingatkan Sudais kecil agar tidak bermain pasir di sekitar hidangan.
Tapi apa yang dilakukan oleh Sudais kecil?
Sudais
kecil malah dengan sengaja menaburkan pasir ke atas hidangan yang sudah siap
tersebut. ibu mana yang tidak akan marah melihat hal seperti itu? Ibunda As
Sudais sangat marah. Tapi tahukah kita apa yang diucapkannya saat marah? Beliau
memeluk Sudais kecil dan berkata lantang, “Semoga engkau menjadi penghafal
Alqur’an. Semoga engkau menjadi ulama besar dan pemimpin salat di Mekkah.”
Selanjutnya kita sudah mengetaui apa yang terjadi. Sudais kecil pun kini
menjadi Imam salat di Masjidil Haram.
Masyaallah.
Kata-kata atau ucapan yang keluar dari mulut tak ada penghalang menuju
Rabb-nya. Apatah lagi dengan doa-doa yang seorang ibu panjatkan. Ucapannya saja
akan terkabul apalagi doa-doanya. Maka wahai orangtua berhati-hatilah pada
ucapanmu kepada anak-anakmu. Sebisa mungkin jangan keluar kata-kata, dasar
bandel, anak nakal, gak bisa diam, kamu bodoh sekali, gak bisa diatur, dan
kata-kata negatif lainnya. Karna itu hanya akan membuat ucapanmu terhadap
anak-anakmu menjadi nyata, dan mereka pun akhirnya akan jadi anak yang nakal, susah
diatur, pergualan bebas, narkoba, melawan orangtua.
Daripada menghabiskan energi untuk mengucapkan kata-kata negatif, lebih baik energi itu digunakan untuk mengeluarkan kata-kata positif, inspiratif, motivatif dan kata yang membuat anak bersemangat untuk bisa menjadi lebih baik bagi orang tuanya. Karena jika ibu marah dan mengeluarkan kata-kata yang buruk atau pun yang baik, keduanya mengeluarkan energi. Jadi, kenapa tidak pilih yang baik saja? Walaupun sedang marah, yang keluar dari mulut adalah hal yang baik, tentunya itu lebih menguntungkan.
#ODOPOKT7
Terkadang diriku masih belum bisa menahan emosi melihat tingkah si kecil yang gemesin. Terimakasih remindernya mbak ^^
ReplyDeleteKadang saya sebagai ibu seringkali kelepasan bicara saat marah, meskipun setelahnya perbanyak istighfar. Syetan selalu mencari celah agar kita berulang kali mengulangi kesalahan. Suka nyesel sesudahnya, sekarang saat marah lebih baik sendiri dulu biar lisan tetap terjaga.
ReplyDeleteSebenarnya bukan ibu saja yang harus berhati-hati dalam bertutur kata. Tapi kita semua. Karena akan selalu ada malaikat di sekitar kita, yang selain mencatat perilaku kita, tapi juga meng-aamin-kan doa kita. Iya kalau doanya baik, tapi kalau doa karena emosi sehingga mirip sumpah serapah?
ReplyDeleteSemoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah-kisah di atas dan dapat menjadi bahan evaluasi diri ^^
ReplyDeleteIya duh aku susah banget kalau lagi emosi ngerem kata2, harusnya marah tapi tetep bisa jadi do'a ya, supaya jadi imam masjid dan jadi penghafal qur'an
ReplyDeleteInsyaallah bisa mba, ayo dicoba terus ^^
Delete