Judul buku : Embun di atas Daun Maple
Penulis : Hadis Mevlana
Penerbit : Tinta Medina, 2014
Halaman : 286 halaman
Saya
termasuk orang yang jarang membaca novel atau hasil karya fiksi lainnya. Entah
mengapa setiap kali berkunjung ke toko buku, saya selalu tersangkut di rak
bagian buku-buku non fiksi hingga akhirnya memutuskan membeli beberapa darinya.
buku-buku tersebut bisa berupa buku motivasi pengembangan diri, buku teori
menulis, agama, motivasi bisnis, traveling, dll.
Namun
beberapa waktu lalu saya merasa ingin sekali membaca sebuah karya fiksi berupa
novel. Akhirnya saya hubungi seorang teman yang hobi membaca novel agar
meminjamkan novelnya kepada saya. Kami sepakat akan saling meminjamkan buku
pada pertemuan nanti. Belum lagi kami bertemu, saya mendapat kabar dari kakak
bahwa ada paket yang datang untuk saya. langsung saja saya membuka paket itu
dan betapa bahagianya mendapat sebuah novel plus tanda tangan penulis di
halaman depan.
Allah
mengabulkan keinginan saya untuk membaca novel dengan mendatangkan sebuah novel
ber-cover putih bertaburan daun Maple merah, kuning dan hijau. Embun di atas
Daun Maple judul novel itu. Dari judulnya saya menebak pasti seting lokasinya
di luar negeri. Dan benar saja novel ini berseting di Kanada yang terkenal
dengan daun Maple-nya. Novel 286 halaman ini ditulis oleh Hadis Mevlana,
seorang Sarjana Ekonomi Islam.
Bertolak
belakang dengan background pendidikan penulis, novel ini justru menceritakan
tentang perbandingan agama. Perbandingan agama antara Islam dan Kristen
Orthodox diceritakan dengan begitu ringan dan seru. Meskipun memiliki tema yang
lumayan berat, ceritanya sangat asyik untuk dinikmati. Keseruan diskusi-diskusi
yang dilakukan oleh Kiara, Sofyan, Felix, Fritz, Olivia, Zahra dan Eva membuat
saya betah membacanya. Tidak hanya sekadar membaca sebuah cerita, tapi saya
mendapatkan sebuah pengetahuan baru, terutama tentang agama Islam dan isi
Al-qur’an.
Membaca
novel ini kita akan mendapatkan tiga poin penting yang mendominasi dalam setiap
ceritanya. Apa saja tiga poin tersebut?
Bahasa
Dari
pengamatan saya yang pernah membaca beberapa novel dengan setting luar negeri,
pasti akan kita temukan bahasa asing yang berasal dari negeri di mana seting lokasi
diambil. Penulis novel Embun di atas Daun Maple mengambil lokasi di Kanada,
yang mana negara tersebut memiliki dua bahasa resmi, yaitu Inggris dan
Perancis. Sudah pasti dalam dialog-dialognya penulis akan menyelipkan
bahasa-bahasa asing tersebut. Hal ini sangat baik untuk menambah wawasan
kebahasaan pembaca. Setidaknya kita mengenal sedikit bahasa-bahasa yang ada di
dunia.
Akan
tetapi satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh penulis maupun
calon penulis jika ingin menggunakan bahasa asing dalam novelnya adalah tata bahasa.
Pastikan tata bahasa yang digunakan tepat sesuai dengan bahasa aslinya, karena
bahasa merupakan aspek yang cukup krusial dalam dunia kepenulisan. Hal ini
berlaku untuk bahasa apa pun, baik bahasa asing maupun bahasa daerah.
Selain
Kanada, penulis juga memilih seting lokasi di wilayah Indonesia, yakni Teluk
Kuantan, Riau. Bahasa daerah Teluk Kuantan digunakan Sofyan, tokoh utama novel
ini, untuk berkomunikasi dengan Omak (ibu) dan Aini (adiknya) yang berada di
kampung halamannya.
Secara
tidak langsung novel ini kaya akan bahasa.
Agama
Seperti
yang tuliskan di atas, tema novel ini adalah tentang perbandingan agama Islam dan
Kristen Orthodox. Meski begitu, penulis menyampaikan pandangannya dengan begitu
halus tanpa saling menyudutkan agama apa pun. Perbandingan agama didapat dari
diskusi-diskusi yang dilakukan tokoh-tokohnya. Kiara (Kristen Orthodox)
diceritakan begitu haus akan penjelasan-penjelasan tentang ajaran Islam dari
Sofyan. Pertanyaan-pertanyaan Kiara terkesan unik, sederhana sekaligus rumit,
sebab saya pun tak sampai memikirkan hal-hal yang ditanyakan Kiara, apalagi
bisa menjawabnya.
Selain
mengutip ayat-ayat Al-qur’an, penulis juga menyertakan bait-bait Alkitab.
Penulis juga tidak lupa menyelipkan pesan tentang pentingnya shalat berjamaah
di masjid bagi laki-laki, hukum waris dalam Islam mengapa laki-laki mendapatkan
bagian lebih banyak dari kaum wanita, keistimewaan wanita ketika datang masa
menstruasi, tentang sejarah Nabi Ibrahim, dsb.
Bagi
sebagian orang yang tidak tertarik membaca buku-buku agama karena menganggap
buku agama merupakan buku dengan tema yang berat, novel Embun di atas Daun
Maple ini bisa menjadi alternatif untuk mendapatkan ilmu tentang Islam yang
dibalut dalam sebuah cerita.
Puisi
Salah
satu jenis karya sastra yang sering dimunculkan dalam novel ini adalah puisi.
Saya tebak penulisnya adalah penikmat puisi, bahkan bukan hanya penikmat tapi
juga penyair yang lihai merangkai kata-kata indah menjadi untaian puisi.
Pembaca
akan menemukan puisi yang bertaburan di hampir setiap bab-babnya.
Puisi-puisinya begitu menyentuh, romantis, sesekali mengharukan. Saya rasa
penulisnya berhasil membuat pembaca menikmati dan mengagumi puisi-puisinya,
sama halnya Kiara yang mengagumi puisi-puisi Sofyan.
Baiklah,
saya kutipkan salah satu puisi yang manis menurut saya, puisi tentang iman.
Iman bukan sekadar pernyataan cinta sebatas lidah bersyahadat
Ia meminta hati luruh dalam taat penuh syahdu
Ia menagih kesungguhan gerak tubuh tanpa mengeluh
Ia membutuhkan ilmu sehingga tiap detik laksana pengantin yang merasakan madu
Setidaknya
tiga poin di atas yang bisa saya simpulkan dari novel yang mendapatkan nominasi
Buku Islam Terbaik kategori Fiksi Dewasa dalam Islamic Book Award 2016 ini. Selain
membahas mengenai perbandingan agama, di buku ini juga terdapat kisah cinta
yang unik yang jalan ceritanya tak terduga. Diceritakan Sofyan sering menerima
buket bungan mawar putih di depan apartemennya, tapi ia tak tahu siapa yang
mengirim buket bunga itu. Pengirimnya sengaja dibuat misterius, membiarkan
pembaca menebak sendiri siapa pelakunya. Baiklah silakan baca sendiri novelnya untuk
mengetahui kisah lengkapnya.
No comments:
Post a Comment